38
2.1.6.4 Skema
Literature map hasil penelitian yang relevan di atas sebagai berikut :
Gambar 2.4 Literature map hasil penelitian yang relevan
2.2 Kerangka Berpikir
Siswa sekolah dasar SD pada umumnya masih berusia 7-12 tahun dan berada dalam tahapan operasional konkret. Untuk mempermudah anak
dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh guru alangkah lebih baiknya menggunakan objek
yang lebih konkret atau nyata. Dengan benda-benda yang nyata anak akan lebih mudah memahami apa yang diberikan oleh guru. Maka dari itu, sangat
Alat peraga matematika
Pembelajaran Montessori
Persepsi penggunaan alat
peraga Darmastuti 2013
Metode Montessori
Pujiastuti 2012 Hasil belajar siswa -
Alat peraga matematika
Suwandi 2009 Persepsi tentang
penggunaan alat peraga dan cara
belajar-prestasi belajar siswa
Elifah 2010
Alat peaga - Prestai belajar
Ningsih 2011 Model pendidikan
Montessori -
hasil belajar matematika
siswa
Persepsi guru dan siswa atas penggunaan alat peraga matematika Papan pin perkalian berbasis Montessori pada pembelajaran perkalian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif AliMohammad 2011
persepsi penggunaan media digital didalam
pembelajaran formal
39 dibutuhkan benda-benda yang bersifat lebih nyata untuk membantu anak
dalam belajar dan untuk membantu guru dalam menyalurkan informasi atau materi pada siswanya.
Benda konkret yang dapat digunakan untuk membantu dalam proses belajar mengajar bisa berupa alat peraga. Alat peraga merupakan salah satu
bagian media pembelajaran yang dapat membantu proses belajar mengajar agar guru lebih mudah menyalurkan informasi maupun pengetahuan kepada
siswanya. Dengan bantuan alat peraga maka pembelajaran lebih efektif dan lebih menarik. Alat peraga digunakan agar tujuan pembelajaran lebih cepat
tercapai dengan baik. Penggunaan alat peraga bagi siswa dapat memberikan pengalaman bagi mereka dan siswa dapat belajar dengan caranya sendiri.
Siswa juga bisa mendapatkan pengetahuannya dengan mandiri. Pengetahuan yang terbentuk secara mandiri akan lebih lama melekat pada otak siswa.
Salah satu mata pelajaran pokok pada tingkat SD adalah mata pelajaran matematika. Dalam mempelajari konsep-konsep matematika,
pembelajaran dapat menggunakan alat peraga agar pembelajaran lebih mudah dan siswa lebih mengerti konsep-konsep matematika yang di berikan oleh
guru. Salah satu materi yang membutuhkan alat peraga dalam matematika adalah materi perkalian di kelas 2 SD. Peneliti beranggapan bahwa materi
perkalian di kelas 2 alangkah baiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah siswa memahami konsep perkalian. Pembelajaran perkalian
pada kelas 2 adalah dasar dari konsep perkalian pada matematika. Alat peraga
40 yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan konsep perkalian pada
siswa adalah papan pin perkalian dengan berbasis pada metode Montessori. Metode Montessori adala sebuah metode yang dicetuskan oleh Maria
Montessori pada tahun 1870-1952 dengan menggunakan kon belajar sambil bermain untuk anak-anak. Metode Montessori mengajarkan anak untuk
belajar secara mandiri dan tanpa adanya paksaan dari siapa pun. Pembelajaran menggunakan metode Montessori lebih cenderung memerlukan alat peraga
sebagai media pembelajar untuk anak-anak. Montessori juga memiliki karakteristik tersendiri pada alat peraga yang dibuatnya, yaitu 1 menarik, 2
bergradasi, 3 memiliki pengendalian kesalahan auto correction, 4 auto education. Semua alat peraga Montessori didesain secara kusus yang
bertujuan agar anak dapat belajar secara mandiri dan agar anak tertarik untuk belajar menggunakan alat peraga serta disesuaikan dengan kondisi anak.
Penggunaan alat peraga pada siswa dapat membentuk pengalam- pengalam bagi mereka, pengalam yang sudah mereka dapatkan akan
memunculkan sebuah persepsi. Seperti yang dikemukakan Davidoff yakni, Persepsi dapat ditemukan karena perasaaan, kemampuan berfikir,
pengalaman-pengalam individu tidak sama, maka dalam mempersepsi stimulus hasil persepsi akan berbeda antara satu individu dengan yang lain.
Alat peraga berbasis Montessori merupakan yang baru bagi siswa dan guru yang belum pernah menggunakan bahkan belum pernah melihatnya. Oleh
karena itu alat peraga Montessori akan memberikan pengalaman yang baru bagi siswa dan guru. Setelah itu siswa dan guru dapat memipretasikan melalui
41 persepsi yang muncul setelah mereka memperoleh pengalaman menggunakan
alat peraga Montessori. Persepsi yang muncul dapat berupa persepsi positif maupun persepsi negatif. Persepsi yang ada pada siswa dan guru dapat
berpengaruh pada sikap yang akan mereka tunjukan setelah menggunakan alat peraga Montessori. Persepsi sangat berpengaruh pada sikap yang
berdapampak kepada tindakan seseorang. Tindakan ini dapat berupa intensitas seseorang dalam menggunkan suatu objek. Jika persepsi yang muncul adalah
persepsi positif maka seseorang akan memiliki intesitas yang tinggi pada objek. Jika persepsi yang muncul merupakan persepsi negatif, maka
intesitasnya akan melemah. Proses tersebut akan saling berkaitan. Pesepsi akan berpengaruh pada sikap, yang kemudian akan muncul sebuah tindakan.
Berdasarkan alasan yang dipaparkan di atas diperlukannya penelitian mengenai persepsi guru dan siswa dalam penggunaan alat peraga matematika
berbasis Montessori untuk materi perkaluan di kelas II SD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru dan siswa apakah dengan
menggunaka alat peraga Montessori akan membantu siswa dalam menerima materi, siswa lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan, dan dengan
adanya pengendali kesalahan pada alat peraga papan pin perkalian dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar.
42
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini akan dibahas 1 jenis penelitian, 2 seting penelitian, 3 desain penelitian, 4 teknik pengumpulan data, 5 instrumen penelitian, 6
kredibilitas dan transferabilitas, dan 7 teknik analisis data.
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen di mana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball yaitu dengan memepertimbangkan
sampel dan memeperoleh sempel dari kecil dan mendapatkan yang besar. teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi gabungan dan
analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi Sugiono, 2009:15. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas dan keistimewaan
dari pengaruh sosial yang tidak bisa dijelaskan, diukur, atau digambarkan
melalui pendekatan kuantitatif Saryono, 2010: 1.
Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah fenomenologi. Fenomelogi merupakan pandangan berpikir yang menekankan
pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan