Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
penting karena kepala sekolah yang meletakkan berbagai kebijakan dan aturan terkait pengembangan lembaga pendidikan, apalagi dengan kultur
di Indonesia yang masih menjadikan peran pemimpin sangat dominan dalam proses operasional organisasi.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh E. Mulyasa, bahwa: Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam
mengkordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan
kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
2
Pendidikan karakter
merupakan upaya
untuk membantu
perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
3
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan
formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf
yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat
meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
4
Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju memudahkan peserta didik dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan
orang lain. Tidak hanya berinteraksi secara nyata, tetapi dunia maya atau jejaring sosial seperti facebook, twitter, yahoo mesengger, dan lain-lain
mampu memberikan dampak dan pengaruh besar bagi peserta didik.
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2003, h. 90.
3
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 1.
4
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter Bandung: Yrama Widya, 2011, h. 4.
Kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru bisa membuat peserta didik melakukan kegiatan yang menyimpang, seperti tawuran,
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, seks bebas, dan yang lainnya. Menurut data yang dihimpun dari Litbang TVOne, Pada 2010,
setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100 pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang
menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar.
5
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan:
Tawuran antar pelajar di Jakarta bukan hanya disebabkan oleh tradisi kekerasan yang diwariskan oleh pelajar angkatan sebelumnya.
Tawuran juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dan tata ruang kota. Kekerasan pelajar berlatar belakang kebencian antarsekolah
pernah terjadi di Jakarta, September tahun 2012 yang lalu. Saat itu, seorang pelajar SMA 70 berinisial FR alias Doyok menikam seorang
pelajar SMA 6 bernama Alawy Yusianto Putra dengan arit dalam sebuah tawuran di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Alawy tewas dan Doyok
saat ini menjalani hukuman penjara selama 7 tahun usai vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Mei 2013 yang lalu.
6
Selain tawuran, pergaulan bebas dan seks bebas dikalangan ABG Anak Baru Gede juga sangat mengkhawatirkan. Menurut data BKKBN,
sejumlah 20,9 persen remaja putri hamil di luar nikah. Ini jelas merupakan angka yang cukup tinggi, yang mana secara hitung-hitungan berarti
diantara 5 remaja putri terdapat 1 orang yang hamil diluar nikah, atau 4 berbanding 1.
Kesalahan ini bisa saja dialamatkan pada orangtua yang sangat sibuk sehingga tak punya waktu memberi perhatian dan pengawasan
terhadap remaja putrinya. Namun sebenarnya terdapat beberapa faktor lain
5
Kabar Siang, Data Tawuran Pelajar Selama 2010-2012, 2013, http:video.tvonenews.tvarsipview6213220120927data_tawuran_pelajar_selama_20102012.t
vOne
6
Alsadad Rudi, Selain Tradisi Kekerasan, Ini Penyebab Lain Tawuran Pelajar, 2013, http:megapolitan.kompas.comread201310111840481Selain.Tradisi.Kekerasan.Ini.Penyebab.
Lain.Tawuran.Pelajar
yang menjadi pemicu hubungan seks bebas pra nikah, misalnya lingkungan pergaulan baik di rumah, di luar rumah dan sekolah. Kemudian
pengaruh dari tontonan yang tidak edukatif yang kemudian dijadikan tuntunan. Tak sedikit tontonan media massa audio visual; televisi, yang
menayangkan tontonan berupa sinetron remaja yang tak mendidik yang kemudian ditiru atau minimal melakukan coba-coba yang akhirnya
keterusan. Selain itu kita tak memungkiri keberadaan peralatan gadget canggih yang fungsinya tidak saja untuk berkomunikasi, tapi juga
mengakses situs-situs porno lalu kemudian menyimpannya untuk dijadikan tontonan. Tudingan terhadap situs-situs sosial media seperti
Facebook, Twitter, dan sejenisnya, juga menjadi sah saja dilakukan. Karena sudah bukan rahasia bila halaman sosial media itu juga digunakan
untuk menayangkan pronografi dan pornoaksi.
7
Data di atas menunjukkan hanya sebagian kecil dari berbagai kasus tentang merosotnya pendidikan karakter. Oleh karena itu, pendidikan
karakter di sekolah bertujuan agar siswa mampu membentengi diri dengan nilai-nilai karakter yang sehingga mampu terhindar dari dampak negatif
globalisasi tersebut. Salah satu penyelenggaraan pendidikan karakter dapat dilakukan
secara terpadu melalui manajemen sekolah. Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang
lain. manajemen juga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan sumber
daya untuk tercapainya tujuan. Sumber daya adalah unsur-unsur dalam manajemen, yaitu: manusia, bahan, mesinperalatan, metodecara kerja,
modal uang dan informasi. Sumber daya bersifat terbatas, sehingga tugas
7
Imi Suryaputera, 1 Dari 5 Remaja Putri Hamil Di Luar Nikah, 2013, http:muda.kompasiana.com201302131-dari-5-remaja-putri-hamil-diluar-nikah-528154.html
manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya secara efisien dan efektif agar tercapai tujuan.
Proses manajemen adalah proses yang berlangsung secara terus- menerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan keputusan,
mengorganisasikan sumber
daya yang
dimiliki, menerapkan
kepemimpinan untuk menggerakkan sumber daya, dan melaksanakan pengendalian. Dalam konteks dunia pendidikan, yang dimaksudkan
dengan manajemen pendidikansekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dalam upaya menghasilkan lulusan
yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, penulis ingin melihat dan menganalisis penerapan pendidikan karakter
sekolah melalui manajemen sekolah di MIN 09 Petukangan Jakarta, dan kepala
sekolah sebagai
obyek penelitian
karena merupakan
pimpinanmanajer di sekolah. Madrasah Ibtidaiyah Negeri MIN 09 Petukangan Jakarta adalah
salah satu sekolah yang memiliki predikat sebagai Rintisan Madrasah Standar Nasional RMSN. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam
penerapan pendidikan karakter seperti perumusan visi, misi, peraturan dan kebijakan-kebijakan sekolah juga menentukan suksesnya keberhasilan
penerapan pendidikan karakter di sekolah. Budaya sekolah yang baik seperti tepat waktu, shalat berjamaah, disiplin yang tinggi dan lain-lain
terbukti mampu membuat siswanya berprestasi di berbagai ajang perlombaan.
Selain itu, kepala sekolah berusaha untuk mengintegrasikan semua pihak yang terlibat dalam usaha pelaksanaan pendidikan karakter,
misalnya guru, komite sekolah, tenaga kependidikan dan masyarakat. Namun pada praktek di lapangan, tidak semua guru aktif terlibat dalam
pembentukan karakter siswa. Sebagian hanya menggugurkan kewajiban mengajar sebagai seorang guru. Begitu pula dengan para orang tua. Hanya
sebagian yang peduli terhadap pembentukan karakter anak. Alasannya antara lain karena sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu yang
berkualitas. Padahal tingkah laku dan karakter anak pertama kali dibentuk di lingkungan keluarga.
Dengan melihat begitu pentingnya kinerja kepala sekolah dalam suatu proses pendidikan, dimana kepala sekolah harus mampu
menciptakan kegiatan-kegiatan pendidikan berjalan dengan baik khususnya dalam penerapan pendidikan karakter, penulis ingin mengkaji
lebih dalam mengenai
“PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DALAM MENGEMBANGKAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN JAKARTA
”