Materi Metode Ruang Lingkup Bimbingan Agama

B. PengetahuanKeagamaan

1. Pengertian Pengetahuan Agama

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang berarti mengerti setelah melihat, menyaksikan, mengalami. Dan setelah mendapat awalan peng- dan akhiran an- yang artinya segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal pelajaran. 27 Menurut Julian Baggini mengatakanpengetahuan adalah kepercayaan sejati yang dibenarkan sebagai tiga bagian tentang pengetahuan yaitu kepercayaan, fakta bahwa kepercayaan itu benar dan fakta bahwa seseorang bisa menyediakan cerita rasional untuk mewujudkan bahwa kepercayaan itu benar. 28 Lebih lanjut menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu yang akan mempengaruhi prilaku, termasuk di dalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan. 29 Selanjutnya, pengertian agama menurut sosiologi merupakan definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative menilai. Ia “angkat tangan” mengenai hakiki agama, baik atau buruknya agama atau agama-agama yang tengah diamatinya. Pengamatan ini hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif 27 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet ke-1, h.884 28 Julian Baggini, Lima Tema Utama Filsafat, Jakarta: Teraju, 2004,h. 28 29 Jujun S. Suriasumantri, filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2005, h. 104 menggambarkan apa adanya, yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya. 30 Menurut kamus besar bahasa Indonesia,agama setelah mendapat awalan ke- dan akhiran –an kata keagamaan berarti yang berhubungan dengan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam syariat Islam. 31 Dari pengertian di atas perlu dikemukakan kembali bahwa dalam membicarakan masalah tentang keagamaan, antara pengetahuandan pengamalanagamaseseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaan yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Hal di atas dikarenakan adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tidakan keagamaan dalam diri seseorang. 32 Ungkapan di atas diperkuat oleh pendapat Mc. Guire yang dikutip oleh Bambang Syamsul, proses perubahan sikap dari tidak menerima menjadi menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap yaitu 30 Hendropuspito, OC, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983, cet 1, h. 29. 31 Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, cet ke 10, h.1 32 Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Utama, 1996, cet ke 1, h.212 perhatianattention, pemahamancomprehension, dan penerimaanacceptance. 33 Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama yang lebih penting disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang iman kepada hari akhir ukhruwimerupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya ini dapat dilihat secara langsung dan tidak langsung dalam sikap keagamaannya.

2. Aspek-Aspek dalam Keagamaan

Sebagaiamana telah diketahui bahwa keagamaan di atas adalah ajaran Islam, ajaran yang paling sempurna karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan kebersihan sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Menurut Endang Saifudin dalam Djamaludin mengatakan bahwa pokok ajaran Islam pada aqidah, syariah dan akhlak. 34 a. Aqidah Aqidah menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran- ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik, keyakinan tersebut dalam 33 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung::CV PUSTAKA SETIA, 2008, cet ke-1, h.57 34 Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.79