Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan telah didefinisikan oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, dalam bukunya Hani Handoko mengemukakan bahwa “kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan tugasny a”. 21 Menurut Joseph C. Rost seperti yang dikutip oleh Triantoro Safaria dalam buku Kepemimpinan, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah: “sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut bawahan yang menginginkan perubahan nyata yan g mencerminkan tujuan bersamanya.” 22 Kepemimpinan merupakan terjemahan dari leadership. Mengenai definisi kepemimpinan banyak para ahli yang mendefinisikannya, diantaranya adalah Koontz, O’Donnel dan Weihrich. Di dalam bukunya yang berjudul “Management”, yang dikutip oleh Wahyusumidjo, antara lain dikemukakan, bahwa: “yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi”. 23 Sedangkan menurut Irham Fahmi, Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Ilmu kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan dinamika perkembangan hidup manusia. 24 Dorongan dan semangat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin mampu menggerakkan suatu organisasi ke arah yang diinginkan, namun begitu pula sebaliknya jika kualitas dan kompetensi seorang pemimpin adalah belum mencukupi untuk membantu mendorong ke arah kemajuan maka artinya pemimpin tersebut hanya memimpin dengan tujuan untuk pribadinya dan bukan untuk tujuan keinginan 21 T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1997, cet. Ke-11, hal.2 22 Triantoro Safaria, Kepemimpinan, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004, cet. Ke-1, h.3 23 Wahyusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999. Cet, Ke-1, hal. 83 24 Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, Bandung : Alfabeta, 2012, cet. Ke-1, hal.15 organisasi. Karena tujuan organisasi artinya pemimpin memimpin dengan menerapkan serta mewujudkan visi dan misi yang dimiliki oleh organisasi tersebut, dan menempatkan kepentingan pribadi bukan sebagai kepentingan utama. 25 Sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah who is behind the school. Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap manajemen dan kepemimpinan, serta tugas yang dibebankan kepadanya; karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khususnya dalam menggerakkan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Dalam prosesnya, interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik memainkan peran sangat penting, terutama dalam penyesuaian berbagai aktivitas sekolah dengan tuntutan globalisasi, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi, dan lingkungannya. Ke semuanya itu sangat menuntut kompetensi dan profesionalitas kepala sekolah, untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yang dinamis. Sebagai komponen penting organisasi sekolah, kepala sekolah harus mampu memberikan layanan bermutu secara optimal. Dengan kemandiriannya, kepala sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Demikian pula dengan pengambilan keputusan partisipatif, yang melibatkan warga sekolah secara langsung akan meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki mereka terhadap sekolah beserta program-programnya. Peningkatan rasa memiliki itu akan meningkatkan kesadaran, tanggung jawab, kepedulian, dan komitmen warga sekolah terhadap sekolahnya; sehingga akan melahirkan dedikasi dan kreativitas yang tinggi dalam pengembangan program- program sekolah. 26 25 Ibid., hal. 18. 26 E. Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h. 5-6. Pemimpin ialah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah harus memiliki hubungan yang baik dengan para guru dan staf lainnya. Jika kepala sekolah melakukan kesalahan, guru harus berani menegurnya dan sebagai pemimpin yang baik harus menerimanya dengan bijaksana. Kepala sekolah harus bisa memaksimalkan potensi yang ada pada stake holder maupun share holder sekolah dan saling mendukung guna mencapai tujuan yang disepakati bersama.

2. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter

Di samping guru dan tenaga kependidikan lainnya, kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyukseskan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam mengkoordinasi, menggerakkan, dan mengharmoniskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi yang sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong perwujudan visi, misi dan tujuan sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara bertahap dan terencana. Dalam menyukseskan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, kepala sekolah paling tidak harus melakukan berbagai program kegiatan, baik yang terkait dengan program sekolah secara keseluruhan maupun yang terkait dengan tugas sehari-hari kepala sekolah. Pertama, untuk yang terkait dengan program sekolah secara keseluruhan, tahapan yang harus dilakukan adalah mencermati kelender pendidikan, sehingga ditemukan hari-hari efektif, setengah efektif karena ada kegiatan tertentu dan hari-hari tidak efektif, seperti hari libur; jumlah hari efektif dan setengah efektif merupakan dasar penyusunan program tahunan, program semester, dan rencana pembelajaran; penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler diupayakan ditempatkan di luar jam belajar, sehingga tidak mengurangi jam belajar efektif; secara periodik melakukan evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter dengan melibatkan semua tenaga guru dan staf sekolah, sehingga ditemukan halangan dan rintangan yang dihadapi, serta berbagai kemajuan yang telah dilalui. Kedua, yang terkait dengan tugas sehari-hari kepala sekolah, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut, mengalokasikan lebih banyak waktu untuk peningkatan kualitas pendidikan karakter, kesiswaan, pembinaan guru dan karyawan, dan pengembangan sekolah; dibanding kegiatan yang bersifat administratif; menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi jalannya pendidikan karakter; membuat jadwal kerja dengan rincian waktu yang diketahui oleh semua warga sekolah; secara periodik menyediakan waktu untuk bertemumenerima guru dan staf serta peserta didik, dengan jadwal yang diketahui oleh semua warga sekolah. 27 Selain itu, kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi pendidikan karakter, pengembangan pendidikan karakter, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan peserta didik, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan penciptaan iklim sekolah. a. Perencanaan dan Evaluasi Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya school-based plan, seperti kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu untuk mengembangkan rencana peningkatan mutu pendidikan karakter.

b. Pengembangan Kurikulum

Implementasi pendidikan karakter di sekolah memberi kewenangan kepada daerah dan sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan karakter, terutama dalam mengidentifikasi karakter, dan mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan daerah, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan memberi makna meaningfull learning bagi setiap peserta didik dalam mengembangkan potensinya masing- masing.

c. Pengembangan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan unsur utama dalam implementasi pendidikan karakter, sebagai interaksi edukatif antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini, sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik- teknik pendidikan karakter yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran berbasis karakter ini, hendaknya tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas, seperti di laboratorium, bengkel dan perpustakaan, bahkan harus mewarnai seluruh kehidupan sekolah.

d. Pengelolaan Ketenagaan

Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sanksi reward and punishment, hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian atau upah, dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya. Dalam pelaksanaannya, pengembangan ketenagaan ini dapat dilakukan melalui kerja sama berbagai pihak dan antar lembaga secara berkesinambungan. 27 Gunawan, op. cit., hal. 178.