53 1.
Observasi kualitatif, merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
narasumber di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam atau mencatat aktivitas dalam lokasi penelitian.
2. Wawancara kualitatif. Peneliti melakukan face-to-face interview
wawancara berhadap-hadapan
dengan narasumber.
Wawancara memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur
unstructured dan bersifat terbuka open-ended yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini narasumber.
3. Dokumen kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan
dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini didapat berupa dokumen publik seperti, laporan kantor dan sebagainya dan dokumen privat
seperti, buku harian, diary, dan sebagainya. 4.
Materi audio dan visual. mengumpulkan data yang berupa foto, videotape, dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di antaranya yaitu wawancara dan observasi pengamatan yang digunakan
sebagai alat utama dalam mengumpulkan data.
3.4.1 Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini melalui dua tahap, yaitu wawancara sebelum penelitian dan sesudah penelitian.
Menurut Sugiyono 2008: 137 wawancara merupakan teknik penelitian yang biasa digunakan untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
54 permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Sedangkan menurut Mulyasa 2009: 70, wawancara merupakan teknik
pengumpulan data lisan dari sumber data subjek data secara langsung. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang umumnya digunakan
untuk mencari jawaban langsung atas suatu permasalahan pada responden dengan jumlah kecil.
Dalam wawancara jawaban dapat bersifat open-ended atau terbuka berupa jawaban bebas, atau bersifat terstruktur atau tertutup berupa jawaban
ya atau tidak, atau memberikan jawaban lisan singkat Supratiknya, 2012: 53. Ada dua cara dalam melakukan wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada narasumber dengan cara peneliti telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawaban Sugiyono, 2011: 188. Kemudian wawancara tidak struktur merupakan
wawncara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Berdasarkan dengan penjelasan di atas, dalam penelitian ini akan
digunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan terbuka namun masih ada
batasan tema dan fokus pembicaraan sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat. Dengan menggunakan wawancara semi terstruktur, jawaban
55 yang akan didapat dari narasumber akan lebih terbuka namun tetap pada jalur
yang sedang dibahas. Dengan adanya pedoman wawancara yang dibuat juga akan membantu menjadi panduan dan membatasi alur pembicaraan. Selain itu,
wawancara semi terstruktur bersifat fleksibel tetapi terkontrol. Hal tersebut bermaksud pertanyaan yang diajukan pada narasumber fleksibel atau
disesuaikan dengan jawaban yang mengalir dari narasumber tetapi peneliti masih dapat mengontrol melalui tema wawancara.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada 4 narasumber yang sudah dipilih melalui cara sampling purposive seperti yang sudah jelaskan di
awal. Narasumber tersebut adalah satu guru matematika atau guru kelas dan tiga siswa yang telah dipilih. Wawancara dilakukan sebelum narasumber
belajar menggunakan alat peraga berbasis Montessori dan sesudah narasumber belajar menggunakan alat peraga berbasis Montessori. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui persepsi dan perasaan narasumber terhadap penggunaan alat peraga Montessori.
3.4.2 Observasi