Meredusir Pengetahuan Lokal Perbedaan Paradigma Pendidikan Para Pihak

yang diidealkan menjadi contoh dalam melahirkan kepercayaan, kejujuran dan kerjasama akan nilai-nilai edukasi justru disorot masyarakat sebagai salah satu lembaga yang diragukan kejujurannya. Misalnya proyek-proyek pembangunan sekolah selalu dipertanyakan. Dalam beberapa hal, buku pelajaran, seragam sekolah, dan perlengkapan sekolah lainnya telah menjadi komoditas dan instrumen perdagangan. Berbagai pungutan yang dibungkus kesepakatan antara wakil orang tua dan wakil pengelola sekolah telah menyulitkan sebagian besar orang tua dan terutama orang miskin. Ini juga sekaligus menghilangkan rasa percaya terhadap lembaga pendidikan sebagai lembaga yang memiliki bobot moral yang tinggi.

IV.9.1. Meredusir Pengetahuan Lokal

Paradigma berpikir positivisme yang menghargai pengetahuan objektif, ilmiah, dapat diuji dan diukur, telah dominan dalam banyak disiplin akademik, sampai tingkat yang seringkali tidak dipertanyakan, dan ini berarti pengetahuan yang bebas dari konteksnya, dapat diterapkan dan sah secara universal, merupakan wadah utama yang menghancurkan pengetahuan lokal dan memperteguh pengistimewaan pengetahuan universal. Dengan mendudukkan para profesional, politisi, akademisi, analis kebijakan, peneliti, birokrat dan lain-lain yang memegang kekuasaan telah terbiasa dengan gagasan bahwa merekalah yang lebih tahu dan bahwa peran mereka menjadi agen dalam menemukan solusi-solusi bagi masyarakat lokal. Dalam perkembangannya, masyarakat Samosir umumnya dan Panguruan khususnya telah terjebak dalam budaya pragmatisme dan pengikisan inkulturasi gereja terhadap budaya lokal oleh gereja berperan dalam meredusir pengetahuan p d f Machine A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine. Get yours now lokal, dengan mengedepankan paradigma berpikir positivisme, di mana ilmu pengobatan sibaso, peramal datu, cerita rakyat parturi-turian, tarian tortor, musik pargossi, pembangunan rumah adat pande ruma dan lain-lain bukan lagi dianggap sebagai media penghantar pengetahuan akan nilai-nilai kearifan lokal, tetapi lebih kepada kekolotan dan keberhalaan sipelebegu.

IV.9.2. Perbedaan Paradigma Pendidikan Para Pihak

Pemerintah Daerah, Legislatif, dan Institusi Pendidikan memiliki paradigma yang berbeda mengenai pendidikan. Perbedaan antara sesama unsur pemerintahan daerah tersebut sudah merupakan masalah yang tidak mudah dipecahkan oleh masing-masing maupun secara bersama. Perbedaan pandangan pemerintahan tersebut berbeda pula dengan para pihak lain yang berasal dari organisasi non pemerintahan OrnopLSM dan juga masyarakat yang masih dikungkung oleh kultur mereka. Pada intinya perbedaan paradigma tersebut ketika bertemu pada satu arena tidak memperoleh titik simpul, sehingga pada praktiknya kelihatan bahwa program- program pendidikan yang turun ke masyarakat tidak berjalan sebagaimana perencanaannya. Dalam diskusi, misalnya berkembang pandangan bahwa peningkatan kualitas pendidikan masyarakat dimulai dari peningkatan sarana prasarana pendidikan. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa kualitas pendidikan harus dimulai dengan peningkatan kesejahteraan guru dan kualitas guru. Sementara itu, pihak sekolah merasa menghadapi dilema, antara mengejar mutu pendidikan dengan standar nasional dengan pemenuhan angka wajib belajar 9 tahun. Bahwa semua anak mulai usia 7 sampai 12 tahun harus sekolah SD dan usia 12 p d f Machine A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine. Get yours now sampai 15 harus duduk di tingkat SMP. Bila target peningkatan mutu diutamakan, maka target wajib belajar tidak bisa penuhi, demikian sebaliknya, bila target wajib belajar yang harus dipenuhi, maka standar mutu sulit dicapai. Pada tingkat perencanaan pendidikan tentu saja hal ini menjadi masalah yang sangat besar. Contoh saja, baru-baru ini, ada sekolah yang hampir 100 murid tidak lulus karena mengejar mutu standar nasional. Sekolah di daerah menjadi tumpuan kekesalan para murid dan orang tua. Bahkan ada sekolah di rusak. Di sisi lain, ada saja dari unsur pemerintahan daerah yang melihat gagal tidaknya pendidikan adalah dari bagaimana penyediaan gedung sekolah dan sarana prasarana belajar lainnya. Ini tidak salah dari sisi konsepnya. Tetapi kenyataannya, proyek-proyek fisik tersebut menjadi objek korupsi yang melibatkan unsur pemerintah, pelaku proyek, bahkan ada juga masyarakat.

IV.9.3. Kebijakan dan Program Pendidikan Tidak Berpihak Kepada Orang Miskin