SOP Standard Operating Procedure

yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman menggambarkan bahwa prosedur kerja sudah ada di rumah sakit yaitu dalam bentuk SOP tindakan keperawatan, misalnya SOP tentang memasang infus, memasang cateter, memakai APD, dan lainnya. Namun pengenalan SOP ini hanya dilakukan saat awal masuk bekerja oleh kepala ruangan secara lisan. Berikut ini kutipan informan utama yang berperilaku aman : “Sudah ada prosedur, ya kan udah dihapalin juga dari kuliah juga udah tau, setiap ruangan punya SOPnya kan ada, misalnya ya SOP nyuntik, pertama harus cuci tangan dulu sebelum tindakan, pake alcohol, siapin obatnya, cek dulu bener gak itu obatnya, dan seterusnya deh kya gitu”Informan IU1. “Ada SOP, kan awalnya dikasih tau dulu sama kepala ruangannya tindakan apa aja yang harus dilakuin terus apa namanya kalo pasien baru ngapain aja, pasien pulang ngapain aja, terus terapi obat apa aja yang diberikan, waktu terapi kapan aja dilaksanakannya, kalo sakit ini begini caranya ya gitu-gitu deh, buat saya sih sesuai SOPnya seperti yang dipelajari dari kampus juga.”Informan IU2. “Ada, seperti contohnya SOP suntikan, persiapannya pertama lihat nama obatnya dulu, dosis obatnya, waktu dan jamnya harus sesuai pemberiannya, lihat obat apa yang sebelumnya diminum ya gitu deh kalo udah siap semuanya baru dis untik”Informan IU3. Dan berikut ini kutipan informan utama yang beperilaku tidak aman: “Sudah ada, tapi belum disosialisasikan lagi sekarang, kan yang lama udah ditarik diperbaharui lagi” Informan IU4. “Ada SOP tapi belum pernah liat langsung cuma dikasih tau sama kepala ruangan aja, sebenarnya perlu sih SOP itu supaya kita sesuai dengan yang ditetapkan” Informan IU5. “Paling SOP tindakan ya, misalnya kalo mau ambil darah pasiennya dengan HIV, kan kalo HIV itu kan bisa menular lewat suntikan jadi harus pake sarung tangan, terus kalo misalnya kita mau berhadapan dengan pasien TBC, kalo misalnya batuk kan bisa menular jadi harus pake masker gtuh. Saya tau dari waktu perkuliahan kan udah ada ya, terus diperkenalkan sih SOP disini juga ada pas awal m asuk kerja” Informan IU6. Selain itu berdasarkan hasil triagulasi sumber dilakukan dengan informan kunci yaitu IK1 selaku kepala ruangan dan IK2 selaku kepala perawat didapatkan informasi yang sama dengan jawaban informan utama, berikut kutipannya : “SOP ada ya, setiap perawat sudah tau kan saya juga sosialisasikan diawal masuk kerja, kalo misalnya ada yang gak tau ya pasti nanya. Tapi kalo untuk briefing tentang SOP disini jarang ya, paling ngobrol-ngobrol biasa aja, misalnya ada keluhan masalah mereka pasti cerita, paling kalo ada rapat- rapat ruangan jarang paling 3 bulan sampai 6 bulan sekali.” Informan IK1. “SOP sudah ada, disebarkan ke setiap ruangan disosialisasikan ke setiap kepala ruangan tetapi yang lama sudah ditarik semuanya karena ada pembaharuan dan setelah diperbaharui lagi belum diperbanyak kembali terkait belum ada biaya jadi sekarang masih di ada di saya SOPnya tapi kalo ada ruangan yang perlu mau pinjam ya bisa diambil. SOP tindakan keperawatan seperti menggunakan handsoon dan lain- lain” Informan IK2. Selain itu, peneliti juga melakukan triagulasi sumber dengan informan pendukung yaitu IP1 selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan, informan pendukung membenarkan bahwa SOP sudah ada di rumah sakit Islam Asshobirin dan sudah berlaku sejak lama dan tentunya sudah disosialisasikan. Berikut kutipannya : “SOP itu ada, setidaknya kalo sudah ada SOP itu kan berarti sudah disosialisasikan, nah sosialisasinya itu yang saya gak tau kapan waktunya. Tapi SOP itu sebenernya kan sudah berlaku lama dan itu biasanya arsip data sudah masuk ke kaperawatan” Informan IP1. Berdasarkan hasil telaah dokumen yang dilakukan peneliti mengenai SOP yang terdapat di ruangan kepala perawat dan belum di sebarluaskan kembali ke setiap ruangan. Dokumen SOP tersebut dijilid menjadi 2, dokumen SOP yang pertama tentang SOP Keperawatan Anak dan yang kedua yaitu SOP Keperawatan Bedah. Namun isi kedua dokumen tersebut hampir sama. Dalam dokumen tersebut diantaranya terdapat SOP mengenai mencuci tangan, SOP penggunaan tutup kepala, SOP penggunaan masker, SOP penggunaan sarung tangan disposable, SOP mengukur tekanan darah, SOP penjadwalan pasien operasi, SOP memberikan obat dan lain-lain. Dalam setiap dokumen SOP tersebut terdiri dari beberapa kolom yang berisi mengenai nama SOP nya, pengertian, tujuan, kebijakan dan prosedur penggunaan. Namun dalam setiap SOP tindakan tersebut misalnya seperti tindakan menyuntik, tidak terdapat mengenai penggunaan APD yang harus digunakan.

2. Pengawasan

Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengawasan yang dilakukan pihak rumah sakit terkait tugas perawat. Dari hasil wawancara dengan informan utama yang berperilaku aman maupun yang tidak berperilaku aman diperoleh hasil bahwa di RS Islam Asshobirin, ada pengawasan dalam bentuk obeservasi yang dilakukan setiap hari disetiap ruangan dengan melihat kondisi pasien dan kesesuaian perawat dalam melakukan tindakan terhadap pasien. Berikut kutipannya: “Pengawasan ada mba timnya sendiri, biasanya sih kalo pagi itu kepala perawatnya langsung ” Informan IU1. “Pengawasan ada kok, supervisi yang mengawasi tiap hari mba,yang dilihat paling kondisi ruangan seperti apa, lihat jumlah pasiennya, jumlah perawatnya, trus dilihat pekerjaan perawatnya, trus tentang perawatan apa yang diberikan ke pasien mba ” Informan IU2. “ Ada, kepala perawat dan supervise setiap hari ngeliat ke kita, ke pasien, dan jumlah pasiennya, kondisi pasien, cairan infusnya, trus dilihat juga kita sesuai atau engga kerjanya, misalnya kan dia liat pasang infus engga bener tuh, nanti kita dipanggil tuh, ketat deh pokoknya ” Informan IU3. “Pengawasan pasti ada mba setiap harinya , biasanya