5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan
2.1.1. Sifat Fisikokimia Kitosan
Kitosan merupakan polisakarida linear yang dihasilkan dari deasetilasi senyawa kitin yang terkandung dalam cangkang suku crustaceae
seperti udang, lobster, kepiting dan sebagainya Sakkinen, 2003.
Sumber: Pierog, Milena, Magdalena Gierszewska-Drzynska et al., 2009
Gambar 2.1. Struktur Kimia Kitosan
Kitosan dihasilkan dari deasetilasi kitin. Kitosan merupakan kopolimer dari β-1→4–linked-2-acetamido-2-deoxy-β-D-glucopyranose
dan 2-amino-2-deoxy- β-D-glucopyranose Pierog, Milena et al, 2009.
Kitosan bersifat nontoksik dan biodegradabel. Kitosan sendiri tidak larut dalam air pada pH netral, sehingga aplikasi kitosan terbatas Sashiwa, H.,
2002. Polimer kitosan memiliki bobot molekul bervariasi dari 10000- 1000000 Rowe, Sheskey et al., 2006.
Kitosan memiliki derajat deasetilasi antara 40-98 Illum, 1998. Derajat deasetilasi adalah persentasi gugus asetilasi yang berhasil
dihilangkan selama proses deasetilasi kitin. Derajat deasetilasi berperan penting dalam proses penyerapan. Penambahan nilai derajat deasetilasi
menyebabkan bertambahnya jumlah gugus amina bebas. Berat molekul kitosan dan derajat deasetilasi juga dapat mempengaruhi kelarutan kitosan
dalam suasana asam dan membawa pengaruh pada proses penyerapan Roberts, 1992.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kitosan dengan derajat deasetilasi 40 larut sampai pH 9, sedangkan kitosan dengan derjat deasetilasi sekitar 85 larut hanya sampai
pH 6,5. Kitosan tidak larut pada pH netral dan alkali. Sifat fungsional kitosan yang cukup besar peranannya sebagai eksipien dalam sediaan
farmasi adalah profil viskositasnya. Viskositas kitosan meningkat dengan peningkatan konsentrasi kitosan dan penurunan temperatur. Viskositas juga
meningkat dengan peningkatan derajat deasetilasi Sakkinen, 2003. Kitosan merupakan poliamin dengan densitas muatan tinggi pada
pH 6,5, sehingga menempel pada permukaan yang bermuatan negatif dan mengkelat ion logam. Sifat kitosan berhubungan pada polielektrolitnya dan
sifat karbohidrat polimer. Adanya sejumlah gugus amino membuat kitosan dapat beraksi secara kimia dengan senyawa anion, yang mana menghasilkan
perubahan sifat fisikokimia dari kombinasi tersebut. Hampir semua sifat fungsional kitosan bergantung pada panjang rantai, muatan densitas, dan
distribusi muatan Rowe, Sheskey dan owen, 2009. Ketika kitosan dilarutkan dalam larutan asam asetat, gugus amino
dari kitosan menjadi terprotonasi dan terhubung dengan sejumlah ion dari asetat Soheyla Honary, Behnam Hoseinzadeh and Payman Shalchian,
2010.
2.1.2. Modifikasi kitosan
Modifikasi hidrogel kitosan diklasifikasikan menjadi hidrogel kimia dan fisika. Hidrogel kimia terbentuk oleh ikatan kovalen ireversibel. Ikatan
kovalen irreversibel membentuk hidrogel sambung silang kitosan secara kovalen. Hidrogel fisika atau hidrogel sambung-silang ionik dibentuk oleh
ikatan reversibel. Hidrogel sambung-silang ionik memiliki interaksi ionik Berger et al, 2004.
Interaksi yang terbentuk ikatan kovalen atau ikatan ionik tergantung pada sifat alami penaut silangnya Berger et al., 2004.