Penyedian Uang Yang Layak Edar Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank

75 Perkembangan Sistem Pembayaran Berdasarkan sumber penerimaan atau laporan temuan uang palsu pada periode laporan, sebagian besar atau 95 berdasarkan laporan bank ke KBI M edan. Sama dengan periode sebelumnya, denominasi pecahan Rupiah yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp.50.000,- yang tercatat sebanyak 116 bilyet atau 50,22 dari total temuan uang palsu, diikuti pecahan Rp.100.000,- 37,23 , pecahan Rp.20.000,- 9,96 , pecahan Rp.10.000,- 1,30 , pecahan Rp.5.000,- 1,30 sedangkan uang pecahan Rp.1.000,- tidak ditemukan. Sementara itu dari KBI Sibolga tidak terdapat laporan temuan uang palsu pada periode laporan. Data perkembangan temuan uang rupiah palsu di w ilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel .... dibaw ah ini. Tabel 5.4. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumatera Utara Satuan Lembar Untuk menekan jumlah beredarnya uang palsu di w ilayah Sumatera Utara, KBI M edan dan KBI Sibolga tetap melakukan upaya penanggulangan secara kontinyu, baik preventif maupun represif. Langkah preventif dimaksud antara lain meningkatkan pemahaman masyarakat dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada kalangan pelajar, mahasisw a, akademisi, masyarakat, pelaku usaha, pegaw ai negeri, kepolisian serta penyebaran informasi kepada perbankan di w ilayah Sumatera Utara. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak instansi pemerintah yang berw enang.

5.5. Penyedian Uang Yang Layak Edar

M emenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal baik dari jumlah maupun kualitas yang layak edar merupakan salah satu tujuan dari kebijakan Bank Indonesia terkait dengan transaksi pembayaran secara tunai. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia senantiasa memantau dan menghitung jumlah uang yang berada di masyarakat dan perbankan. Selain itu, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak 76 Perkembangan Sistem Pembayaran edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar lusuhrusak dan uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB, yang selanjutnya dilakukan pemusnahan. Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Pada triw ulan I 2009 jumlah uang kartal yang telah dicatat sebagai PTTB tercatat sebesar Rp.230 milyar atau sebesar 5,01 dari jumlah Inflow triw ulan I 2009 Aliran uang masuk ke KBI M edan dan KBI Sibolga. Dibanding dengan periode triw ulan sebelumnya, jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB mengalami penurunan sebesar 274,47 dimana pada triw ulan IV 2008 tercatat sebesar Rp.860 milyar. M enurunnya ratio PTTB pada periode laporan mengindikasikan bahw a tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam menggunakan uang kertas pada transaksi tunai telah cukup baik, sehingga kerusakan fisik uang kertas lebih terjaga dan w aktu penggunaannya jadi lebih lama.

5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank

Perkembangan transaksi PVA bukan bank di w ilayah Provinsi Sumatera Utara pada triw ulan IV 2008 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, dimana transaksi beli UKA dan TC tercatat sebesar 17.574 ribu atau meningkat 53,26 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11.467 ribu. Sementara itu nilai transaksi jual UKA dan TC tercatat sebesar 11.131 ribu atau menurun 3,79 dari 11.569 ribu pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dibanding triw ulan sebelumnya, nilai transaksi beli UKA dan TC tumbuh sebesar 24,10 dimana pada triw ulan III 2008 tercatat sebesar 14.161. Sedangkan nilai transaksi jual UKA dan TC menurun sebesar 21,13 dari 14.113 menjadi 11.131. Jumlah pedagang valuta asing PVA bukan bank sampai dengan periode triw ulan IV 2008 tercatat sebanyak 44 PVA atau tumbuh sebesar 7,32 , dari 41 PVA menjadi 44 PVA, dengan beroperasinya 3 tiga perusahaan PVA baru di kota M edan. 77 Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel 5.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC Ribu USD Berbeda dari beberapa triw ulan sebelumnya dimana pola transaksi jual selalu seiring dengan transaksi beli, pada triw ulan IV 2008 terlihat bahw a nilai transaksi beli mengalami peningkatan yang cukup signifikan sedangkan transaksi jual mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap beberapa mata uang asing antara lain Dollar US, Singapura Dollar, M alaysia Ringgit. Faktor lainnya adalah masuknya w isataw an mancanegara w isman khususnya yang berasal dari negara-negara ASEAN melalui 3 pintu masuk antara lain Bandar Udara Polonia, Pelabuhan Laut Belaw an dan Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan, Remitansi Tenaga Kerja Indonesia TKI, Penggunaan UKA untuk keperluan medis berobat dengan negara tujuan utama adalah M alaysia dan Singapura, pendidikan, menunaikan ibadah haji, w isata rohani ke luar negeri dan perdagangan. Jenis valuta asing yang paling dominan dalam transaksi jual beli valuta asing di w ilayah provinsi Sumatera Utara adalah mata uang M alaysia Ringgit M YR dan Singapura Dollar SGD, hal ini seiring dengan banyak transaksi masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi dengan negara tetangga M alaysia dan Singapura. BAB VI Perkembangan Ketenagakerjaan D aerah dan Kesej ahteraan 78 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

6.1. KONDISI UM UM