Pengembangan Karakter Siswa Pendidikan Karakter

seseorang dalam perbuatan yang baik act morally maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi competence, keinginan will, dan kebiasaan habit. Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional. Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Menurut Mochtar Buchori, mengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang sangat penting dan harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat tekad untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter seharusnya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menerjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa. 12 Begitu pentingnya pendidikan karakter bagi perkembangan diri siswa. Karena kesuksesan seseorang hanya ditentukan sedikit kemampuan teknis individual, sisanya adalah kemampuan mengelola diri dan orang lain. Tahapan perkembangan karakter dapat dimulai dari diri sendiri, melakukan perbuatan kebiasaan yang baik, dari hal yang terkecil dan dimulai dari sekarang.

6. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh 12 Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter Bandung: Yrama Widya, 2011, h. 11. setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan. Strategi pengembangan pendidikan karakter ini antara lain: a. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif olah pikir, tetapi pada tataran afektif olah hati, rasa dan karsa, serta psikomotorik olah raga. Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu: a pembelajaran berbasis masalah, b pembelajaran kooperatif, c pembelajaran berbasis proyek, d pembelajaran pelayanan, dan e pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu. b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Kegiatan Belajar Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu: 1 Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik dan teman. 2 Kegiatan spontan, yakni kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman