Ketersediaan APD Gambaran Faktor Pemungkin Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Para informan utama menggambarkan APD yang sudah tersedia di ruangan masing-masing sesuai dengan kebutuhan seperti tersedia sarung tangan handscoon dan masker tetapi untuk APD yang lain seperti scoot belum disediakan. APD tersebut dapat diambil di apotek atau bagian farmasi jika diruangan sudah habis. Berikut ini kutipan dari informan utama yang berperilaku aman : “Biasanya disetiap ruangan itu disediain APD kaya masker, ,sarung tangan, nah kalo habis kita ngamprah ke farrmasi, sebenernya kalo sesuai prosedur kesehatan ya gak cukuplah, tapi kan setiap rumah sakit beda, harusnya kan kaya sepatu, dan topi disediain juga kalo nyuntik kan takutnya jatuh, kan kita pake sepatunya biasa bukan yang khusus perawat gitu” Informan IU1. ”ada seperti masker dan handscoon, ngambilnya amprahan atau ngorder dari ruangan ke farmasi, kalau peraturan gak ada sanksi mau pakai atau tidak pakai APD, Kalo menurut saya APD nya sih mungkin kuranglah, kalo misalnya kaya scoot penting sih disinikan ada pasien bayi, kalo misalnya ada ruang bayi kan nanti berisiko ke bayinya kalo baju kita misalnya terkontaminasi dari luar, makanya harus lengkap scootnya, masker, sarung tangan, gitu lah kalo misalnya disini kurang sih” Informan IU2. “Sudah disediakan, biasanya ngamprah atau diambil di apotik sesuai kebutuhan di ruangan ini seperti handscoon, dan masker, kalo scoot gak ada. Kalo peraturan tentang APD itu biasanya udah ada dalam SOP, tapi gak ada sanksi kalo misalnya ada yang gak pake APD” Informan IU3. Dan berikut kutipan informan utama yang berperilaku tidak aman tentang ketersediaan APD di rumah sakit : “Ada, seperti masker, handscoon, ngambilnya di apotik atau bagian farmasi” Informan IU4. “Amprahan dari ruangan ke apotik farmasi, APD nya masker, handscoon udah itu aja”Informan IU5. “Disediakan APD, ada masker dan hanscoon di ruangan” Informan IU6. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan utama terkait tidak disediakannya APD berupa scoot, topi, dan sepatu. Dari hasil wawancara diketahui bahwa untuk ruang rawat inap tidak disediakan scoot, topi dan sepatu, tetapi hanya di sediakan di ruang UGD dan ruang operasi. Berikut kutipannya: “Kalo scoot itu emang khusus ruangan bedah aja mba, kalo topi khusus buat perawat laki-laki kalo untuk wanita kan kita semua pake kerudung, jadi engga perlu topi buat kita mba, kalo sepatu saya juga kurang tahu mba, padahal menurut saya penting” Informan IU1. “saya juga kurang tau mba alasan kenapa gak disedian, saya mah pake apd yang ada aja disini ” Informan IU2. “Katanya sih mba scoot itu kalo disini cuma ada diruang UGD dan OK aja, ruangan buat operasi bedah gitu mba ” Informan IU3. “mungkin terkait anggaran biaya juga kali ya mba, makanya gak disedian di setiap ruangan ” Informan IU4. “Mungkin karena disini ruang rawat aja mba, bukan ruang bedah, jadi mungkin tidak perlu mba, makanya tidak disediakan dari atasannya ” Informan IU5. “Yah kebijakan dari sananya udah begitu, ya mau gimana kita??” Informan IU6. Selain itu peneliti juga menanyakan kepada informan utama mengenai pentingnya menggunakan APD seperti scoot, topi, dan sepatu dalam bekerja. Berikut kutipannya: “Menurut saya sih scoot pentinglah mba, buat melindungi perawat dari kontaminasi kontaminasi penyakit tertular mba, tapi kalo topi engga perlu mba, kan cewenya berjilbab semua disini, kalo sepatu baru penting mba supaya kitanya terhindar dari benda tajam yang jatuh mba ” Informan IU1. “Kalo scoot menurut saya penting mba, ini kan ada ruangan bayi jadi harus bener-bener steril yang kita pakai ini, kasian bayi nya kalo tertular dari pakaian kita, trus kalo topi mungkin engga perlu yah mba, soalnya disini semua berjilbab mba, kalo sepatu juga penting mba menurut saya biar ngelindungi perawat dari jarum suntik kalo jatoh ke lantai gt mba ” Informan IU2. “Menurut saya pentinglah mba, ini kan diruang ICU, seharusnya di ruang ICU ada scoot bukan hanya di UGD dan OK untuk menjaga steril mba, kalo topi gak terlalu penting karena wanitanya berjilbab semua mba, kalo sepatu harusnya sih penting agar melindungi perawat dari alat-alat yang jatoh pas lagi kita gunakan ” Informan IU3. “Menurut saya sih penting mba, disini kan ruangan ICU , jadi perlu lah scoot itu untuk melindungi kita juga ” Informan IU4. “menurut saya sih yang paling penting itu ada masker dan sarung tangan udah cukup lah ” InformanIU5. „‟penting sih mba, tapi ya gitu deh………” Informan IU6. Selanjutnya, peneliti melakukan triagulasi sumber kepada informan kunci yaitu kepala ruangan IK1 dan kepala perawat IK2 terkait ketersediaan APD terhadap perawat yang ada di Rumah Sakit Assobirin. Berikut kutipannya: “kalo untuk disini ya kan ya standar rumah sakit kelas tiga terus menengah kebawah, kalo itu sih cukup untuk APDnya kaya masker dan sarung tangan saja” Informan IK1. “APD nya kalo diruangan sih condongnya cuma masker sama sarung tangan saja mba ” Informan IK2. Selanjutnya, peneliti menanyakan juga apakah APD yang disediakan oleh Rumah Sakit Assobirin sudah cukup sebagai alat pelindung diri perawat dalam bekerja. Berikut kutipannya: “Menurut saya sih sudah cukup mba, karena ini rumah sakit tipe C dan masih menegah ke bawah jadi untuk rumah sakit sekelas ini sudah cukup lah APD nya seperti itu ” Informan IK1. “Kalo untuk standar APD dasar kita sudah cukuplah mba” Informan IK2. Selain itu, peneliti menanyakan tentang ketersediaannya APD seperti scoot, sepatu, dan topi kepada informan kunci kepala perawat. Berikut kutipannya: “kalo scoot dan sepatu boots ya di rumah sakit ini hanya untuk di ruangan UGD dan OK saja ada ” Informan IK2. Selanjutnya, peneliti menanyakan mengapa ketersediaan APD seperti scoot, sepatu, dan topi hanya untuk diruangan UGD dan OK kepada Informan Kunci Kepala perawat. Berikut kutipannya: “karena sudah standarnya seperti itu mba, yang perlu scoot, sepatu itu yah pas saat operasi, persalinan saja mba, trus kalo topi yah karena diruang UGD dan OK ada perawat laki-laki nya, jadi harus memakai topi sedangkan untuk ruang rawat itu perawat perempuan dan mereka semua berjilbab jadi gak pake topi ” Informan IK2. Dan melalui wawancara dengan informan pendukung yaitu IP1 selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan, diperoleh informasi bahwa ketersedian APD di RS Islam Asshobirin antara lain masker, sarung tangan, scoot dan topi. Untuk ruang rawat biasanya APD yang digunakan hanya masker dan sarung tangan, sedangkan penggunaan topi dan scoot harus dipakai di ruangan operasi dan bedah seperti ruangan OK Operasi. Berikut kutipannya : “kalo di OK itu harus pake topi operasi sama scoot juga, karena selama ini disini standarnya adalah masker dan sarung tangan untuk ruang rawat, yang dasar kan baru itu aja ya, kalo disini kan gak ada ruangan yang khusus seperti misalnya ruang kemoterapi kanker, flue burung disni juga belum ada, disini kan ada tingkatannya dan yang ada di SOP ini untuk sementara saya liat cukup simple kok” Informan IP1.

2. Program K3RS

Program K3RS yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu gambaran mengenai ada atau tidak adanya program terkait K3 yang bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjungpengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. Dari hasil wawancara mendalam dengan informan utama baik yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman didapatkan seluruh informan menggambarkan bahwa program terkait K3 di Rumah Sakit Islam Asshobirin belum ada Berikut ini kutipannya: “Kalo untuk K3 sih kayaknya belum ada” Informan IU1. “Belum ada mba kayaknya, kan saya baru 9 bulan disini jadi kayaknya sampe saat ini engga ada deh ” Informan IU2. “Belum ada mba setau saya sampai saat ini” Informan IU3. “Belum ada mba selama disini” Informan IU4. “belum tau mba” Informan IU5 “gak ada tuh” Informan IU6. Selanjutnya, peneliti menanyakan kembali kepada informan utama terkait program apa saja yang pernah ada untuk perawat. Seluruh informan utama baik yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman mengatakan bahwa program yang sering diadakan yaitu dalam bentuk seminar dan pelatihan. Berikut kutipannya : “Untuk pelatihan sih ada tapi yang ngadain bukan rumah sakit kita, itu pelatihannya dari luar, biasanya kita hanya diutus untuk perwakilan aja. Kalo seminar untuk perawat di rumah sakit ini ada kok mba ” Informan IU1. “Kayaknya cuma seminar aja deh kalo untuk kita” Informan IU2. “pernah ada seminar mba untuk perawat” Informan IU3. “Ya paling seminar sama pelatihan aja sih mba” Informan IU4. “ kurang tau deh mba..” Informan IU5. “seminar-seminar ada kok kadang diadain” Informan IU6. Selanjutnya, peneliti juga menanyakan seminar atau pelatihan yang seperti apa yang pernah ada untuk perawat. Informan utama menyebutkan seminar untuk karyawan seperti tentang APD, Infeksi Nosokomial, Pendokumentasian dan lainya. Berikut kutipannya: “ehmmm, ada tentang APD, infeksi nosokomial, seiinget saya itu ” Informan IU1. “Ehhmm, kurang tahu mba, saya kan baru 9 bulan disini” Informan IU2.