Sekt or Pert anian

13 Perkembangan Ekonomi M akro Regional 9,04 , 6,01 dan 5,61 yoy. Sementara itu, sektor dengan pangsa tertinggi yaitu sektor pertanian pada triw ulan laporan menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi sebesar 4,08 yoy. Sektor yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 0,65 . Sementara sektor industri pengolahan, juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 3,40 menjadi 2,70 . Perlambatan ini tidak terlepas dari kontraksi yang terjadi pada industri migas, hingga mencapai 2,91 . Kontraksi ini masih berlanjut dari periode sebelumnya yang juga mengalami penurunan sebesar 0,77 . Dari sub sektor industri non migas, pertumbuhan terutama bersumber dari pertumbuhan industri kertas dan barang cetakan. Hal ini terkait erat dengan peningkatan yang sangat signifikan akan barang-barang cetakan untuk persiapan kampanye dan Pemilu 2009. Senada dengan barang cetakan, industri tekstil dan sablon juga mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh kegiatan yang sama.

1. Sekt or Pert anian

M eskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tercatat tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, yaitu sebesar 4,08 . Sub sektor peternakan mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan seluruh sub sektor lainnya, dengan pencapaian sebesar 6,43 . Sementara itu, subsektor perkebunan juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik, yaitu sebesar 5,36 . Berdasarkan siklus musimannya, pertumbuhan yang dicapai oleh sub sektor perkebunan ini masih belum mencapai puncaknya. Terdapat harapan besar bahw a pada triw ulan mendatang pertumbuhan perkebunan akan tercapai lebih tinggi lagi.Hal ini juga didasari dengan faktor perbaikan harga jual tandan buah segar TBS kelapa saw it dan karet mentah yang sangat mendominasi tanaman perkebunan yang dibudidayakan di Sumut. Di sub sektor tanaman bahan makanan, fenomena yang terjadi adalah masih tingginya curah hujan di Sumut sempat menggeser musim tanam dan juga menyebabkan padi terserang berbagai hama, antara lain hama kresek. M eskipun demikian, produksi tanaman bahan makanan masih mengalam i pertumbuhan sebesar 1,47 lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya 1,34 . Peningkatan pertumbuhan di sektor pertanian pada triw ulan IV-2008 belum sejalan dengan peningkatan tingkat kesejahteraan petani secara signifikan. Hal ini t ercermin dari 14 Perkembangan Ekonomi M akro Regional masih rendahnya nilai tukar petani NTP sebagai salah satu indikator kesejahteraan petani. NTP pada bulan Februari tercatat sebesar 99,81 hanya sedikit meningkat dibandingkan Januari yang sebesar 97,92. Grafik I.21. Nilai Tukar Petani Sumut -4 -2 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 2006 2007 2008 2009 80 85 90 95 100 105 110 Nilai Tukar Petani Pertumbuhan yoy Sumber : BPS, Sumut Berdasarkan sub kelompoknya, NTP pada pertanian hortikultura merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 110,74 diikuti perikanan sebesar 106,79 serta peternakan sebesar 100,26. Sementara, sub sektor lainnya masih berada di baw ah 100, seperti tanaman perkebunan rakyat yang hanya sebesar 97,48. Berdasarkan Angka Ramalan ARAM I 2009, produktivitas padi diperkirakan akan mengalami kenaikan dari 44,63 kuintal per hektar menjadi 44,81 kuintal per hektar. Di sisi lain, luas lahan pertanian padi juga mengalami peningkatan dari 748 ribu hektar menjadi 764 ribu hektar. Di seluruh Sumatera, lahan pertanian di Sumut adalah yang terluas. Dengan peningkatan luas lahan sekaligus produktivitas hasil tanaman, maka pada tahun 2009 diperkirakan produksi tanaman padi Sumut akan mencapai 3,42 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,56 dibandingkan tahun 2008. Angka ini jauh di atas angka pertumbuhan nasional yang hanya diperkirakan sebesar 1,13 saja. M eningkatnya produksi beras tahun 2009, akan menyebabkan Sumut surplus beras lebih dari 1 juta ton. Dengan perhitungan produksi padi 3,42 juta ton, sedangkan kebutuhan dari 13,04 juta jiw a penduduk Sumut sebesar 1,78 ton atau mencapai 136,74 kgkapitatahun. Di Sumatera, dari sepuluh provinsi, surplus Sumut merupakan kedua terbesar setelah Sumsel. 15 Perkembangan Ekonomi M akro Regional Produk dan Produktivitas Padi Sumut Sumber : BPS Untuk meningkatkan produksi pertanian, bersamaan dengan Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU, Provinsi Sumatera Utara Sumut tahun ini juga mendapat bantuan langsung pupuk BLP dari pemerintah pusat. BLP ini untuk membantu pemupukan tanaman padi seluas 31.429 hektar, yang terdiri dari 10.000 hektar untuk tanaman padi hibrida dan 21.429 hektar padi non hibrida. Ketiga jenis pupuk yang akan diterima petani untuk sat u hektar lahan adalah pupuk NPK sebanyak 100 kg, pupuk organik Granul 300 kg dan pupuk organik cair sebesar 2 liter per hektar. Penyaluran akan diselenggarakan oleh PT Sang Hyang Seri SHS dan PT Pertani. Untuk daerah yang mendapatkan BLP padi hibrida, adalah Kabupaten Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Langkat, Tapanuli Selatan, Batubara, Toba Samosir, Deli Serdang, Simalungun dan Kabupaten M andailing Natal. Sedangkan untuk padi non hibrida yakni Kabupaten Langkat, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Toba Samosir, M andailing Natal, Dairi, Labuhan Batu, Humbahas, Nias dan Kabupaten Pakpak Barat. Penyaluran BLBU dan BLP diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi hingga 5 . Selain itu, BLP ini juga dimaksudkan sebagai langkah pengalihan pupuk sintetik ke pupuk organik dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan padi. Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang menurun 1,12 yoy. Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp9,13 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,23 triliun. 16 Perkembangan Ekonomi M akro Regional Grafik I.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian -20 -10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 I II III IV I II III IV I II III IV I 2006 2007 2008 2009 2 4 6 8 10 12 Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan yoy Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI M edan

2. Sektor Industri Pengolahan