Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Jasa-Jasa

22 Perkembangan Ekonomi M akro Regional Tabel I.10. Jumlah Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belaw an Sumber : BPS, Sumut Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh signifikan yakni sebesar 24,59 yoy. Nilai kredit sektor ini mencapai Rp1 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp0,80 triliun. Penyaluran kredit terbesar diperkirakan terutama terjadi di subsektor komunikasi. Grafik I.27. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan Komunikasi -10 -5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 I II III IV I II III IV I II III IV I 2006 2007 2008 2009 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan yoy Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI M edan

7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih LGA pada triw ulan I-2009 tumbuh 6,96 yoy, lebih rendah dibandingkan triw ulan IV-2008 dan namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan triw ulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja sektor ini ditopang terutama oleh pertumbuhan di semua subsektor. Sektor listrik tumbuh 7,41 yoy dan sektor gas kota tumbuh 7,32 yoy. M eskipun terdapat gejolak ekonomi dunia dan lesunya permintaan ekspor, namun dengan masih tetap berjalannya produksi, maka belum terjadi penurunan permintaan gas secara signifikan. Belum terdapat laporan adanya perusahaan yang mengurangi permintaan gas dan sejauh ini pasokan gas dari 23 Perkembangan Ekonomi M akro Regional PT.Perusahaan Gas Negara PGN masih terjaga. Pada tahun 2009, diperkirakan penjualan PGN akan mencapai 700 M M Scfd. Sebagai bukti komitmen dalam menanggulangi krisis listrik di Sumut, pemerintah bersama-sama dengan PT. PLN juga telah berencana membangun pembangkit listrik untuk jangka menengah. Tabel I.11. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Jangka M enengah Tahun Nama Pembangkit 2009 PLTG Barge Maunted beli energi 60 MW PLTU Labuhan Angin Unit 2 115 MW 2010 PLTU Sumut 400 MW PLTU Meulaboh 200 MW PLTA Asahan I swasta 180 MW PLTP Sarulla I swasta 110 MW 2011 PLTP Sarulla II swasta 110 MW PLTU Kuala Tanjung swasta 225 MW 2012 PLTA Asahan III 174 MW Daya Sumber : PT. PLN Sumut

8. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa pada triw ulan I-2009 tumbuh 9,04 yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan IV-2008 12,85 , namun lebih tinggi dibandingkan triw ulan I-2008 7,06 . Jika dilihat trennya, maka sektor jasa-jasa selalu memberikan pertumbuhan yang tertinggi di antara sektor-sektor lainnya. Dilihat dari subsektornya, nilai tambah sektor ini masih didominasi oleh nilai tambah yang bersumber dari subsektor jasa pemerintahan dan subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan. Faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah persiapan menjelang Pemilu serta stimulus fiskal yang dikucurkan sebagai upaya mencegah pengangguran dan mempertahankan daya beli masyarakat terkait dengan imbas gejolak perekonomian global yang tengah menerpa.Sementara pertumbuhan sub sektor jasa sw asta sebesar 5,68 , dengan pertumbuhan berasal dari hiburan dan rekreasi 7,19 , sosial dan kemasyarakatan 6,12 serta perorangan dan rumah tangga 4,93 . 24 Perkembangan Ekonomi M akro Regional Grafik I.28. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa 10 20 30 40 50 60 70 I II III IV I II III IV I II III IV I 2006 2007 2008 2009 - 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan yoy Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI M edan Penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa tumbuh 18,25 , masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triw ulan IV-2008 sebesar 49,71 . Nilai kredit sektor ini mencapai Rp3,53 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,99 triliun. 25 KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5 Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut Sumatera Utara telah lama dikenal sebagai provinsi penghasil utama produk-produk perkebunan, seperti karet dan kelapa saw it. Namun demikian, berdasarkan data terkini, posisi tersebut telah bergeser, di mana Sumut saat ini hanya menduduki posisi kedua terbesar penghasil karet dan kelapa saw it. Penghasil utama karet saat ini adalah Sumatera Selatan, sementara kelapa saw it adalah Riau. M eskipun demikian, Sumut memiliki pertumbuhan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan kedua provinsi tersebut . Grafik Produksi Karet Sumatera Grafik Produksi Kelapa Saw it Sumatera Sumber: Depart emen Pertanian 2009, diolah Selain tanaman perkebunan, t anaman bahan makanan terutama padi juga menjadi salah satu andalan Sumut. Produksi Padi di Sumut pada tahun 2009, diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 2,56 , dari 3,34 juta ton menjadi 3,46 jut a t on. Sementara pada tahun 2008, pertumbuhan produksi hanya tercapai sebesar 2,30 . Dengan angka produksi tersebut, dapat dipastikan bahw a Sumut termasuk salah satu provinsi yang mengalami surplus produksi dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat nya. Pangsa sekt or pertanian juga cukup dominan dalam pembentukan PDRB. Pada triw ulan IV- 2008 pangsanya mencapai 23,09 , sementara pada t riw ulan I-2009 meningkat menjadi 24.23 . Namun secara umum tidak terjadi perubahan pangsa yang berarti untuk seluruh sektor. Setelah sektor pertanian, sektor yang cukup dominan lainnya dalah industri pengolahan. Saat ini pangsanya mencapai 22,54 , setelah sebelumnya tercatat sebesar BOKS 1 PEM BIAYAAN SEKTOR UNGGULAN 26 23,03 . Sektor ketiga terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa 18,38 . Tabel Pangsa, Pertumbuhan dan Kredit Sektoral Sumber : BPS BI, diolah Jika ditelaah lebih lanjut, dengan pangsa ekonomi yang paling dominan, ternyat a kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian masih jauh berada di baw ah sektor indust ri pengolahan maupun sektor perdagangan hot el dan rest oran. Pada t riw ulan I-2009, kredit kepada sektor pertanian hanya sebesar Rp9,13 triliun, sementara kedua sektor lainnya menerima masing- masing Rp19,03 triliun dan Rp14,95 triliun. M elihat pot ensi dan pertumbuhan yang semakin membaik, maka peningkatan penyaluran kredit kepada sektor pertanian seharusnya menjadi prioritas. Perbankan dalam lebih ekspansif menyalurkan kredit kepada sektor ini, karena akan memberika efek pertumbuhan yang cukup besar. Terlebih lagi, pada sektor inilah sebagian besar angkat an kerja tertampung. Berdasarkan penelitian dari Lembaga Riset Perbankan Daerah LRPD , pelaku sektor pert anian sangat membutuhakn bantuan pembiayaan dari perbankan. Terkait dengans kala usaha petani yang masih relatif kecil, besarnya pinjaman yang diharapkan juga tidak terlalu besar. Sebagin besar responden 40,3 hanya membutuhkan Rp2-5 jut a per musim tanam. 27 Grafik Besarnya Pinjaman yang Diharapkan Grafik Prosentase Pinjaman Dibandingkan Kebutuhan Sumber: LRPD 2008 Jika sektor pertanian memiliki keunggulan pangsa yang dominan, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki pert umbuhan cukup atraktif. Dengan berkembangnya perekonomian, maka kebutuhan jasa juga mengalami peningkatan yang terus berlanjut. Penyaluran kredit pada sekt or ini terlihat masih realatif rendah. Pada sektor keuangan, persew aan dan jasa misalnya, hanya tersalur sebesar Rp 3,53 triliun. Bahkan pada sektor jasa-jasa hanya teratat sebesar Rp0,43 triliun. Sementara pertumbuhan ekonomi kedua sektor tersebut pada akhir tahun lalu masing-masing sebesar 9,24 dan 12,85 , atau melampaui pertumbuhan rata- rata sebesar 6,97 . Sudah selayaknya perbankan juga memberikan perhatian lebih besar pada peningkatan penyaluran kredit pada sekt or ini. 28 KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5 Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut Sumatera Utara telah memiliki sejarah panjang sebagai salah satu penghasil kelapa saw it di Indonesia. Dengan luas lahan yang mencapai lebih dari 1 juta hekat ar dan produksi lebih dari 3 jut a ton, tak salah jika kelapa saw it t elah menjadi salah satu komoditas primadona yangmemiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Tabel Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Saw it Sumut Sumber : Departemen Pertanian, diolah Potensi dan produksi yang sedemikian besar, juga t erlihat dari nilai ekspor kelapa saw it yang relatif dominan terhadap totol ekspor Sumut. M eskipun demikian , saat ini terdapat kecenderungan yang cukup mengkhaw atirkan terkait dengan krisis keuangan global yang telah menyebabkan turunnya permintaan ekspor. Grafik Ekspor CPO Sumut nilai USD Grafik Ekspor CPO volume Ton Sumber : DSM - Bank Indonesia Sebagaimana terlihat dalam grafik di atas, terlihat adanya penurunan nilai maupun volume ekspor CPO yang cukup drastis. Hal ini cukup merisaukan, terkait dengan skala usaha CPO yang telah sedemikian besar dan belum ada produk t urunan lain yang dihasilkan di Sumut. Fokus ekspor pada CPO, yang pada dasarnya masih merupakan bahan ment ah, akan menyebabkan keraw anan pada sisi permintaan dan nilai tambah yang masih rendah. BOKS 2 M ENUJU SUM UT SEBAGAI PUSAT SAW IT ASIA 29 Terkait dengan hal tersebut, industri kelapa saw it yang ada saat masih bisa dikembangkan dengan menat a ulang sistem dari hulu sampai ke hilir. M ata rant ai industri harus diperluas dan diperpanjang, sehingga nilai tambah yang didapat akan menigkat dan berujung pada peningkat an pertumbuhan yang signifikan. Produk turunan dari kelapa saw it sangat banyak dan bisa dimanfaat kan oleh berbagai macam industri, seperti kosmetik, kesehatan, pangan dan industri lainnya. Grafik Produk Turunan Kelapa Saw it Untuk it u, perlu dikembangkan sistem yang terintegrasi dan menyeluruh sebagai bagian dari upaya menciptakan pertumbuhan melalui kelapa saw it. Upaya pengembangan ini tentu saja membutuhkan peran dari seluruh stakeholder yang terkait. Sejauh ini, perbankan juga telah memulainya dengan melakukan pembiayaan revitalisasi perkebunan, sebagai upaya penguatan sektor produksi dasar. Namun, masih diperlukan jalan panjang dan kebersungguhan semua pihak untuk berhasil menciptakan Sumut sebagai pusat saw it di Asia. 30 Gambar Pengembangan Industri Kelapa Saw it BAB II Perkembangan Inflasi D aerah 31 Perkembangan Inflasi Daerah

2.1. KONDISI UM UM