57 Perkembangan Perbankan Daerah
Berdasarkan sektor ekonomi, tiga sektor yang menyerap kredit terbesar, adalah sektor lainnya konsumsi, sektor perdagangan, hotel dan restoran PHR, dan sektor industri
pengolahan. Pangsa ketiganya terhadap total kredit mencapai 77 . Berdasarkan
pertumbuhannya, sektor lainnya konsumsi tumbuh 23,02 yoy, sektor PHR tumbuh 24,15 yoy, sedangkan sektor industri pengolahan tumbuh 28,49 yoy dengan
nominal masing-masing Rp15,55 triliun, Rp14,96 triliun dan Rp19,03 triliun. Kegiatan intermediasi perbankan triw ulan I-2009 mengalami perlambatan. Hal ini terlihat
dari penurunan Loan to Deposit Ratio LDR dari 76,01 pada triw ulan I-2008 menjadi 73,94 pada triw ulan laporan, begitu pula bila dibandingkan dengan LDR triw ulan IV-
2008 sebesar 79,03 . Akselerasi penghimpunan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan realisasi kredit menyebabkan LDR sedikit menurun.
Grafik 3.9. Perkembangan LDR Sumut
68.18 71.56
72.85 75.90 76.01
82.33 84.48
79.03 73.94
60 65
70 75
80 85
90
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw.I 2007
2008 2009
3. Kredit UM KM
Penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah M KM oleh bank umum di Sumut pada triw ulan I-2009, tumbuh minus 0,50 qtq atau 21,44 yoy menjadi Rp30,02 triliun.
Pertumbuhan kredit M KM tersebut tidak secepat pertumbuhan total kredit yang tumbuh minus 1,39
qtq . Pangsa kredit M KM
terhadap total kredit mengalami sedikit peningkatan dari 45,22 pada triw ulan IV-2008 menjadi 45,63 pada triw ulan I-2009.
.
58 Perkembangan Perbankan Daerah
5.71 34.74
59.56
mikro kecil
menengah
Grafik 3.10. Kredit UM KM Berdasar Plafon Grafik 3.11. Pangsa Kredit UM KM
Berdasar Plafon
Sekitar 62 dari porsi kredit M KM tersebut merupakan kredit modal kerja 50,29 dan
investasi 12,78 , sedangkan 36,96 dari porsi
kredit M KM
merupakan kredit
konsumsi. M enurut skala kreditnya, 5,71 kredit M KM disalurkan dalam bentuk kredit
mikro, sedangkan untuk kredit kecil dan menengah dengan pangsa 34,74 dan 59,56 .
Berdasarkan sektor ekonomi, sektor PHR adalah penyerap kredit M KM terbesar, yakni mencapai Rp9,80 triliun atau 33,67 dari total kredit M KM . Selanjutnya, sektor industri
pengolahan adalah penyerap kredit M KM terbesar kedua, mencapai Rp2,47 triliun 8,49 , yang sebagian besar diserap oleh subsektor industri makanan. Di urutan ketiga
adalah sektor jasa dunia usaha yang menyerap sekitar 7,81 dari total kredit M KM atau sebesar Rp2,27 triliun
.
Grafik 3.12. Kredit UM KM menurut Penggunaan
13.08 14.58
15.45 15.12
14.64
2.59 3.20
3.66 3.71
3.72 8.74
9.92 10.94
10.95 10.76
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Tw.I Tw.II
Tw.III Tw.IV
Tw.I 2008
2009
R p
T r
i l
i u
n
modal kerja investasi
konsumsi
50.29
12.78 36.96
modal kerja investasi
konsumsi
Grafik 3.13. Pangsa Kredit UM KM menurut Penggunaan
0.76 0.85
0.95 1.03
1.17 1.28
1.53 1.60
1.68 5.85
6.44 7.21
7.46 8.17
9.23 10.19
10.08 10.63
11.74 12.71
13.52 13.62
15.05 17.18
18.32 18.11
17.72
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw.I 2007
2008 2009
R p
t r
il iu
n
Mikro Kecil
Menengah
59 Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.14. Kredit UM KM menurut Sektor
5 10
15 20
25 30
35
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw. I Tw. II
Tw. III Tw. IV
Tw.I 2007
2008 2009
Rp triliun
Pertanian Pertambangan
Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air
Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel
Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat Lainnya
Sejak krisis moneter 1997-1998, perbankan berlomba-lomba menyalurkan kredit ke debitur usaha mikro, kecil, dan menengah UM KM dengan keyakinan sektor UM KM
tahan terhadap krisis, akan tetapi krisis global yang saat ini terjadi justru menunjukkan, sektor UM KM t idak tahan 100 dari krisis. Hal ini terlihat dari kredit bermasalah atau
non-performing loan NPL di sektor UM KM yang semakin meningkat. Secara nasional, menurut Data Statistik Perbankan Indonesia SPI, nilai NPL UM KM naik
3,7 dari Rp 20,71 triliun pada akhir Januari 2009 menjadi Rp 21,47 triliun pada akhir Februari 2009. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, NPL kredit UM KM pada Februari
2009 itu naik 15,36 dibanding akhir Februari 2008 yang sebesar Rp 18,61 triliun. Sementara itu di Sumut sendiri, NPL UM KM pada triw ulan laporan meningkat menjadi
Rp1,06 triliun, dimana triw ulan sebelumnya sebesar Rp0,87 triliun. Naiknya NPL kredit UM KM ini mencerminkan kian lemahnya daya beli masyarakat ,
dikarenakan sebagian
besar debitur
UM KM merupakan
pelaku bisnis di
sektor perdagangan. Saat daya beli masyarakat turun, penghasilan pengusaha UM KM turun,
akibatnya masyarakat kesulitan melunasi utang karena pemasukan yang minim.
3.3. Stabilitas Sistem Perbankan