8.37 6.24 3.32 9.32 8.02 6.62 Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat BPR

60 Perkembangan Perbankan Daerah Stabilitas sistem perbankan sangat penting bagi perkembangan sistem keuangan, serta perkembangan kredit investasi. Dengan stabilnya sistem perbankan dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi deposan dan investor, meningkatkan efisensi intermedasi keuangan, meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki sumber daya dan selama triw ulan I-2009, stabilitas perbankan Sumut masih relatif terjaga.

1. Risiko Kredit Risiko kredit perbankan pada triw ulan laporan secara agregat menunjukkan tren

meningkat. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya NPL gross. NPL gross triw ulan I- 2009 sebesar 3,63 meningkat dibandingkan triw ulan IV-2008 sebesar 2,81 .

8.60 8.37

8.01 6.24

3.63 3.32

3.16 2.81

3.63 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I 2007 2008 2009 Ditinjau dari sisi sektoral, sektor industri perdagangan, hotel dan restoran PHR mendominasi NPL. NPL sektor PHR mencapai Rp377,16 miliar atau 35,73 dari total NPL sebesar Rp1,06 triliun. Selanjutnya sektor industri pengolahan sebesar Rp115,61 miliar 10,95 dari total NPL dan sektor konstruksi sebesar Rp85,32 miliar 8,08 dari total NPL menempati porsi terbesar kedua dan ketiga NPL Sumut. Secara nasional, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan kredit tahun 2009 berada di kisaran 22-24 atau lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 30 , sedangkan rasio pinjaman terhadap pinjaman LDR masih berada di kisaran 83 . Untuk rasio kredit bermasalah NPL berada di kisaran 3,95 . Namun yang perlu diw aspadai oleh perbankan nasional ialah kondisi keuangan debitur eksportir karena melemahnya ekonomi global serta risiko pasar yang naik karena gejolak kurs rupiah. Grafik 3.15. NPL gross Grafik 3.16. NPL menurut Sektor Ekonomi 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I 2006 2007 2008 2009 R p t r il iu n Total Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran danHotel Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lainnya 61 Perkembangan Perbankan Daerah

2. Risiko Likuiditas Likuiditas perbankan mengetat sebagaimana tampak dari indikator cash ratio

yang menunjukkan tren meningkat. Cash ratio triw ulan I-2009 sebesar 5,99 meningkat bila dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 5,55 . Grafik 3.17. Cash Ratio

9.04 9.32

8.97 8.02

7.44 6.62

6.42 5.55

5.99 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I 2007 2008 2009 Selain dipicu oleh likuiditas global, ketatnya likuiditas perbankan juga didorong oleh struktur DPK yang terkonsentrasi pada dana jangka pendek. Kondisi ini membuat bank berisiko mengalami mismatch atau ketidaksesuaian tenor mengingat sebagian besar kredit yang disalurkan justru berjangka menengah dan panjang.

3. Risiko Pasar

Bagi bank, risiko pasar terutama tercermin pada tingkat suku bunga dan nilai tukar. Tingkat suku bunga giro, tabungan, deposito, dan kredit cenderung turun. Bahkan pada akhir triw ulan laporan, suku bunga deposito mencapai 8,91 . Tabel 3.2. Suku Bunga Giro, Tabungan, Deposito, dan Kredit 62 Perkembangan Perbankan Daerah Bul an Gi ro Tabungan D eposi to Kredi t Jan 2008 2.36 3.40 6.87 11.76 Feb 2008 2.29 3.34 6.67 11.63 M ar 2008 2.30 3.26 6.53 11.75 Apr 2008 2.39 3.24 6.41 11.61 M ei 2008 2.43 3.25 6.56 11.49 Jun 2008 2.42 3.22 6.72 11.50 Jul 2008 2.40 3.23 6.94 11.83 Agt 2008 2.44 3.24 7.45 11.89 Sept 2008 2.47 3.29 8.54 12.27 O kt 2008 2.42 3.34 8.95 12.84 N ov 2008 2.45 3.39 9.36 13.11 D es 2008 2.29 3.36 9.93 13.43 Jan 2009 2,36 3,39 9,71 13,39 Feb 2009 2,33 3,33 9,19 13,35 M ar 2009 2.34 3.26 8.91 13.33 rata-rata tertimbang Penurunan suku bunga deposito merupakan sinyal semakin longgarnya likuiditas perbankan. Suku bunga giro dan tabungan relatif sensitif terhadap penurunan BI Rate. Sedangkan suku bunga deposito dan kredit relatif lebih rigid untuk turun. Sementara itu, risiko yang terkait dengan nilai tukar relatif terkendali. Beberapa ketentuan terkait pembatasan exposure valas disinyalir mampu meredam fluktuasi nilai tukar.

3.4. Perbankan Syariah

Bank umum syariah pada triw ulan I-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Total aset tumbuh 51,77 yoy menjadi Rp3,34 triliun dan secara triw ulanan meningkat 6,03 . Pembiayaan yang diberikan PYD meningkat 4,48 qtq atau 48,07 yoy menjadi Rp3,50 triliun. DPK naik 8,89 qtq, namun secara tahunan tumbuh 53,46 yoy menjadi Rp1,96 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PYD mengakibatkan rasio PYD terhadap DPK atau financing to deposit ratio FDR bank umum syariah pada triw ulan I-2009 menurun dari 204,36 pada triw ulan sebelumnya menjadi 178,60 . 63 Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.19. Perkembangan Aset, Pembiayaan, DPK Perbankan Syariah 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2007 2008 2009 R p tr il iu n Aset Pembiayaan DPK Sementara itu, risiko pembiayaan bank umum syariah di Sumut pada triw ulan I-2009 meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh rasio persentase Gross non performing financing NPF pada triw ulan I-2009 yang tercatat sebesar 8,27 atau lebih tinggi dibandingkan dengan gross NPF triw ulan sebelumnya yang sebesar 7,38 . Bank syariah terus melakukan upaya untuk menurunkan NPF dengan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah secara lebih intensif serta tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Grafik 3.20. FDR Perbankan Syariah 227.35 195.81 195.63 181.39 185.08 183.12 227.01 204.36 178.60 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2007 2008 2009 64 Perkembangan Perbankan Daerah

3.5. Bank Perkreditan Rakyat BPR

Perkembangan BPR konvensional maupun syariah BPRS pada triw ulan I-2009 mengalami penurunan. Total aset BPR turun 3,77 qtq namun secara tahunan tumbuh 13,33 yoy menjadi Rp0,51 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan DPK sebesar 5,71 qtq atau 12,12 yoy menjadi Rp0,37 triliun, serta peningkatan penyaluran kreditpembiayaan sebesar 18,18 yoy menjadi Rp0,37 triliun. Grafik 3.21. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2007 2008 2009 Rp triliun Asset Kredit DPK Fungsi intermediasi BPR triw ulan I-2009 mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triw ulan sebelumnya. LDR BPR sebesar 105,41 menurun bila dibandingkan triw ulan IV- 2008 sebesar 108,57 . Grafik 3.23. LDR BPR 127.27 107.14 117.45 101.68 100.00 106.45 111.76 108.57 105.41 100 105 110 115 120 125 130 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2007 2008 2009 BAB IV Perkembangan Keuangan D aerah 65 Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2009 APBD 2009