Pengetahuan Faktor Predisposisi Pengetahuan, Sikap, Motivasi, dan Masa Kerja
aman dan dampak dari berperilaku tidak aman serta bahaya yang ada di rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya pengetahuan yang dimiliki perawat terkait perilaku aman dalam bekerja tergolong
baik. Pengetahuan tersebut diperoleh dari ilmu saat perkuliahan dan pengarahan mengenai SOP saat awal masuk bekerja oleh kepala
ruangan. Namun, pada pengetahuan yang dimiliki perawat tentang bahaya yang ada dirumah sakit masih kurang. Hal ini, dikarenakan
kurangnya informasi yang didapat perawat dari kepala ruangan mengenai potensi bahaya yang ada dirumah sakit dan juga jarang
dilakukan briefing sebelum bekerja. Namun meskipun pengetahuan mereka masih ada yang kurang tetapi secara umum perawat sudah
berperilaku aman saat bekerja. Hasil penelitian tersebut, sejalan dengan penelitian Hasriani
2009 yang menyatakan ada hubungan antara penegetahuan dengan perilaku K3 pada perawat RS Paru di Salatiga. Selain itu juga sama
dengan hasil penelitian Sialagan 2008 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3.
Hal ini dikarenakan perilaku akan nampak jika didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Orang akan mencerminkan perilakunya
dari pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini sama dengan penelitian Rogers 1997 dalam Pratiwi 2009 yang menyatakan bahwa
perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Jika orang tidak
mengetahui dengan baik konsekuensi atau manfaaat dari suatu perilaku, maka orang tersebut tidak akan melakukannya.
Hal ini juga dikuatkan dengan dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Bloom dalam Pratiwi 2009, yakni untuk
melakukan perilaku kerja aman, tidak cukup bila hanya mengetahui prosedur kerja maupun bahaya yang mereka hadapi. Perilaku kerja
aman akan muncul pada saat pekerja sudah sampai pada tahap memahami manfaat dari berperilaku kerja aman kemudian
menerapkannya dalam pola kerja sehari-hari. Geller 2001 mengungkapkan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebelum seorang pekerja mengadopsi perilaku
baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat dari perilaku tersebut bagi dirinya. Sehingga seorang pekerja akan menerapkan
perilaku aman apabila mereka sudah mengetahui tujuan dan manfaatnya bagi keamanan diri mereka sendiri serta apa bahaya yang
akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya Annishia, 2011. Berdasarkan
hasil penelitian
peneliti mengelompokan
pengetahuan perawat menjadi 4 bagian sebagai berikut :
a Pengetahuan tentang perilaku aman dalam bekerja Berdasarkan
hasil penelitian,
perawat sudah
mengetahui mengenai perilaku aman dalam bekerja meskipun mereka tidak menyebutkan definisi secara lengkap, tetapi dengan
memberikan contoh bentuk perilaku aman dalam bekerja seperti menggunakan APD, bekerja sesuai SOP, ketelitian, kerapihan,
dan kebersihan atau keseterilan. Dengan pengetahuan mereka seperti itu, bahwa sudah
cukup benar yang mereka sebutkan itu adalah perilaku aman dalam bekerja, seperti meggunakan APD dan ketelitian dalam
bekerja merupakan perilaku yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau kesalahan terhadap pekerjaannya. Hal ini sudah
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Heinrich 1980, perilaku aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau
beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan.
Pengetahuan perawat yang baik mengenai perilaku aman saat bekerja disebabkan karena diberikan informasi oleh
kepala ruangan serta kepala perawat saat baru mulai masuk bekerja mengenai instruksi atau SOP bekerja yang aman selain itu
juga tentunya didapatkan dari ilmu yang diperoleh dari perkuliahan.
b Pengetahuan tentang manfaat perilaku aman Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perawat
memiliki pengetahuan yang cukup tentang manfaat perilaku aman dalam bekerja sehingga hal ini juga mendorong perawat untuk
berperilaku aman. Mereka menyatakan bahwa manfaat perilaku aman saat bekerja adalah untuk mencegah terjadinya tertular
penyakit dan mengamankan diri sendiri serta pasien. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bloom
dalam Pratiwi 2009, yakni perilaku kerja aman akan muncul pada saat pekerja ini sudah sampai pada tahap memahami manfaat
dari berperilaku kerja aman. Perawat sudah mengetahui manfaat dari berperilaku aman seperti mencegah tertularnya penyakit,
sehingga membuat mereka selalu berperilaku aman saat bekerja. c Pengetahuan tentang dampak perilaku tidak aman
Berdasarkan hasil penelitian, Perawat memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dampak dari berperilaku tidak
aman dalam bekerja. Mereka menyatakan bahwa kerugian yang dialami jika berperilaku tidak aman adalah selain bisa terjadi
kecelakaan kerja juga berisiko tertular penyakit infeksi yang dapat merugikan diri sendiri.
Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Heinrich 1980 dalam Teori Domino, Heinrich yang menyatakan bahwa
perilaku tidak aman menyumbang 88 penyebab kecelakaan kerja. Sahab 1997 juga menyatakan bahwa penyebab kecelakaan
kerja didasari oleh dua faktor utama, yaitu kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman Annishia, 2011.
d Pengetahuan tentang bahaya yang ada di rumah sakit Berdasarkan
hasil penelitian,
diperoleh bahwa
pengetahuan perawat mengenai bahaya yang ada di rumah sakit masih kurang, karena mereka menyatakan bahwa bahaya yang
ada di rumah sakit itu seperti tertular penyakit infeksi, nosokomial dan tertusuk jarum. Pengertian bahaya menurut
Budiono 2003 yaitu merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian dalam kesehatan dan
keselamatan baik pada harta benda, lingkungan, maupun manusia. KEPMENKES RI tahun 2010 menyebutkan bahwa
yang termasuk bahaya-bahaya potensial di rumah sakit adalah bahaya fisik radiasi pengion dan non-pengion, suhu panas,bising,
getaran, pencahayaan,
bahaya kimia
Ethylene Oxide,
Formaldehyde, ether,dll, dan bahaya biologi Virus: Hepatitis, Influenza,HIV,dll,Bakteri:S.Saphrophyticus, S.Pheumoniae,dll,
Jamur: Candida. Kemudian ada bahaya ergonomic membungkuk,
mengangkat, bahaya psikososial shift kerja, stress kerja, bahaya
mekanik terjepit, tertusuk jarum, tersayat, dll, bahaya listrik kesetrum, kebakaran, limbah RS jarum suntik,obat,darah,
droplet,sputum,dll dan kecelakaan. Kurangnya pengetahuan perawat mengenai bahaya
yang ada di rumah sakit, mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi yang diberikan oleh kepala ruangan mengenai bahaya-
bahaya tersebut. Namun meskipun pengetahuan mengenai bahaya masih kurang, mereka tetap berperilaku aman. Hal ini tentunya
disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk berperilaku aman.
Namun demikian meskipun mereka sudah berperilaku aman, pemberian informasi mengenai bahaya yang ada di rumah
sakit tetap harus dilakukan guna memperkuat perawat dalam berperilaku aman dalam bekerja. Pemberian informasi mengenai
bahaya bisa diberikan melalui promosi K3 kemudian saat pengawas sedang melakukan pengawasan dengan memberikan
peringatan terhadap perawat dan melakukan briefing secara rutin terhadap bahaya.