Ekspor – Impor SISI PERM INTAAN

9 Perkembangan Ekonomi M akro Regional Grafik I.15. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut 2 4 6 8 10 12 14 16 I II III IV I II III IV I II III IV I 2006 2007 2008 2009 Rp Triliun 5 10 15 20 25 30 35 40 45 pos is i kredit pertumbuha n yoy Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI M edan Sementara itu, investasi yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Sumut ialah pembangunan tol kualanamu dimana p erkiraan biaya proyek yang diperoleh dari investasi yaitu sebesar Rp4.391,83 miliar, untuk biaya pengadaan tanah Rp750 miliar sedangkan volume lalu lintas sebanyak 12.568 kenderaan perhari. Perkiraan ini berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh Dinas Bina M arga. Pembangunan jalan tol tersebut diharapkan selesai pada bulan M ei 2010.

3. Ekspor – Impor

Gejolak perekonomian global berimbas antara lain terhadap perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini menyebabkan adanya penurunan daya beli dan permintaan komoditas asal Sumut. M eskipun pada tahun 2008, nilai ekspor Sumut mampu tumbuh 31,51 , namun pada triw ulan I-2009 diperkirakan mengalami kontraksi sampai dengan -48,49 yoy, jauh lebih rendah dibandingkan triw ulan IV- 2008 sebesar -15 . Sedangkan volume ekspor triw ulan I-2009 juga mengalami kontraksi sebesar -25,86 yoy dari 1,33 ribu ton menjadi 0,99 ribu ton. Ekspor terbesar disumbangkan oleh produk minyak hew an, nabati dan CPO, dengan nilai mencapai USD289,68 juta 38,83 dari total ekspor, diikuti oleh ekspor karet Sumut yang mencapai USD127,43 juta atau 17,05 dari total ekspor. Terjadinya perlambatan ekspor terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional maupun pertumbuhan ekonomi dunia. Secara lebih khusus, produk 10 Perkembangan Ekonomi M akro Regional manufaktur merupakan salah satu yang mengalami tekanan terbesar, sehingga terjadi penurunan kapasitas utilisasi. Berdasarkan hasil liaison terhadap beberapa industri manufaktur, kapasitas utilisasi rata-ratanya tinggal 60-80 . M eskipun demikian, belum terdapat rencana PHK secara massal, karena kondisi penurunan permintaan ini dapat diantisipasi dengan melakukan efisiensi biaya produksi serta sangat terbantu dengan penurunan biaya BBM . Grafik I.16. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Grafik I.17. Perkembangan Volume Ekspor Impor 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000 900,000,000 1,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 2006 2007 2008 2009 USD Nilai Ekspor Nilai Impor 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000 900,000,000 1,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 2006 2007 2008 2009 Kg Volume Ekspor Volume Impor Sumber : BI Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 75,08 dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang ut ama tetap berupa produk makanan dan minuman. Grafik I.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel I.4. Nilai Ekspor Triw ulan I-2009 Produk Utama 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2006 2007 2008 2009 USD Mnyk hwn,nabati,CPO Karet Alumunium Kayu Kopi,Teh,Rempah data sd Februari 2009 Sumber : BI Impor Sumut diperkirakan menurun terkait dengan menurunnya impor bahan baku industri manufaktur. Nilai impor Sumut triw ulan I-2009 Januari- Februari 2009 11 Perkembangan Ekonomi M akro Regional mencapai USD233,71 juta, atau menurun -44,97 yoy. Impor Sumut didominasi oleh impor barang modalbahan baku dengan nilai mencapai USD205,41 juta. M eskipun secara umum impor menurun, namun komponen impor bahan baku masih cukup tinggi. Bahan baku yang diimpor terutama yang berguna untuk mendukung kegiatan produksi dengan komponen impor tinggi high import content seperti industri kimia dan industri barang dari logam. Sebagaimana periode-periode sebelumnya, maka produk-produk yang mendominasi impor Sumut pada triw ulan I-2009 ini yaitu Kimia dan Bahan dari Kimia, Logam Dasar dan Produk M akanan dan M inuman. Sementara itu, nilai impor pupuk Sumut periode Januari-Februari 2009 turun sebesar 87,01 dibanding periode sama 2008 atau sebesar USD8,543 juta, yang diakibatkan oleh tindakan petani dan pengusaha perkebunan yang mengurangi pemupukan tanamannya. Penurunan impor pupuk Sumut dipicu menurunnya harga jual berbagai komoditi yang mengakibatkan pendapatan petani atau pengusaha berkurang dan membuat petani mengurangi biaya produksi antara lain dengan membatasi pemupukan. Diperkirakan impor pupuk Sumut akan pulih pada April dan M ei 2009, ketika musim tanam mulai berlangsung dan membaiknya harga jual berbagai komoditas meski masih belum kembali ke harga normal. Tabel I.5. Nilai Impor Triw ulan I-2009 Sumber : BI data sampai dengan Februari 2009 Penurunan nilai dan volume ekspor yang terjadi saat ini, perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang tepat. Diperlukan adanya pengalihan orientasi penjualan, terutama untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dengan keuntungan komparatif yang tinggi terhadap produk-produk perkebunan, maka Sumut bisa memacu dan mencari pasar domestik baru. 12 Perkembangan Ekonomi M akro Regional Selain perubahan orientasi pemasaran, diperlukan juga pembenahan rantai produksi, terutama sebagai upaya meningkatkan nilai tambah. Jika selama ini ekspor masih didominasi bahan mentah dan barang set engah jadi, maka sudah saatnya komoditas ekspor difokuskan pada barang jadi dengan nilai tambah yang tinggi. M emperkuat lini produksi dan menguatkan nilai tambah sebaiknya difokuskan pada dua produk utama yaitu karet dan kelapa saw it, mengingat keduanya mendominasi ekspor. Langkah kongkritnya, antara lain adalah menjadikan Sumut sebagai pusat saw it di Indonesia bahkan Asia. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil, mengingat Sumut adalah provinsi dengan areal perkebunan kelapa saw it terluas. Selain itu, proses budidaya tanaman dan produksi CPO sudah sangat familiar dengan masyarakat, sehingga yang diperlukan adalah meningkatkan nilai tambah melalui pembenahan yang terstruktur dari hulu ke hilir. M eskipun dengan kecenderungan penurunan baik pada komponen ekspor maupun impor, neraca perdagangan trade balance Sumut masih berada dalam kondisi surplus. Nilai neraca perdagangan pada Februari 2009 tercatat sebesar USD512,12 juta, sementara pada Februari 2008 tercatat sebesar USD1.023,41 juta. Grafik I.19. Volume M uat Barang di Grafik I.20. Neraca Perdagangan Sumut Pelabuhan Belaw an 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2008 2009 Ton Muat Barang 100 200 300 400 500 600 700 800 2006 2007 2008 2009 Juta USD Sumber : BPS Sumut

1.3. SISI PENAWARAN