Teori yang mendukung Kajian Pustaka

10

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 2.1 kajian pustaka, 2.2 penelitian yang relevan, 2.3 kerangka berfikir.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka membahas teori yang mendukung serta penelitian yang relevan.

2.1.1 Teori yang mendukung

Dalam bagian ini membahas beberapa topik yang berkitan dengan penelitian yang akan dipakai, yaitu teori perkembangan anak menurut Piaget, metode Montessori, alat peraga, alat peraga Montessori, persepsi, dan Matematika. 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak Menurut Piaget Teori belajar memiliki peranan sangat penting dalam menjelaskan pemlajaran pada anak, dengan menggunakan teori belajar yang baik maka dapat diketahui hal-hal apa saja yang harus diterapkan dalam proses mengajar kepada anak. Dengan demikian maka anak akan merasa nyaman dalam belajar. Banyak ahli yang telah merumuskan teori-teori belajar maupun teori- teori perkembangan anak, salah satunya yaitu Jean Piaget. Kebanyakan ahli merumuskan teori bahwa anak akan memperoleh hasil belajar yang baik ketika ia belajar dengan pengalamannya sendiri. Begitu pula dengan teori Jean Piaget, Piaget dalam Santrock, 2007: 48-57 mengatakan ketika anak mulai 11 membangun pemahaman melalui dunia, otak akan berkembang membangun skema schema asimilasi dan akomodasi. Piaget dalam Komalasari, 2010: 19 mengatakan seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ketahui dengan apa yang ia lihat sebagai pengalaman dan persoalan. Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi penyeimbang. Proses Asimiliasi assimilation merupakan proses penggabungan informasi baru kedalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Akomodasi accomodation terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Proses belajar akan berjalan dengan baik ketika mengikuti tahapan- tahapan perkembangan sesuai dengan usianya. Desmita 2009: 101 mengatakan bahwa Piaget meyakin bahwa pemikiran seorang anak berkembang sejak bayi hingga dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh dari bayi sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu : 1. Tahapan Sensorimotor 0-2 tahun Pada tahap ini anak membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. 12 2. Tahap Praoperasional 2-7 tahun Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata- kata dari berbagai gambar. Kata dan gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik. Pada tahap ini juga dimulainya kemampuan berbahasa anak dan pengungkapan. 3. Tahapan Operasional Konkret 7-11 tahun Ditahap anak dapat berfikir secara logis melalui peristiwa- peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. Anak menggunakan penalaran logis untuk memecahkan masalah yang konkret. 4. Operasional Formal 11-15 tahun Ditahap ini anak akan berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis dan lebih idealistik. Anak sudah mampu menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesis. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Piaget, maka dapat disimpulkan anak usia SD masuk dalam tahapan Operasional Konkret dikarenakan anak usia SD rata-rata masih berusia 7sampai 12 tahun. Dengan demikian, anak usia SD akan lebih mudah memahami informasi melalui benda-benda yang lebih konkret atau dengan alat peraga yang lebih nyata. Oleh karena itu, penggunaan alat peraga dalam proses belajar di SD sangatlah membantu siswa dalam mempelajari pelajaran di sekolah termasuk didalamnya mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran Matematika 13 merupakan mata pelajaran pokok dalam lingkup SD. Selain itu untuk belajar matematika bagi siswa SD sangatlah dibutuhkan alat peraga untuk membantu mereka memahami konsep-konsep matematika yang diajarkan oleh guru. Proses belajar mengajar menggunakan alat peraga juga dapat memberikan pengalaman kepada siswa dan siswa dapat menemukan kosep matematika yang mereka cari secara mandiri. Alat peraga juga membuat proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa, maka siswa akan lebih antusisas dalam mengikuti kegiatan belajar didalam kelas.

2.1.2 Metode Montessori