Penetapan Kadar Verapamil HCl

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengujian kekuatan tarik tensile strength dan perpanjangan pada saat putus elongation at break diuji menggunakan tensile tester Storograph R1. Kekuatan tarik adalah gaya tarik yang dibutukan untuk membuat film putus. Uji kekuatan tarik ini menunujukkan bahwa formula film F1, F2, dan F3 memiliki kekuatan tarik dan perpanjangan putus yang lebih besar dibandingkan dengan F4. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan eksipien sambung silang kitosan dengan sitrat dapat meningkatkan kekuatan tarik dan perpanjangan putus film. Dari hasil tesebut diketahui bahwa kekutan tarik film F3 memiliki nilai terbesar yaitu 499,83 Ncm 2 . Film F3 merupakan film yang terbuat dari eksipien sambung silang kitosan dengan sitrat pH 7, berdasarkan uji derajat substitusi dan turbidimetri film F3 memiliki ikatan sambung silang kitosan sitrat yang paling banyak sehingga ikatan antar polimer kitosan semakin rapat. Ikatan polimer yang rapat membutuhkan gaya yang lebih besar untuk dapat memutuskan ikatan silang atar kitosan tersebut sehingga membuat kekuatan tarik film tersebut menjadi besar Varshosar, J. Karimzadeh, S. 2007. Pengujian perpanjangan putus dilakukan dengan mengukur pertambahan panjang film setelah diberikan gaya tarik sampai film tersebut putus. Hasil perpanjangan putus menunjukkan bahwa eksipien sambung silang kitosan sitrat dapat meningkatan nilai persentase elongasi film. Hal ini juga dilaporkan iftah nur di mana eksipien sambung silang kitosan tripolifosfat dapat meningkatkan sifat mekanik film yaitu kekutatan tarik dan perpanjangan putus film tersebut Nur, iftah, 2011. Hasil uji kekuatan tarik dianalisis dengan menggunakan SPSS, hasil analisa dengan SPSS tersebut menunjukkan bahwa kekuatan tarik film keempat formula tersebut memiliki perbedaan secara signifikan p 0,05. Hal tersebut menunjukan bahwa proses sambung silang kitosan sitrat menghasilkan perubahan sifat mekanis film tersebut secara signifikan. Selain itu, perbedaan pH larutan natrium sitrat dapat mempengaruhi sifat mekanis film kitosan sambung silang sitrat tersebut.

4.5.9. Daya Mengembang Film

43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.5. Uji Daya Mengembang Film waktu perendaman menit Daya mengembang F1 F2 F3 F4 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 5 47,60 ± 4,86 51,59 ± 0,67 48,26 ± 1,14 156,38 ± 10,35 10 54,81 ± 5,19 49,12 ± 3,42 45,16 ± 5,34 170,16 ± 7,95 15 53,41 ± 9,95 41,43 ± 5,47 39,87 ± 4,36 162,27 ± 5,29 30 47,47 ± 13,31 33,03 ± 4,53 28,77 ± 4,13 125,44 ± 4,29 60 38,67 ± 12,07 28,72 ± 2,78 23,20 ± 4,26 107,09 ± 5,83 90 34,56 ± 9,40 27,52 ± 2,58 21,06 ± 4,34 99,78 ± 4,54 120 32,17 ± 9,08 26,88 ± 2,46 20,47 ± 3,39 95,74 ± 3,94 Daya mengembang dilakukan dengan menggunakan medium dapar fosfat pH 6,8 dan dilakukan selama 2 jam. Film F3 memiliki persentase daya mengembang yang paling sedikit kemudian dilanjutkan oleh F2, F1 dan terakhir adalah F4. Daya mengembang film kitosan dipengaruhi interaksi ionik diantara ikatan kitosan di mana ikatan antarpolimer kitosan tersebut dipengaruhi oleh kerapatan ikatan sambung silangnya. Peningkatan derajat ikatan sambug silang dapat menurunkan daya mengembang film Mi et al., 1997; Mi et al., 1999; Sezer and Akbuga, 1995, Tiwary Kumar Asohok dan Vikas Rana, 2010. Hal ini menunjukkan bahwa film F3 memiliki derajat sambung silang yang paling tinggi sehingga ikatan antarpolimer kitosannya rapat. Ikatan antarpolimer kitosan yang rapat mengakibatkan film memiliki kemampuan mengembang yang paling kecil. F4 memiliki kemampuan mengembang yang paling besar karena F4 merupakan film yang menggunakan eksipien kitosan yang tidak dilakukan sambung silang. Hal tersebut membuat ikatan antar polimer kitosan pada F4 sedikit sehingga daya mengembang film F4 paling tinggi.