dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien. Merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang
dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggungjawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga
suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Pedoman atau prosedur kerja ini tidak ada manfaatnya jika tidak
diamati, apabila setiap prosedur kerja telah dapat dijalani dengan baik maka prosedur kerja tersebut dapat ditetapkan menjadi suatu ketentuan
atau peraturan dengan disertai pengadaan sesuatu yang perlu.
2 Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil
yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka manajer harus melakukan kegiatan-kegiatan pemeriksaan, pengecekan, pengcocokan,
inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terhadap
kemungkinan kemungkinan adanya yang mungkin terjadi Sarwono, 1991.
Syarat-syarat pengawasan agar pengawasan dapat berjalan efisien perlu adanya sistem yang baik daripada pengawasan tersebut. Sistem yang
baik ini menurut William H. Newman seperti yang dikutip dari buku Sarwono 1991, memerlukan beberapa syarat sebagai berikut:
a Harus memperhatikan atau disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi
b Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan checking, reporting, corrective action.
c Harus luwes. d Harus memperhatikan faktor-faktor dan tata organisasi di dalam mana
pengawasan akan dilaksanakan. e Harus ekonomis dalam hubungan dengan biaya.
f Harus memperhatikan pula prasyarat sebelum pengawasan itu dimulai yaitu:
1 Harus ada rencana yang jelas 2 Polatata organisasi yang jelas jelas tugas-tugas dan
kewenangan-kewenangan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.
Di samping syarat-syarat di atas dapat pula dikemukakan hal-hal sebagai ciri sifat pengawasan yang baik:
1 Pengawasan harus bersifat “fact finding”, artinya pengawas harus
menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi.
2 Pengawasan harus bersifat preventif, artinya harus dapat mencegah timbuknya
penyimpangan-penyimpangan dan
penyelewengan- penyelewengan dari rencana semula.
3 Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang. 4 Pengawasan hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi dan
tidak boleh dipandang sebagai tujuan 5 Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi, pelaksanaan
pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan. 6 Pengawasan tidak dimaksudkan untuk terutama menemukan siapa
yang salah jika ada ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.
7 Pengawasan bersifat harus membimbing agar supaya para pelaksana meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang telah
ditentukan baginya. Teknik pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara
sebagai berikut : 1 Pengawasan langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer pada waktu kegiatan-kegiatan sedang berjalan. Pengawasan
ini dapat berbentuk inspeksi langsung, observasi di tempat on the spot observation dan laporan di tempat on the spot report yang berarti
juga penyampaian keputusan di tempat bila diperlukan, karena makin kompleksnya tugas seorang manajer, pengawasan langsung tidak
selalu dapat dijalankan dan sebagai gantinya sering dilakukan dengan pengawasan tidak langsung.
2 Pengawasan tidak langsung Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan dari jarak jauh melalui
laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat berbentuk laporan tertulis dan lisan. Kelemahan pengawasan bentuk
ini adalah bahwa dalam laporan-laporan tersebut tidak jarang hanya dibuat laporan-laporan yang baik saja yang diduga akan
menyenangkan atasan. Manajer yang baik akan meminta laporan tentang hal-hal yang baik maupun yang tidak baik. Sebab kalau
laporan tersebut berlainan dengan kenyataan selain akan menyebabkan kesan yang berlainan juga pengambilan keputusan yang salah.
2.3 Profesi Perawat
2.3.1 Pengertian Perawat
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, menyebutkan bahwa perawat adalah orang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
2.3.2 Peran, Fungsi dan Tugas Perawat
Peran utama perawat professional adalah memberikan asuhan keperawatan kepada manusia sebagai objek utama kajian filsafat ilmu
keperawatan: ontologism yang meliputi Nursalam, 2007 :
a Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan kebutuhan klien
b Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis dan
spiritual c Memberikan asuhan keperawatan kepada klien klien, keluarga, dan
masyarakat mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Selain itu menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 dalam
Nursalam 2007 juga diesebutkan bahwa perawat mempunyai peran penting terhadap klien, berikut beberapa peran perawat yaitu :
1 Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari
yang sederhana sampai dengan kompleks. 2 Sebagai advokat klien. Peran ini dilakukan perawat dalam
membantu klien keluarga dalam menginterpretasikan