60 Perkembangan Perbankan Daerah
Stabilitas sistem perbankan sangat penting bagi perkembangan sistem keuangan, serta perkembangan kredit investasi. Dengan stabilnya sistem perbankan dapat menciptakan
lingkungan yang lebih mendukung bagi deposan dan investor, meningkatkan efisensi intermedasi keuangan, meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki sumber
daya dan selama triw ulan I-2009, stabilitas perbankan Sumut masih relatif terjaga.
1. Risiko Kredit Risiko kredit perbankan pada triw ulan laporan secara agregat menunjukkan tren
meningkat. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya NPL gross. NPL gross triw ulan I-
2009 sebesar 3,63 meningkat dibandingkan triw ulan IV-2008 sebesar 2,81 .
8.60 8.37
8.01 6.24
3.63 3.32
3.16 2.81
3.63
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw.I 2007
2008 2009
Ditinjau dari sisi sektoral, sektor industri perdagangan, hotel dan restoran PHR mendominasi NPL. NPL sektor PHR mencapai Rp377,16 miliar atau 35,73 dari total NPL
sebesar Rp1,06 triliun. Selanjutnya sektor industri pengolahan sebesar Rp115,61 miliar 10,95 dari total NPL dan sektor konstruksi sebesar Rp85,32 miliar 8,08 dari total
NPL menempati porsi terbesar kedua dan ketiga NPL Sumut. Secara nasional, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan kredit tahun 2009 berada di
kisaran 22-24 atau lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 30 , sedangkan rasio pinjaman terhadap pinjaman LDR masih berada di kisaran 83 . Untuk rasio kredit
bermasalah NPL berada di kisaran 3,95 . Namun yang perlu diw aspadai oleh perbankan nasional ialah kondisi keuangan debitur eksportir karena melemahnya ekonomi global
serta risiko pasar yang naik karena gejolak kurs rupiah.
Grafik 3.15. NPL gross Grafik 3.16. NPL menurut Sektor Ekonomi
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I 2006
2007 2008
2009
R p
t r
il iu
n
Total Pertanian
Pertambangan Industri Pengolahan
Listrik Gas dan Air Konstruksi
Perdagangan, Restoran danHotel Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi
Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat
Lainnya
61 Perkembangan Perbankan Daerah
2. Risiko Likuiditas Likuiditas perbankan mengetat sebagaimana tampak dari indikator cash ratio
yang menunjukkan tren meningkat. Cash ratio triw ulan I-2009 sebesar 5,99
meningkat bila dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 5,55 .
Grafik 3.17. Cash Ratio
9.04 9.32
8.97 8.02
7.44 6.62
6.42 5.55
5.99
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
10.00
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw.I 2007
2008 2009
Selain dipicu oleh likuiditas global, ketatnya likuiditas perbankan juga didorong oleh struktur DPK yang terkonsentrasi pada dana jangka pendek. Kondisi ini membuat bank
berisiko mengalami mismatch atau ketidaksesuaian tenor mengingat sebagian besar kredit yang disalurkan justru berjangka menengah dan panjang.
3. Risiko Pasar
Bagi bank, risiko pasar terutama tercermin pada tingkat suku bunga dan nilai tukar. Tingkat suku bunga giro, tabungan, deposito, dan kredit cenderung turun. Bahkan pada
akhir triw ulan laporan, suku bunga deposito mencapai 8,91 .
Tabel 3.2. Suku Bunga Giro, Tabungan, Deposito, dan Kredit
62 Perkembangan Perbankan Daerah
Bul an Gi ro
Tabungan D eposi to
Kredi t Jan 2008
2.36 3.40
6.87 11.76
Feb 2008 2.29
3.34 6.67
11.63 M ar 2008
2.30 3.26
6.53 11.75
Apr 2008 2.39
3.24 6.41
11.61 M ei 2008
2.43 3.25
6.56 11.49
Jun 2008 2.42
3.22 6.72
11.50 Jul 2008
2.40 3.23
6.94 11.83
Agt 2008 2.44
3.24 7.45
11.89 Sept 2008
2.47 3.29
8.54 12.27
O kt 2008 2.42
3.34 8.95
12.84 N ov 2008
2.45 3.39
9.36 13.11
D es 2008 2.29
3.36 9.93
13.43 Jan 2009
2,36 3,39
9,71 13,39
Feb 2009 2,33
3,33 9,19
13,35 M ar 2009
2.34 3.26
8.91 13.33
rata-rata tertimbang
Penurunan suku
bunga deposito merupakan
sinyal semakin longgarnya likuiditas
perbankan. Suku bunga giro dan tabungan relatif sensitif terhadap penurunan BI Rate. Sedangkan suku bunga deposito dan kredit relatif lebih rigid untuk turun. Sementara itu,
risiko yang terkait dengan nilai tukar relatif terkendali. Beberapa ketentuan terkait pembatasan exposure valas disinyalir mampu meredam fluktuasi nilai tukar.
3.4. Perbankan Syariah
Bank umum syariah pada triw ulan I-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Total aset tumbuh 51,77 yoy menjadi Rp3,34 triliun dan secara triw ulanan meningkat
6,03 . Pembiayaan yang diberikan PYD meningkat 4,48 qtq atau 48,07 yoy menjadi Rp3,50 triliun. DPK naik 8,89 qtq, namun secara tahunan tumbuh 53,46
yoy menjadi Rp1,96 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan PYD mengakibatkan rasio PYD terhadap DPK atau financing to deposit ratio FDR bank umum syariah pada triw ulan I-2009 menurun dari 204,36 pada triw ulan
sebelumnya menjadi 178,60 .
63 Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.19. Perkembangan Aset, Pembiayaan, DPK Perbankan Syariah
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I 2007
2008 2009
R p
tr il
iu n
Aset Pembiayaan
DPK
Sementara itu, risiko pembiayaan bank umum syariah di Sumut pada triw ulan I-2009 meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh rasio persentase Gross non performing financing NPF
pada triw ulan I-2009 yang tercatat sebesar 8,27 atau lebih tinggi dibandingkan dengan gross
NPF triw ulan sebelumnya yang sebesar 7,38 . Bank syariah terus melakukan upaya untuk menurunkan NPF dengan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah secara lebih
intensif serta tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan.
Grafik 3.20. FDR Perbankan Syariah
227.35
195.81 195.63
181.39 185.08
183.12 227.01
204.36
178.60
150 160
170 180
190 200
210 220
230 240
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV Tw. I
Tw. II Tw. III Tw. IV
Tw. I 2007
2008 2009
64 Perkembangan Perbankan Daerah
3.5. Bank Perkreditan Rakyat BPR
Perkembangan BPR konvensional maupun syariah BPRS pada triw ulan I-2009 mengalami penurunan. Total aset BPR turun 3,77 qtq namun secara tahunan tumbuh 13,33
yoy menjadi Rp0,51 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan DPK
sebesar 5,71 qtq atau 12,12 yoy menjadi Rp0,37 triliun, serta peningkatan penyaluran kreditpembiayaan sebesar 18,18 yoy menjadi Rp0,37 triliun.
Grafik 3.21. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I 2007
2008 2009
Rp triliun
Asset Kredit
DPK
Fungsi intermediasi BPR triw ulan I-2009 mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triw ulan sebelumnya. LDR BPR sebesar 105,41 menurun bila dibandingkan triw ulan IV-
2008 sebesar 108,57 .
Grafik 3.23. LDR BPR
127.27
107.14 117.45
101.68 100.00
106.45 111.76
108.57 105.41
100 105
110 115
120 125
130
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I 2007
2008 2009
BAB IV
Perkembangan Keuangan D aerah
65 Perkembangan Keuangan Daerah
4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2009 APBD 2009