39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersebut, pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan persentase kadar obat terhadap film yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode yang
dilakukan. Berdasarkan hasil penetapan kadar pada sampel film keseluruhan satu cetakkan menunjukkan bahwa verapamil HCl dapat
terektraksi sebanyak 95,11± 3,49 dengan diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 6 jam kemudian didiamkan selama 18 jam.
Tabel 4.5. Hasil Optimasi Waktu Ektraksi Verapamil HCl dalam Film
Formula Berat film mg Kadar mg
UPK kadar verapamil
dalam film F1
879,3 238,08
99,20 27,08
F2 895,3
228,97 95,40
25,57 F3
889,0 217,58
90,66 24,48
F4 969,4
228,4 95,17
23.56 Rata rata UPK film
95,11 ± 3,49
Persentase kadar verapamil HCl dalam film di masing masing formula
berbeda. Perbedaan
tersebut dapat
disebabkan oleh
ketidakhomogenan kandungan verapamil HCl di dalam film karena verapamil HCl mengalami migrasi. Migrasi verapamil HCl menyebabkan
verapamil HCl banyak berada di permukaan film. Hal tersebut membuat setiap perlakuan film seperti penimbangan dan pemotongan dapat
mempengaruhi kadar verapamil HCl di dalam film. Keseragaman kandungan dilakukan dengan menggunakan tiga film
berukuran 3,5 x 2 cm
2
yang berasal dari satu cetakan yang sama. Tujuan pengujian keseragam kandungan film ini untuk mengetahui keseragaman
kandungan verapamil HCl di dalam satu cetakan film yang berukuran 3,5 x 8 cm
2
. Hasil keseragaman kandungan film tersebut menunjukkan bahwa kandungan verapamil HCl dalam satu cetakan film tidak homogen. Hal
tersebut terlihat dari simpangan baku yang besar pada satu formula yang sama.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.5. Keseragaman Kandungan Verapamil HCl di dalam Satu Cetakan Film
Formula Berat film mg
Kadar mg kadar
Rata-rata kadar mg F 1
245,7 53,92
21,95 47.93 ± 11.86
166,8 34,27
20,54 244,6
55,59 22,73
F 2 251,3
51,70 20.57
46.15 ± 8.87 253,9
50,84 20.02
157,6 35,92
22.79 F 3
219,1 47,92
21.87 49.77 ± 2.38
224,6 52,46
23.36 210,0
48,94 23.31
F 4 270,9
65,67 24.24
58.53 ± 6.43 255,2
56,72 22.23
249,4 53,20
21.33
4.5.7. Penetapan Kadar Verapamil HCl
Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan sampel film dengan bobot film yang hampir sama. Penetapan kadar pada film dengan
bobot yang hampir sama ini bertujuan sebagai acuan pemilihan sampel untuk uji disolusi.
Tabel 4.5. Penetapan Kadar dan Persentase Kadar Verpamil dalam Film
Formula Bobot film
mg Kadar verapamil
mg kadar
rata-rata kadar mg
F1 239,0
55,60 23,26
55,67 ± 1,45 231,9
54,25 23,40
238,9 57,16
23,92 F2
238,5 56,48
23,68 56,22 ± 1,4
235,9 57,47
24,36 236,1
54,71 23,17
F3 235,4
56,90 24,17
56,40 ± 0,58 232,5
56,54 24,32
234,9 55,76
23,74 F4
239,6 52,07
21,73 51,35 ± 1,25
238,6 49,91
20,92 238,7
52,07 21,81
Rata-rata kadar mg 54,91 ± 2,39
Berdasarkan hasil penetapan kadar tersebut menunjukkan kadar verapamil HCl pada satu formula tidak memiliki perbedaan yang besar hal
tersebut terlihat dari simpangan baku yang dihasilkan pada masing-masing formula cukup kecil. Rata rata kadar verapamil HCl di semua formula juga
tidak memiliki perbedaan yang besar hal tersebut juga terlihat dari simpangan bakunya yang cukup kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan memilih sampel berdasarkan bobot yang mirip akan menghasilkan kadar verapamil HCl juga hampir sama sehingga pada uji disolusi film yang
digunakan sebagai sampel merupakan film yang memiliki bobot yang hampir sama.
4.5.8. Sifat Mekanis Film
Sifat mekanis film diuji menggunakan uji ketahanan pelipatan, kekuatan tarik tensile strength dan perpanjangan pada saat putus
elongation at breaks. Pengujian ketahanan pelipatan dilakukan dengan melipat film sebanyak 300 kali. Berdasarkan uji tersebut, semua film dari
keempat formula tidak rusak atau sobek selama dilipat sebanyak 300 kali. Hal tersebut menunjukkan bahwa film yang dihasilkan pada keempat
formula memiliki elastisitas yang baik sehingga tidak mudah patah atau sobek ketika diuji pelipatan Chinta, Durga Praveena et al, 2013.
Tabel 4.5 . Kekuatan Tarik dan Perpanjangan pada saat Putus Film
Formula Tebal mm
Kekuatan tarik Ncm
2
Perpanjangan putus F1
0,027 ± 0,002 309,42 ± 72,48
63,33 ± 11,55 F3
0,040 ± 0,007 374,77 ± 63,14
66,67 ± 5,77 F2
0,050 ± 0,015 499,83 ± 102,79
66,67 ± 5,77 F4
0,056 ± 0,005 239,99 ± 64,82
53,30 ± 5,77
Gambar 4.5. Kekutan Tarik dan Perpanjangan Putus Film
100 200
300 400
500 600
F1 F2
F3 F4
Kekuatan Tarik Ncm2
Perpanjangan Putus
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengujian kekuatan tarik tensile strength dan perpanjangan pada saat putus elongation at break diuji menggunakan tensile tester
Storograph R1. Kekuatan tarik adalah gaya tarik yang dibutukan untuk membuat film putus. Uji kekuatan tarik ini menunujukkan bahwa formula
film F1, F2, dan F3 memiliki kekuatan tarik dan perpanjangan putus yang lebih besar dibandingkan dengan F4. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan eksipien sambung silang kitosan dengan sitrat dapat meningkatkan kekuatan tarik dan perpanjangan putus film. Dari hasil
tesebut diketahui bahwa kekutan tarik film F3 memiliki nilai terbesar yaitu 499,83
Ncm
2
. Film F3 merupakan film yang terbuat dari eksipien sambung silang kitosan dengan sitrat pH 7, berdasarkan uji derajat substitusi dan
turbidimetri film F3 memiliki ikatan sambung silang kitosan sitrat yang paling banyak sehingga ikatan antar polimer kitosan semakin rapat. Ikatan
polimer yang rapat membutuhkan gaya yang lebih besar untuk dapat memutuskan ikatan silang atar kitosan tersebut sehingga membuat kekuatan
tarik film tersebut menjadi besar Varshosar, J. Karimzadeh, S. 2007. Pengujian perpanjangan putus dilakukan dengan mengukur
pertambahan panjang film setelah diberikan gaya tarik sampai film tersebut putus. Hasil perpanjangan putus menunjukkan bahwa eksipien sambung
silang kitosan sitrat dapat meningkatan nilai persentase elongasi film. Hal ini juga dilaporkan iftah nur di mana eksipien sambung silang kitosan
tripolifosfat dapat meningkatkan sifat mekanik film yaitu kekutatan tarik dan perpanjangan putus film tersebut Nur, iftah, 2011.
Hasil uji kekuatan tarik dianalisis dengan menggunakan SPSS, hasil analisa dengan SPSS tersebut menunjukkan bahwa kekuatan tarik film
keempat formula tersebut memiliki perbedaan secara signifikan p 0,05. Hal tersebut menunjukan bahwa proses sambung silang kitosan sitrat
menghasilkan perubahan sifat mekanis film tersebut secara signifikan. Selain itu, perbedaan pH larutan natrium sitrat dapat mempengaruhi sifat
mekanis film kitosan sambung silang sitrat tersebut.
4.5.9. Daya Mengembang Film