10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
baik dalam keadaan kering maupun basah tanpa mengurangi sifat elongasi secara signifikan Rathke Hudson, 1994.
Larutan polimer membentuk film melalui beberapa tahap. Ketika larutan polimer dicetak pada suatu cetakan, gaya kohesi membentuk ikatan
diantara molekul polimer. Ketika kekuatan gaya kohesi dari molekul polimer tinggi, selanjutnya permukaan dari polimer mengalami koalesen.
Koalesen dari molekul polimer yang berdekatan membentuk lapisan melalui difusi. Pada saat evaporasi pelarut, terjadi peningkatan gelasi dan rantai
polimer menjadi mendekat satu sama lain. Ketika terdapat gaya tarik kohesi yang cukup di antara molekul molekulnya, dan penguapan air yang
sempurna, ikatan polimer bergabung satu sama lain untuk membentuk film. Selama proses pembentukkan film, penyusutan dari film akibat penguapan
air atau pengeringan yang cepat sering menyebabkan film patah atau keriting Nadarajah, Kandasamy, 2005.
Film kitosan juga telah dibuat dengan sambung silang kimia melalui interaksi elektrostatik antara multivalent fosfat dan kitosan Soheyla
Honary, Behnam Hoseinzadeh and Payman Shalchian, 2010.
2.1.4. Film Sambung Silang Kitosan-Sitrat
Sumber: Pierog, Drzynska, dan Czubenko, 2009
Gambar 2.1. Struktur Kimia Sambung Silang Kitosan-Sitrat
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sitrat merupakan anion dengan tiga gugus karboksilat dan kitosan merupakan polibasa dengan kation. Muatan densisitas sitrat dan kitosan
dapat dikontrol oleh pH larutan Soheyla Honary, Behnam Hoseinzadeh and Payman Shalchian, 2010.
Reaksi turbidimetri menunjukan adanya interaksi ionik antara natrium sitrat dan kitosan pada pH natrium sitrat ph 4,3 - 7,6 dimana
interaksi tersebut bergantung pada pH natrium sitrat Shu, X.Z et al., 2001. Natrium sitrat pH rendah kurang dari 4,1 ionisasi gugus karboksil ditekan
biasanya kurang dari 0,3 dengan kata lain sitrat hanya memiliki kurang dari satu muatan negatif. Asam sitrat pada pH 1-4, muatan densisitas sitrat
rendah, dan pada pH lebih dari 4,3 turbiditasnya mulai meningkat dan larutan mulai berpisah menjadi dua fase Shu, X.Z et al., 2001.
Ionisasi gugus amin menurun pada pada pH larutan lebih dari 6. Pada pH larutan lebih 7,5 ionisasi gugus amin kurang dari 10 . Kitosan
pada pH lebih dari 6,3 memiliki penurunan muatan densisitas. Turbiditas paling rendah pada pH 7,6 dan turbiditas meningkat pada pH 7,6 yang
menyebabkan kelarutan kitosan menurun pada daerah pH tersebut Shu,X.Z et al., 2001.
Derajat ionisasi sitrat dan kitosan dikotrol oleh pH larutan. Pada pH 5,5 dan 6,5 menunjukkan penurunan rasio daya mengembang yaitu 2,45 -
2,5, hal ini berhubungan dengan penarikan elektrostatik antara sitrat dan kitosan. Penurunan pH melemahkan ikatan garam dan memfasilitasi waktu
mengembang pH 4,5 memiliki rasio daya mengembang sebesar 2,83. Pada pH medium kurang dari 4.5 dapat meningkatkan swelling film kitosan-sitrat.
Pada pH lebih dari 6,5 mengakibatkan pelemahan ikatan garam dan menghasilkan rasio swelling lebih besar yaitu 2,95 pada pH 7,4. Pada pH
8,5 dan 9,5 menyebabkan penurunan rasio daya mengembang yaitu 2,58 2,46 Shu,X.Z et al., 2000.
Sambung silang kitosan-sitrat digunakan dalam formulasi film moksifloksasin untuk pengobatan perindontis. Film sambung silang kitosan-
sitrat dibuat dengan metode perendaman. Pada penelitian tersebut menunjukan variasi konsentrasi 3-5, pH dan waktu perendaman natrium