8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Deskripsi Teori 1.
Pengertian Belajar
Belajar menurut Slameto 2003: 2 adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Oemar Hamalik 2008: 154, mendefinisikan bahwa belajar merupakan “perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan
pengalaman”. Belajar merupakan ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan hewan. Belajar yang dilakukan oleh manusia
merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup Lifelong Education, kapan saja, dan dimana saja. Namun, satu hal yang pasti
bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu. Oleh karena itu, belajar dalam hal ini harus
dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu.
Hampir senada dengan Hamalik, Hilgard merumuskan: “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training
procedurs wether in the laboratory or in the natural environment as distinguished from changes by factors not atributable to training”. Bagi
Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Wina Sanjaya, 2008: 112
Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi yang disadari antara individu dengan
lingkungannya. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang
tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan, kecuali dari gejala-gejala
perubahan perilaku yang tampak saja. Sebagai contoh, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa
memperhatikan secara seksama sambil mengangguk-anggukan kepalanya, belum tentu yang bersangkutan belajar.
Mungkin mengangguk-anggukan kepala itu bukan karena ia memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi karena ia
sangat mengagumi cara guru berbicara atau karena ia mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya tentang apa yang disampaikan
guru, ia tidak mengerti dan tidak dapat berkata apa-apa. Sebaliknya, ketika ada siswa yang seolah-oleh tidak mengerti dengan mengernyitkan dahinya
ketika guru sedang menyampaikan suatu materi pelajaran, belum dapat dikatakan bahwa siswa tersebut tidak belajar karena bisa jadi siswa
tersebut mengernyitkan dahi karena sedang mencerna penjelasan guru.