sd 16.00. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan

diadakan pemotongan hewan kurban dan akan dibagikan kepada dhuafa dan masyarakat pemulung, maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal, dan juga tahun baru hijriyah 10 Muharram diadakan tabligh akbar di halaman depan yayasan, adapun yang mengisi acara hanya sebagian anak- anak pemulung seperti membaca puisi, tarian, shalawat dan marawis. Kemudian untuk para ibu-ibu juga ambil bagian dalam pembacaan rawi dan shalawatan, hal ini dilakukan agar para pemulung memiliki kepercayaan diri dan adanya penghargaan untuk dirinya. Istilah yang digunakan oleh H. Aslih Ridwan dalam menanamkan rasa kepercayaan dirinya yaitu ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan, agar tumbuh semangat dan mempunyai penghargaan dalam dirinya, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ife yang mengatakan bahwa sebagai agen perubah atau pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme masyarakat dan termasuk juga didalamnya mengaktifkan dalam mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi dukungan. 15 Berikut hasil wawancara peneliti dengan H. Aslih Ridwan: “Kegiatan ini dilakukan dengan cara kita lakukan pendekatan kepada mereka minimal mereka nyaman dalam mengikuti kegiatan pembinaan agama ini, merasa memilki persaudaraan yang kuat, dan menghargai dirinya karena kita berdayakan disini ibu-ibu pemulung kita ajak tampil shalawatan setiap ada peringatan hari- hari besar Islam dengan begitu mereka merasa diorangkan”. 16 15 Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial”, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002,h. 199 16 Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 10 Desember 2012. Selanjutnya kegiatan bimbingan agama di yayasan MAI yang ada sejak tahun 1999 ini, penting karena kehidupan disekitar kelompok masyarakat pemulung ini sangat memprihatinkan terutama aqidah mereka yang mudah untuk bertukar agama, dengan dilakukan pembinaan agama seperti ini maka dengan sendirinya akan tumbuh minatnya dalam mengamalkan agamanya dan berguna bagi perkembangan akhlak dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan H. Aslih Ridwan, berikut hasil wawancara dengan peneliti: “Awalnya kita prihatin melihat komunitas pemulung disekitar yayasan ini mereka bukan lemah secara finansial saja tapi lebih parah lagi lemah juga dari sisi keimanan, mereka rentan bisa tergoda bertukar agamanya,inilah yang diingatkan rasul kepada kita supaya kita lakukan sebisa kita apa yang kita bisa agar cepat- cepat menarik mereka karena komunitas mereka rentan. Nah berangkat dari masalah tersebut kita memulai pembinaan agama kepada ibu-ibu, karena ibu-ibu bisa mendidik anaknya,mengajarkan anaknya, mengarahkan anaknya kalo ibunya punya dasar agama berpengaruh buat anaknya. Mereka betul-betul kurang dalam pemahaman agama. ” 17 Maka dari istilah di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan olehSyamsul Munir bahwa salah satu fungsi dari pembimbing agama adalah pencegahan yakni pembimbing agama berfungsi dalam pencegahan dan terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor psikologisnya 18 Yayasan ini melakukan kegiatan dari segi pendidikan, agama dan sosial dalam menjawab permasalahan hidup mereka. Para ibu yang 17 Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. 18 Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2000,h.45 antusias untuk mengikuti kegiatan di yayasan sangat merasa terbantu oleh kehadiran para pembimbing agama di yayasan media amal islami ini dapat menambah pemahaman dan bermanfaat untuk pendidikan anak mereka dan bermanfaat juga untuk dirinya sendiri khususnya dalam memberikan pengertian soal agama terlebih dahulu ilmu fiqih dasar untuk kebutuhan ibadahnya sehari-hari dan akhlak Islami, berikut hasil wawancara peneliti dengan para ibu pemulung: “Menurut saya kegiatan di Yayasan MAI menambah ilmu agama kita jadi nambah, karena selain dapat ilmu di yayasan juga diajarin tata cara shalat yang benar, Alhamdulillah sekarang shalatnya makin rajin, terus diajarin juga untuk berbuat yang baik- baik, ilmunya dapet ya, awalnya memang saya hanya mengantar anak saya mengaji di yayasan tapi setelah saya mengetahui ada pengajian juga buat ibu-ibunya ya saya ikut ngaji terus belajar sama ibu- ibu yang lain.” 19 Selain itu pendapat yang sama juga diungkapkan oleh ibu pemulung lainnya yang mengatakan bahwa kegiatan di yayasan membantu dalam menambah pengetahuan soal fiqih ibadah dan membahas tentang keimanan yang dijelaskan melalui rukun iman dan rukun Islam yang belum banyak mereka ketahui sebelumnya serta menambah kualitas ibadah mereka, berikut hasil wawancaranya: “Selain bermanfaat untuk pendidikan agama buat saya, untuk anak saya juga ka soalnya kegiatannya di yayasan menambah untuk ibadah saya lebih baik ya kalo ada yang kita gak tau bisa nanya sama usta d di yayasan” Lebih lanjut, materi yang diberikan cara wudhu, cara shalat ka bacaannya terus ada juga rukun iman, rukun Islam, ulul azmi, diajarin do’a-do’a sehari-hari juga. 20 19 Wawancara penulis dengan ibu Erni peserta pengajian, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013. 20 Wawancara penulis dengan ibu Erni peserta pengajian, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013. Selanjutnya istilah yang dikemukakan oleh salah satu informan di atas, peneliti menemukan bahwa pembimbing agama di yayasan juga berperan dalam menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat di komunitas pemulung dan menjadi media advokasi karena pembimbing agama berfungsi dalam menghasilkan pembelaan terhadap seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal. 21 Dalam hal ini lingkungan mayarakat pemulung khususnya dalam menamakan ajaran agamaterlebih minatnya untuk mengamalkan ibadah mereka masih harus dibina dan ditumbuhkan kesadarannya, ini sesuai dengan kutipan wawancara peneliti dengan ustad Sigit, berikut hasil wawancaranya: “Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus beribadah, kita khawatir keadaan yang mereka alami dapat meluas menjadi kerusakan akhlak yang dampaknya berbahaya bagi diri mereka sendiri, anaknya dan masyarakatnya. Jadi penting kita lakukan upaya penerangan keislaman dan bimbingan keagamaan mereka harus disadarkan bahwa beribadah itu penting.” Dalam menyampaikan materi keagamaan pembimbing agama lebih mementingkan pengetahuan dasar mereka yaitu soal fiqih dasar yang menyangkut soal taharah, ibadah shalat, mempelajari bacaan Al- Qur’an. Sedangkan materi yang berkenaan dengan aqidah pembimbing agama hanya membahas tentang rukun iman, rukun Islam, yang ada hubungannya dengan penyelamatan aqidah Islamiyah bagi mereka. Materi akhlak yang diajarkan adalah soal cara menyikapi hidup dengan tidak menganggap dirinya lebih rendah hina dari orang lain, berbuat baik dengan sesama, 21 Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2000,h.45 lingkungan dan menjaga tata krama dimana mereka hidup. Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan H.Aslih Ridwan, berikut hasil wawancaranya: “Materi fiqih dasar seputar ibadah mahdhah seputar wudhu, tayamum, shalat, mandi wajib contohnya ketika sedang berpergian shalat tetap wajib dilakukan dengan menjamanya, ketika sedang sakit tidak memungkinkan terkena air bisa tayamum. pokoknya ibadah yang mendasar, kemudian aqidah bicara tentang kaidah- kaidah islam, rukun iman, rukun islam. Kemudian di minggu ketiga akhlak bicara tentang menanamkan adab atau etika dan tata krama dalam Islam, mereka tidak harus yang tinggi-tinggi tingkatannya yang penting dasarnya mereka tau..” 22 Selanjutnya hal sama juga dikatakan oleh ustad Hafid selaku ketua bidang pendidikan, menurutnya materinya juga berkenaan ajaran pokok agama Islam yaitu fiqih dasar, aqidah dan akhlak. Berikut hasil wawancaranya: “Materinya soal fiqih, aqidah terus akhlak, contoh konkretnya aja biasanya kita ajarin mereka dengan identifikasi dari sisi ibadahnya yang penting shalatnya saja kita ajarkan fiqihnya mengenai pentingnya shalat dan kewajiban shalat, do’a-do’a sehari-hari yang praktis-praktis, rukun iman dan rukun islam, ini perlu karena orang-orang yang kekurangan ekonomi biasanya malas dalam melakukan ibadahnya ini yang harus kita bina.” 23 Adapun para pembimbing agama menggunakan metode yang sama dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan dalam memberikan pemahaman kepada ibu-ibu pemulung yaitu dengan metode secara langsung melalui ceramah, tanya jawab, mauhizoh hasanahdan juru penerang dalam hal ini bukan hanya menanamkan pengetahuan agama kepada mereka tetapi efek 22 Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari2013. 23 Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. lainnya adalah mempererat tali persaudaraan kepada kelompok masyakat pemulung. “Kita melakukan kegiatan tersebut dengan ceramah dan persuasif, dialog, ada juga prakteknya.karena kalo hanya monolog tidak menarik. Mereka bebas mengemukakan persoalan mereka. Lebih lanjut, Pertama-tama kita yang harus aktif dan turun langsung kekomunitas mereka dan kita membangun sebuah kesadaran bahwa menuntut ilmu agama itu adalah penting, dan ibadah seperti shalat, puasa, zakat itumerupakan kebutuhan manusia bukan beban manusia. Kalo sudah butuh maka mereka akan antusias mengikuti pengajian, tidak hanya materi, tapi mereka dapat ilmu, persaudaraan, sharring, imrovisasi, itu yang kita bangun ”. 24 Selanjutnya, dalam wawancara dengan ustad Hapid dan ustad Sigit, metode yang digunakan oleh mereka adalah metode pendekatan persuasif dan pemberian tugas. berikut kutipan wawancaranya: “Kita berupaya agar seluruh bidang keagamaan kita berikan namun kita melihat lagi dari latar belakang mereka yang mayoritas tidak tamat sekolah oleh karena itu kita berikan bimbingan agama khususnya dalam bentuk ceramah kepada mereka supaya mereka lebih mudah mengerti.” Lebih lanjut “caranya mereka berkumpul seperti liqo secara bergiliran kita sima, dengerin bacaannya dan membetulkan bacaan dan ada juga hafalan- hafalan do’a sehari-hari. Kalo hari jum’at sifatnya berbentuk kelompok seperti ceramah agama begitu itu dan selain anaknya yang melakukan testing kita adain evaluasi juga untuk mengetes pengetahuan agama buat ibu- ibunya juga seperti dibuatkan soal pilihan ganda dan essay. 25 Dalam penelitian dilapangan peneliti melakukan pendekatan langsung mendatangi lapak para ibu pemulung dan mengidentifikasi tentang pengetahuan-pengetahuan dasar ibadah mereka seperti niat mandi hadats besar, niat-niat shalat, bacaan-bacaan di dalam sholat dan 24 Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari2013. 25 Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. prakteknya. Pada dasarnya mereka memang sudah mengetahui macam- macam ibadah wajib dalam Islam seperti shalat, puasa, zakat bahkan dari hasil wawancara peneliti dilapangan mereka rutin melakukan puasa ramdhan dan mengeluarkan zakat, hanya saja mereka melakukan sebatas apa yang mereka tahu tanpa adanya pemahaman yang menyeluruh, dan menurut pengamatan peneliti mereka memperoleh tambahan ilmu agama khususnya ibadah praktis seperti taharah, shalat dan cara membaca Al- Qur’an. Para ibu pemulung yang mengikuti kegiatan, sesuai dengan pengamatan peneliti dilapangan sudah lebih mengerti dari sebelumnya setelah diberikan materi seputar niat mandi hadats besar taharah, bacaan- bacaan shalat, dan mengenal huruf- huruf dalam al- qur’an. Peneliti menduga bahwa ibu-ibu pemulung dalam kualitas ibadah kesehariannya masih harus terus ditanamkan dengan pembinaan-pembinaan agama yang bersifat mendasar, dengan hal seperti itulah maka akan tumbuh minatnya dalam mengamalkan ajaran agamaIslam dengan penuh kesadaran, dan penghayatan semata-mata hanya karena Allah SWT dan dapat dilihat dari antusiasme mereka yang semakin rajin mengikuti kegiatan di yayasan. Perubahan yang terlihat dari sikap para ibu-ibu pemulung bersifat fluktuatif, yang terpenting menurut H. Aslih Ridwan yang dapat terlihat kedekatan emosional antara pembimbing agama dengan para ibu-ibu pemulung sudah terjalin baik setiap pertemuannya. Berikut hasil wawancaranya: “Perubahan kalo menurut saya, fluktuatif. karena kita memang bukan bersandar pada kuantitas tapi kualitas. Menurut saya dari mereka yang minimal 10 orang saja yang ikut tidak jadi masalah, karena kita yakin mereka dapat bermanfaat untuk orang sekitarnya,minimal keluarganya yang terpenting kegiatan pembinaan agama ini sudah terjaga dan setiap minggu ada informasi yang mereka dapat. Konsepnya adalah mereka harus merasa nyaman dan berdaya guna di yayasan ini gerakan ini mesti harus ada walaupun perubahan tidak bisa kita ukur secara signifikan.” 26 Hal lain juga dikatakan oleh ustad Sigit bahwa perubahan yang terlihat dari ibu-ibu pemulung adanya kesadaran mereka aktif hadir di yayasan dan dengan menyekolahkan anaknya di yayasan ini untuk belajar agama dan tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan, hal ini karena menurut pengamatan peneliti di lapangan masih ditemui sekolah alam yang diadakan oleh pihak non muslim, untuk anak-anak di komunitas mereka. 27 Menurut ustad Sigit yang terpenting sudah ada perubahan positif dilihat dari akhlak ibu-ibu yang semakin baik. Berikut hasil wawancara dengan ustad Sigit: “Perubahan mereka bisa terlihat dari kepercayaan mereka menyekolahkan anaknya disini, belajar disini, artinya mereka sudah menyadari bahwa pendidikan agama itu penting. Kalu dulu kan mereka boro-boro untuk mikirin belajar pendidikan dan perubahan dari tingkah lakunya mereka sudah lebih baik saya rasa itu”. 28 Dari hasil wawancara di atas, jelas bahwa perubahan para ibu pemulung dapat terlihat dari kepercayaan mereka dengan menyekolahkan 26 Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan,MA di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. 27 Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung tanggal 28 Desember 2012 pukul 11.20 28 Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. anak mereka dan kebutuhan juga bagi dirinya sendiri untuk ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan media amal Islami, baik dalam belajar agama maupun pendidikan umum. Dalam hal ini pembimbing agama juga mempunyai peran dalam memberikan edukasional yaitu mengupayakan agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus mau menjalin hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat. 29 Teknisya dengan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, pengajian ibu-ibu pemulung, TPA anak-anak pemulung dan kegiatan sosial lainnya. Selain ustad Sigit, hal yang hampir sama juga dikatakan oleh ustad Hafid yang mengatakan bahwa perubahan mereka dapat terlihat dari kehadiran para ibu pemulung yang antusias tidak ada paksaan dalam mengikuti kegiatan pembinaan agama yang diselenggarakan di yayasan media amal Islami. Berikut hasil wawancaranya: “Kalo dulu mereka gak ada yang ngebina, sekarang selain mereka anter anaknya belajar ibunya juga semangat buat belajar terutama belajar agama, perubahannya mereka sekarang sudah merasa nyaman kalo ngikutin kegiatan gak usah di paksa hadir dan yang keliatan prilaku mereka sudah lebih sopan ya.”. 30 Dengan demikian, peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan agama khususnya dalam menanamkan pengetahuan aqidah, syariahdan akhlak Islami kepada para ibu pemulung melalui pengajian 29 Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial”, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002,h. 199 30 Wawancara penulis dengan Ustad Hafid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. yang dilakukan di yayasan media amal islami. Pembimbing agama berperan sebagai teladan, memberikan pemahaman,menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat, kedekatan emosional dan advokatifkepada ibu pemulung agar selalu menambah pemahaman agama serta dapat keluar dari permasalahan hidup mereka yang kurang mendapat pengetahuan secara berkelanjutan dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal yang dampaknya dapat menambah kesadaran dalam pengamalan agamanya.

2. Faktor Pendukung dan Pemghambat dalam Pembimbing Agama

dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Ibu-ibu Pemulung. Untuk melihat faktor pendukung dan penghambat dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisa SWOT Strengths, weakness, opportunities dan threats, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kegiatan bimbingan agama yang dilakukan para pembimbing agama di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan. Adapun analisis SWOT yang dilakukan peneliti, sebagai berikut:

A. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan makro atau analisis secara tidak langsung merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar organisasi atau perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. 31 Lingkungan Eksternal berguna untuk mengidentifikasi berbagai peluang dan ancaman. Peluang adalah kondisi-kondisi dalam lingkungan eksternal yang dapat membantu pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada para ibu-ibu pemulung untuk dapat menambah pengetahuan tentang ajaran aqidah, syariah dan akhlak untuk penyelamatan aqidah dari ancaman atau pengaruh non muslim. Hasil identifikasi faktor SWOT, peluang opportunitiesdan ancaman threatskegiatan bimbingan agama di yayasan media amal Islami adalah sebagai berikut:

1. Faktor Peluang

a. Bimbingan agama yang diadakan dapat lebih mudah diterima para ibu pemulung karena adanya rasa pemenuhan kebutuhan spiritual sehingga memiliki peluang untuk menarik lebih banyak lagi. b. Kegiatan bimbingan agama bagi pemulung yang diadakan di yayasan Media Amal Islami, menjadi salah satu basis keagamaan di lingkungan sekitar lebak bulus sehingga memungkinkan untuk kedepannya dikenal masyarakat luas. 31 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Bayaan, 2003, h. 18 c. Askes informasi yang ada sudah cukup memadai dengan sarana komputerisasi mereka memperkenalkan program bimbingan agama kepada khalayak lewat media internet dan cetak. d. Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan dapat menciptakan suasana masyarakat yang harmonis.

2. Faktor Ancaman

a. Kondisi yang dialami oleh pemulung di Lebak Bulus ini erat dengan imbalan “iming-iming” yang diberikan pihak non muslim berupa pemberian kebutuhan hidup seperti sembako, rekreasi, dan les bahasa inggris bagi anak-anak pemulung, ini menjadi tantangan dan ancaman bagi para pembimbing agama di yayasan untuk menyelamatkan aqidah mereka dari pengaruh-pengaruh luar. b. Kemiskinan menjadi ancaman atau tantangan bagi para pembimbing ketika waktu kegiatan berbenturan dengan jam memulung para ibu-ibu yang mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, akhirnya yang mengikuti kegiatan tidak dapat terukur jumlahnya. c. Metode yang digunakan menjadi ancaman ketika termbimbing sudah merasa jenuh dan menganggap kegiatan tersebut kuno, karena masyarakat bawah berfikir secarapragmatis, maka perlu adanya metode yang lebih baik.

B. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan mikro atau secara langsung berguna untuk melakukan analisis kondisi internal yang meliputi faktor kelebihan dan kelemahan dalam organisasi atau perusahaan. 32 Maka hal-hal yang menjadi perhatian dalam kekuatan yang terkait dengan sumber daya manusia SDM, ketrampilan dan keunggulan lain. Kelemahan meliputi keterbatasan sumberdaya, keterampilan, penghambat kenerja.Dari hasil analisis terhadap beberapa aspek tersebut akan dapat diketahui bagaimana sesungguhnya aspek-aspek tersebut dapat merupakan suatu kekuatan atau potensi yang dapat dikembangkan oleh pembimbing agama yang terlibat dalam proses bimbingan agama tersebut atau merupakan kelemahan hambatan yang harus disempurnakan dan ditingkatkan. Hasil identifikasi faktor SWOT kekuatan strengths dan kelemahan weakness kegiatan bimbingan agama di yayasan media amal Islami adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kekuatan

a. Sumber daya manusia SDM yang melakukan bimbingan agama di yayasan media amal islami merupakan SDM yang telah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan sesuai dengan kompetensi seorang pembimbing agama yaitu ada yang lulusan ilmu dakwah, tafsir hadits dan pendidikan agama Islam. 32 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah,h. 25 Syarat untuk melakukan bimbingan agama dapat lebih mudah diterima di dalam masyarakat. b. Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan merupakan bentuk motivasi yang tinggi ini ditunjukkan oleh sumber daya manusianya pembimbing agama. Pernyataan ini di dapat dari ketua yayasan H. Aslih Ridwan, MA yang juga ikut melakukan bimbingan agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pemulung. “Kita mewakafkan diri untuk turun langsung membaur dengan mereka untuk mengajar mereka. Selain itu adanya dukungan-dukungan aparat kepemerintahan, para donatur- donatur yang selalu berempati dengan kehidupan mereka. Para ibu juga antusias mengikuti kegiatan tersebut, adanya kepercayaan para ibu kepada kita.” 33 c. Didalam yayasan terdapat budaya organisasi yang baik. Peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan pembimbing agama lain yaitu ustad Sigit mengenai mekanisme program bimbingan agama. Baginya dalam kegiatan menanamkan pengetahuan para ibu pemulung mesti adanya program yang telah direnanakan sebelumnya dan berikut kutipan wawancara dengan ustad Sigit : “Pendukungnya sudah ada sistem program yang direncanakan kepada mereka, dengan adanya koordinator dakwah dan pendidikan tidak dapat berperan sendiri karena kita punya sistem yang sementara ini dikelola oleh ustad Dzulfi tri”. 34 33 Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. 34 Wawancara Pribadi dengan Ustd Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.