Tabel 5.5 SOP Penggunaan APD
No Dokumen Isi Kebijakan
1 SOP
Penggunaan Masker
Setiap perawat yang melakukan tindakan yang berisiko terhadap kontaminan
penularan penyakit melalui udara harus menggunakan masker.
2 SOP
Penggunaan Sarung
Tangan Disposible
Setiap perawat yang melakukan tindakan yang berisiko kontaminan melalui kontak
kulit wajib memakai sarung tangan disposible
Sumber : SOP RS Islam Asshobirin
Melalui wawancara mendalam dengan informan utama yang berperilaku aman , diperoleh informasi mengenai perilaku aman dalam
bekerja sebgai berikut : “Pakai APD dan kerja secara hati- hati aja, karena penting untuk
berperilaku aman bagi diri sendiri. Pakai APD nya tergantung penyakit pasien juga kalo kadang gak pake handscoon pas ganti
infusan misalnya pasiennya sakit demam berdarah gak pake kecuali penyakit infeksi baru pake. Kan klo demam berdarah kan gak terlalu
begitu parah ya tapi kalo nyuntik selalu pake handscoon, kalo misalnya penyakit paru lebih pernapasan ya lebih menular jadi kalo
masker selalu pake ke setiap pasien kecuali kalo mendadak karena buru-
buru jadi gak pake”Informan IU1. “Pake APD untuk semua tindakan yang berisiko, ya untuk keamanan
diri sendiri sebagai pencegahan. kalo disini sih tindakan yang gak pake sarung tangan misalnya kalo mau kasih obat, terus ttv kecuali
kalo misalnya ada aids atau resiko penyakit menular baru pake apd lengkap, terus misalnya ada pasien ISPA ya otomatis kita harus pake
masker” Informan IU2. “Yang sesuai SOP seperti pakai APD, ya supaya tidak menularkan
sesuatu pada pasien dan sebaliknya, jadi kita harus memilah milah
pasien mana yang perlu pake APD lengkap mana yang gak perlu supaya gak menyinggung pasien juga kan misalnya pasiennya batuk-
batuk ya kita harus pake masker takutnya kan TBC ya. Di SOP juga sudah ada kriterian
ya yang harus pake APD gimana” informan IU3.
Selain itu, peneliti melakukan triagulasi sumber dengan informan kunci, yaitu kepala ruangan diketahui bahwa bentuk perilaku
aman perawat dalam bekerja sehari-hari yaitu menggunakan APD dan sesuai SOP. Berikut kutipannya :
“selama ini sih sesuai aja ya, jarang melakukan kesalahan tapi kadang-kadang ya mungkin kalo dia lagi lupa apa gimana kadang
gak pake masker, tapi emang kalo untuk akhir-akhir ini penggunaan APDnya sudah bagus mereka” Informan IK1.
Dan melalui wawancara dengan kepala perawat juga didapatkan informasi yang sesuai dengan informan utama bahwa setiap
perawat dalam berperilaku aman dalam bekerja selalu memakai APD. Berikut kutipannya :
“perilaku aman yang dilakukan perawat disini yang pasti menggunakan APD, karena dalam prosedur juga kan sudah ada ya
dan setiap perawat mengetahuinya ” Informan IK2.
5.2.2 Faktor Predisposisi Perilaku Aman Bekerja pada Perawat
Faktor predisposisi dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, motivasi dan masa kerja :
1. Pengetahuan
Gambaran pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini, meliputi pengetahuan informan utama dalam menjelaskan atau
memaparkan definisi tentang bahaya yang ada di Rumah Sakit, perilaku aman dalam bekerja, manfaat dari berperilaku aman dan
dampak dari berperilaku tidak aman dalam bekerja. a Bahaya di Rumah Sakit
Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama, baik yang berperilaku aman maupun yang
berperilaku tidak aman, diperoleh hasil bahwa informan utama yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman
semuanya mengetahui bahaya yang ada di rumah sakit.. Informan utama yang berperilaku aman bisa menyebutkan
paling banyak empat bahaya, sedangkan yang berperilaku tidak aman hanya bisa menyebutkan satu bahaya. Yang paling diketahui
informan utama yaitu bahaya tertular penyakit infeksi, padahal di rumah sakit potensi bahayanya cukup banyak terkait keselamatan.
Hal ini dikarenakan pengetahuan yang mereka dapatkan hanya berdasarkan pengalaman saja dan belum di sosialisasikan oleh
pihak rumah sakit. Berikut kutipan informan utama yang berperilaku aman :