9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bahwa jika pH terlalu tinggi, muatan positif dari kitosan akan ternetralisasi dan sistem ini tidak menjadi sambung silang secara ionik tetapi mengalami
koaservasi-inversi, karena kitosan mengendap. Untuk menghidari pengendapan kitosan, pH larutan tidak boleh lebih tinggi dari pH 6. Agen
sambung silang yang memiliki muatan densistas yang tinggi seperti tripolifosfat, untuk dapat memberikan pH-dependent swelling, proses
sambung silang harus dibuat secara tidak sempurna. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperpendek durasi sambung silang dan menurunkan
konsentrasi agen sambung silang. Selain itu untuk mendapatkan jaringan yang optimal, yang secara mekanik stabil tetapi dengan daya mengembang
dan pelepasan obat yang tinggi, yaitu dengan menggunakan kombinasi sambung silang seperti sitrat dan tripolifosfat Berger, J., M. Reist, J.M.
Mayer, O. Fel et al., 2004.
Sambung silang ionik dapat dilakukan dengan metode klasik yaitu dengan menambahkan agen taut silang ke dalam larutan kitosan. Kitosan
juga dapat disambung silang dengan menambahkan larutan kitosan melalui syringe ke dalam larutan agen taut silang Berger, J., M. Reist, J.M. Mayer,
O. Fel et al., 2004.
2.1.3. Film Kitosan
Sifat film kitosan bergantung pada morfologinya yang dipengaruhi oleh sistem pelarut, berat molekul, derajat N-asetilasi, penguapan pelarut,
dan mekanisme regenerasi amin bebas. Polimorfisme kitosan bergantung pada kondisi preparasi dan memainkan peranan penting dalam sifat tensile
strength yang dihasilkan Rathke Hudson, 1994. Film kitosan dari 10 larutan asam asetat yang dikeringkan pada
125
o
C menunjukkan bahwa kisi-kisi dalam film meningkat dengan meningkatnya derajat N-asetilasi. Hal ini menyebabkan penurunan ikatan
antar rantai Rathke Hudson, 1994. Sifat mekanik film kitosan yaitu kekuatan tarik, dapat ditingkatkan
dengan menambahkan penyambung silang untuk membentuk ikatan silang antarpolimer kitosan. Kekuatan tarik film kitosan sambung silang meningkat
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
baik dalam keadaan kering maupun basah tanpa mengurangi sifat elongasi secara signifikan Rathke Hudson, 1994.
Larutan polimer membentuk film melalui beberapa tahap. Ketika larutan polimer dicetak pada suatu cetakan, gaya kohesi membentuk ikatan
diantara molekul polimer. Ketika kekuatan gaya kohesi dari molekul polimer tinggi, selanjutnya permukaan dari polimer mengalami koalesen.
Koalesen dari molekul polimer yang berdekatan membentuk lapisan melalui difusi. Pada saat evaporasi pelarut, terjadi peningkatan gelasi dan rantai
polimer menjadi mendekat satu sama lain. Ketika terdapat gaya tarik kohesi yang cukup di antara molekul molekulnya, dan penguapan air yang
sempurna, ikatan polimer bergabung satu sama lain untuk membentuk film. Selama proses pembentukkan film, penyusutan dari film akibat penguapan
air atau pengeringan yang cepat sering menyebabkan film patah atau keriting Nadarajah, Kandasamy, 2005.
Film kitosan juga telah dibuat dengan sambung silang kimia melalui interaksi elektrostatik antara multivalent fosfat dan kitosan Soheyla
Honary, Behnam Hoseinzadeh and Payman Shalchian, 2010.
2.1.4. Film Sambung Silang Kitosan-Sitrat
Sumber: Pierog, Drzynska, dan Czubenko, 2009
Gambar 2.1. Struktur Kimia Sambung Silang Kitosan-Sitrat