Program K3RS Gambaran Faktor Pemungkin Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Seluruh informan utama baik yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman mengatakan bahwa program yang sering diadakan yaitu dalam bentuk seminar dan pelatihan. Berikut kutipannya : “Untuk pelatihan sih ada tapi yang ngadain bukan rumah sakit kita, itu pelatihannya dari luar, biasanya kita hanya diutus untuk perwakilan aja. Kalo seminar untuk perawat di rumah sakit ini ada kok mba ” Informan IU1. “Kayaknya cuma seminar aja deh kalo untuk kita” Informan IU2. “pernah ada seminar mba untuk perawat” Informan IU3. “Ya paling seminar sama pelatihan aja sih mba” Informan IU4. “ kurang tau deh mba..” Informan IU5. “seminar-seminar ada kok kadang diadain” Informan IU6. Selanjutnya, peneliti juga menanyakan seminar atau pelatihan yang seperti apa yang pernah ada untuk perawat. Informan utama menyebutkan seminar untuk karyawan seperti tentang APD, Infeksi Nosokomial, Pendokumentasian dan lainya. Berikut kutipannya: “ehmmm, ada tentang APD, infeksi nosokomial, seiinget saya itu ” Informan IU1. “Ehhmm, kurang tahu mba, saya kan baru 9 bulan disini” Informan IU2. “Pernah ada mba, seperti pendokumentasian dan tentang APD gitu mba ” Informan IU3. “Ehmm.. seminar APD, Infeksi nosokomial mba, trus pendokumentasian kalo yang terakhir sih itu yang saya tahu mba ” Informan IU4. Selanjutnya, peneliti menanyakan kepada informan utama apakah pernah mengikuti seminar tersebut. Dua dari informan utama yang berperilaku aman, belum pernah mendapat giliran untuk mengikuti pelatihan maupun seminar di RS Islam Asshobirin. Hal ini terkait jadwal dinas informan dan kebijakan yang dibuat oleh kepala ruangan. Berikut kutipan informan utama yang berperilaku aman : “Ya kalo ada saya ikut tapi kalo saya engga banyak ikutnya. Kalo disini mah biasanya ditunjuk, seringnya kepala ruangan, kalo perawat-perawatnya jarang, tapi kadang sapa yang mau ikut bisa asal tidak menganggu jam dinas”Informan IU1. “Kalo saya disini belum pernah ikut seminar yang ada dirumah sakit dan belum pernah jadi perwakilan juga buat ikut seminar atau pelatihan, paling cuma pas kuliah dulu aja suka ikut seminar-seminar ” Informan IU2. “Kalo saya belum pernah disuruh tuh buat pelatihan diluar sama kepala ruangan, kalo seminar juga belum paling dapat materinya aja dari yang ikut mba yang sering ikut seminar dan pelatihan mah paling kepala ruangannya mba ”Informan IU3. Sedangkan informan utama yang berperilaku tidak aman, juga diperoleh bahwa dari tiga informan hanya satu orang yang pernah mengikuti seminar maupun pelatihan di RS Islam Asshobirin, berikut kutipannya: “pernah ikut, terakhir seminar tentang pendokumentasian” Informan IU4. “saya belum pernah ikut sama sekali” Informan IU5. “Pelatihan ada tapi paling senior-senior doang yang ikut kayak kepala perawat gitu, kalo saya belum pernah ikut. Karena kan biasanya perwakilan, jadi paling senior-senior aja yang diutus,nah kalo seminar biasanya kita cuma dikasih tau hasil seminarnya itu apa ” Informan IU6. Selanjutnya, peneliti melakukan triagulasi sumber mengenai program terkait K3 untuk perawat kepada informan kunci. Informasi yang didapatkan dari informan utama sesuai dengan yang dikatakan oleh informan kunci yaitu belum adanya program K3 di Rumah Sakit Assobirin dan tiga dari empat informan utama memang benar belum pernah mengikuti seminar atau pelatihan. Berikut kutipannya: „‟Kalo program K3 gak ada,tapi kalo seminar atau pelatihan disini ada tapi jarang, paling kalo untuk pelatihan biasanya ke rumah sakit lain, Cuma kalo ke rumah sakit lain juga memang yang didahulukan yang senior yang sudah lama, seperti kepala ruangan terus nanti ada wakilnya, terus dibawahnya lagi, kita bertahap ya sampai nanti kebawah, jadi emang mereka ada yang belum kebagian karena belum sampai ke bawah. Kalo misalnya ada seminar paling ada fotocopyan ya saya suruh baca, terus kalo ada info-info baru ya dikasih tau.” Informan IK1. „‟seminar ada, tapi yang ikut gantian, sesuai jam dinas juga, juga ada seminar di rumah sakit lain nanti kita utus berapa orang, dalam satu ruangan bergantian asal gak mengganggu jam dinas bisa ikut, setiap ruangan ada perwakilannya. Misalnya kaya kemaren ada pelatihan di Anyer, hasilnya dipersentasikan kembali di aula dan dihadiri perwakilan dari setiap ruangan, kepala ruangan yang menentukan. Juga dilihat pelatihannya tentang apa misalnya imunisasi kan condongnya perawat ruangan anak, kebidanan, bayi, perawat yang diutus sesuai dengan perawatnya, misalnya sifat pelatihannya umum maka semua perawat bisa ikut.” Informan IK2. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci yaitu IK2 selaku kepala perawat didapatkan juga informasi bahwa selain ada seminar di rumah sakit Islam Asshobirin juga memiliki tim KPRS Keselamatan Pasien di Rumah Sakit yang berfungsi sebagai tim penyelidik jika terjadi kecelakaan terhadap pasien. Berikut kutipannya: “Disini adanya KPRS Keselamatan Pasien di rumah sakit jadi masih fokus untuk pasiennya untuk perawatnya belum ada secara khusus. Jadi misalnya ada kejadian terhadap pasien nanti kepala ruangan lapor ke tim kprs kronologisnya seperti apa, kemudian nati dilihat masalahnya dimana apakah SDM nya atau alatnya dan sebagainya, mislanya masalahnya SDM nya maka nanti akan disosialisasikan kembali tentnag penggunaaan alat itu atau tentunya salah satunya SOPnya juga.” Informan IK2. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan pendukung yaitu IP1 selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan juga diperoleh informasi sebagai berikut : “kalau untuk K3RS belum karena terkait biaya jadi kita secara bertahap dulu. Lagi pula untuk tenaga ahli K3 nya disini belum ada, baru ada bagian Kesling, tetapi terkait K3 di rumah sakit secara umum sebenernya sudah di monitor secara umum sama bagian kesling tersebut misalnya pengolahan limbahnya, sumber airnya phnya berapa, kebisingan diruangan datanya kita juga punya, kita lulus karena dibawah NAB nya itu tapi saya lupa berapa, itu juga sebenernya kan untuk keselamatan pekerjanya juga Cuma itu lebih secara umum bukan untuk keperawatan aja tapi cleaning service juga APDnya dan lain-lain. Kemudian kalo untuk KPRS itu lebih mendalam lagi ke kasus pasien karena nanti terkait dengan teknik medis operasi, macam-macam deh” Informan IP1.

5.2.4 Gambaran Faktor Penguat Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Faktor penguat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor lain selain dari diri pekerja itu sendiri yang menguatkan pekerja untuk berperilaku aman dalam bekerja. Faktor penguat tersebut dalam hal ini adalah SOPStandard Operating Procedure dan pengawasan.

1. SOP Standard Operating Procedure

SOP yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu adanya prosedur atau petunjuk kerja yang ada di rumah sakit terkait perilaku aman dalam bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman menggambarkan bahwa prosedur kerja sudah ada di rumah sakit yaitu dalam bentuk SOP tindakan keperawatan, misalnya SOP tentang memasang infus, memasang cateter, memakai APD, dan lainnya. Namun pengenalan SOP ini hanya dilakukan saat awal masuk bekerja oleh kepala ruangan secara lisan. Berikut ini kutipan informan utama yang berperilaku aman : “Sudah ada prosedur, ya kan udah dihapalin juga dari kuliah juga udah tau, setiap ruangan punya SOPnya kan ada, misalnya ya SOP nyuntik, pertama harus cuci tangan dulu sebelum tindakan, pake alcohol, siapin obatnya, cek dulu bener gak itu obatnya, dan seterusnya deh kya gitu”Informan IU1. “Ada SOP, kan awalnya dikasih tau dulu sama kepala ruangannya tindakan apa aja yang harus dilakuin terus apa namanya kalo pasien baru ngapain aja, pasien pulang ngapain aja, terus terapi obat apa aja yang diberikan, waktu terapi kapan aja dilaksanakannya, kalo sakit ini begini caranya ya gitu-gitu deh, buat saya sih sesuai SOPnya seperti yang dipelajari dari kampus juga.”Informan IU2. “Ada, seperti contohnya SOP suntikan, persiapannya pertama lihat nama obatnya dulu, dosis obatnya, waktu dan jamnya harus sesuai pemberiannya, lihat obat apa yang sebelumnya diminum ya gitu deh kalo udah siap semuanya baru dis untik”Informan IU3.