sd 16.00. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan
                                                                                diadakan  pemotongan  hewan  kurban  dan  akan  dibagikan  kepada  dhuafa dan  masyarakat  pemulung,  maulid  Nabi  Muhammad  SAW  12  Rabiul
Awal, dan juga tahun baru hijriyah 10 Muharram diadakan tabligh akbar di halaman depan yayasan, adapun yang mengisi acara hanya sebagian anak-
anak  pemulung  seperti  membaca  puisi,  tarian,  shalawat  dan  marawis. Kemudian  untuk  para  ibu-ibu  juga  ambil  bagian  dalam  pembacaan  rawi
dan  shalawatan,  hal  ini  dilakukan  agar  para  pemulung  memiliki kepercayaan diri dan adanya penghargaan untuk dirinya.
Istilah  yang digunakan oleh H. Aslih Ridwan dalam  menanamkan rasa  kepercayaan  dirinya  yaitu  ikut  serta  dalam  kegiatan  yang
dilaksanakan  oleh  yayasan,  agar  tumbuh  semangat  dan  mempunyai penghargaan  dalam  dirinya,  sesuai  dengan  teori  yang  dikemukakan  oleh
Ife  yang  mengatakan  bahwa  sebagai  agen  perubah  atau  pemberdaya masyarakat
untuk membangkitkan
energi, inspirasi,
antusiasme masyarakat  dan  termasuk  juga  didalamnya  mengaktifkan  dalam
mengembangkan  motivasi  warga  untuk  bertindak  dengan  memberi dukungan.
15
Berikut hasil wawancara peneliti dengan H. Aslih Ridwan: “Kegiatan  ini  dilakukan  dengan  cara  kita  lakukan  pendekatan
kepada mereka minimal mereka nyaman dalam mengikuti kegiatan pembinaan  agama  ini,  merasa  memilki  persaudaraan  yang  kuat,
dan  menghargai  dirinya  karena  kita  berdayakan  disini  ibu-ibu pemulung  kita  ajak  tampil  shalawatan  setiap  ada  peringatan  hari-
hari besar Islam dengan begitu mereka merasa diorangkan”.
16
15
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial”, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002,h. 199
16
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 10 Desember 2012.
Selanjutnya  kegiatan  bimbingan  agama  di  yayasan  MAI  yang  ada sejak  tahun  1999  ini,  penting  karena  kehidupan  disekitar  kelompok
masyarakat pemulung ini sangat memprihatinkan terutama aqidah mereka yang  mudah  untuk  bertukar  agama,  dengan  dilakukan  pembinaan  agama
seperti  ini  maka  dengan  sendirinya  akan  tumbuh  minatnya  dalam mengamalkan  agamanya  dan  berguna  bagi  perkembangan  akhlak  dirinya
sendiri maupun keluarganya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan H. Aslih Ridwan, berikut hasil wawancara dengan peneliti:
“Awalnya kita prihatin  melihat komunitas pemulung disekitar yayasan  ini  mereka  bukan  lemah  secara  finansial  saja  tapi  lebih
parah  lagi  lemah  juga  dari  sisi  keimanan,  mereka  rentan  bisa tergoda  bertukar  agamanya,inilah  yang  diingatkan  rasul  kepada
kita supaya kita lakukan sebisa kita apa yang kita bisa agar cepat- cepat  menarik  mereka  karena  komunitas  mereka  rentan.  Nah
berangkat  dari  masalah  tersebut  kita  memulai  pembinaan  agama kepada
ibu-ibu, karena
ibu-ibu bisa
mendidik anaknya,mengajarkan anaknya, mengarahkan anaknya kalo ibunya
punya dasar agama berpengaruh buat anaknya. Mereka betul-betul kurang dalam pemahaman agama.
”
17
Maka  dari  istilah  di  atas  sesuai  dengan  teori  yang  dikemukakan olehSyamsul  Munir  bahwa  salah  satu  fungsi  dari  pembimbing  agama
adalah pencegahan yakni pembimbing agama berfungsi dalam pencegahan dan terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan faktor psikologisnya
18
Yayasan  ini  melakukan  kegiatan  dari  segi  pendidikan,  agama  dan sosial  dalam  menjawab  permasalahan  hidup  mereka.  Para  ibu  yang
17
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari  2013.
18
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2000,h.45
antusias untuk mengikuti kegiatan di yayasan sangat merasa terbantu oleh kehadiran para pembimbing agama di yayasan media amal islami ini dapat
menambah  pemahaman  dan  bermanfaat  untuk  pendidikan  anak  mereka dan  bermanfaat  juga  untuk  dirinya  sendiri  khususnya  dalam  memberikan
pengertian  soal  agama  terlebih  dahulu  ilmu  fiqih  dasar  untuk  kebutuhan ibadahnya sehari-hari dan akhlak Islami, berikut hasil wawancara peneliti
dengan para ibu pemulung: “Menurut  saya  kegiatan  di  Yayasan  MAI  menambah  ilmu
agama kita jadi nambah, karena selain dapat ilmu di  yayasan juga diajarin  tata  cara  shalat  yang  benar,  Alhamdulillah  sekarang
shalatnya makin rajin, terus diajarin juga untuk berbuat yang baik- baik,  ilmunya  dapet  ya,  awalnya  memang  saya  hanya  mengantar
anak  saya  mengaji  di  yayasan  tapi  setelah  saya  mengetahui  ada pengajian  juga  buat  ibu-ibunya  ya  saya  ikut  ngaji  terus  belajar
sama ibu-
ibu yang lain.”
19
Selain  itu  pendapat  yang  sama  juga  diungkapkan  oleh  ibu pemulung lainnya yang mengatakan bahwa kegiatan di yayasan membantu
dalam  menambah  pengetahuan  soal  fiqih  ibadah  dan  membahas  tentang keimanan  yang  dijelaskan  melalui  rukun  iman  dan  rukun  Islam  yang
belum  banyak  mereka  ketahui  sebelumnya  serta  menambah  kualitas ibadah mereka, berikut hasil wawancaranya:
“Selain  bermanfaat  untuk  pendidikan  agama  buat  saya,  untuk anak  saya  juga  ka  soalnya  kegiatannya  di  yayasan  menambah
untuk  ibadah  saya  lebih  baik  ya  kalo  ada  yang  kita  gak  tau  bisa nanya sama usta
d di yayasan” Lebih lanjut, materi yang diberikan cara  wudhu,  cara  shalat  ka  bacaannya  terus  ada  juga  rukun  iman,
rukun Islam, ulul azmi, diajarin do’a-do’a sehari-hari juga.
20
19
Wawancara penulis dengan ibu Erni peserta pengajian, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013.
20
Wawancara penulis dengan ibu Erni peserta pengajian, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013.
Selanjutnya istilah  yang  dikemukakan oleh salah  satu  informan di atas,  peneliti  menemukan  bahwa  pembimbing  agama  di  yayasan  juga
berperan dalam menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat di komunitas pemulung  dan  menjadi  media  advokasi  karena  pembimbing  agama
berfungsi  dalam  menghasilkan  pembelaan  terhadap  seseorang  dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal.
21
Dalam  hal  ini  lingkungan  mayarakat  pemulung  khususnya  dalam menamakan  ajaran  agamaterlebih  minatnya  untuk  mengamalkan  ibadah
mereka  masih  harus  dibina  dan  ditumbuhkan  kesadarannya,  ini  sesuai dengan  kutipan  wawancara  peneliti  dengan  ustad  Sigit,  berikut  hasil
wawancaranya: “Mereka  kan  juga  tetep  hamba  Allah  ya  mereka  harus
beribadah, kita khawatir keadaan yang mereka alami dapat meluas menjadi  kerusakan  akhlak  yang  dampaknya  berbahaya  bagi  diri
mereka  sendiri,  anaknya  dan  masyarakatnya.  Jadi  penting  kita lakukan  upaya  penerangan  keislaman  dan  bimbingan  keagamaan
mereka harus disadarkan bahwa beribadah
itu penting.” Dalam menyampaikan materi keagamaan pembimbing agama lebih
mementingkan  pengetahuan  dasar  mereka  yaitu  soal  fiqih  dasar  yang menyangkut  soal  taharah,  ibadah  shalat,  mempelajari  bacaan  Al-
Qur’an. Sedangkan  materi  yang  berkenaan  dengan  aqidah  pembimbing  agama
hanya membahas tentang rukun iman, rukun Islam, yang ada hubungannya dengan  penyelamatan  aqidah  Islamiyah  bagi  mereka.  Materi  akhlak  yang
diajarkan  adalah  soal  cara  menyikapi  hidup  dengan  tidak  menganggap dirinya  lebih  rendah  hina  dari  orang  lain,  berbuat  baik  dengan  sesama,
21
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2000,h.45
lingkungan dan menjaga tata krama dimana mereka hidup.  Hal  ini sesuai dengan  wawancara  peneliti  dengan  H.Aslih  Ridwan,  berikut  hasil
wawancaranya: “Materi  fiqih  dasar  seputar  ibadah  mahdhah  seputar  wudhu,
tayamum, shalat, mandi wajib contohnya ketika sedang berpergian shalat  tetap  wajib  dilakukan  dengan  menjamanya,  ketika  sedang
sakit  tidak  memungkinkan  terkena  air  bisa  tayamum.  pokoknya ibadah  yang  mendasar,  kemudian  aqidah    bicara  tentang  kaidah-
kaidah  islam,  rukun  iman,  rukun  islam.  Kemudian  di  minggu ketiga akhlak bicara tentang menanamkan adab atau etika dan tata
krama  dalam  Islam,  mereka  tidak  harus  yang  tinggi-tinggi
tingkatannya yang penting dasarnya mereka tau..”
22
Selanjutnya hal sama juga dikatakan oleh ustad Hafid selaku ketua bidang  pendidikan,  menurutnya  materinya  juga  berkenaan  ajaran  pokok
agama  Islam  yaitu  fiqih  dasar,  aqidah  dan  akhlak.  Berikut  hasil wawancaranya:
“Materinya soal fiqih, aqidah terus akhlak, contoh konkretnya aja  biasanya  kita  ajarin  mereka  dengan  identifikasi  dari  sisi
ibadahnya  yang  penting  shalatnya  saja  kita  ajarkan  fiqihnya mengenai  pentingnya  shalat  dan  kewajiban  shalat,  do’a-do’a
sehari-hari  yang  praktis-praktis,  rukun  iman  dan  rukun  islam,  ini perlu  karena  orang-orang  yang  kekurangan  ekonomi  biasanya
malas dalam melakukan ibadahnya ini yang harus kita bina.”
23
Adapun para pembimbing agama menggunakan metode yang sama dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan dalam memberikan pemahaman
kepada  ibu-ibu  pemulung  yaitu  dengan  metode  secara  langsung  melalui ceramah, tanya jawab, mauhizoh hasanahdan juru penerang dalam hal ini
bukan hanya menanamkan pengetahuan agama kepada mereka tetapi efek
22
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari2013.
23
Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
lainnya  adalah  mempererat  tali  persaudaraan  kepada  kelompok  masyakat pemulung.
“Kita  melakukan  kegiatan  tersebut  dengan  ceramah  dan persuasif, dialog, ada juga prakteknya.karena kalo hanya monolog
tidak  menarik.  Mereka  bebas  mengemukakan  persoalan  mereka. Lebih  lanjut,  Pertama-tama  kita  yang  harus  aktif  dan  turun
langsung  kekomunitas  mereka  dan  kita  membangun  sebuah kesadaran  bahwa  menuntut  ilmu  agama  itu  adalah  penting,  dan
ibadah  seperti  shalat,  puasa,  zakat  itumerupakan  kebutuhan manusia  bukan  beban  manusia.  Kalo  sudah  butuh  maka  mereka
akan antusias mengikuti pengajian, tidak hanya materi, tapi mereka dapat  ilmu,  persaudaraan,  sharring,  imrovisasi,  itu  yang  kita
bangun
”.
24
Selanjutnya, dalam wawancara dengan ustad Hapid dan ustad Sigit,
metode yang digunakan oleh mereka adalah metode pendekatan persuasif dan pemberian tugas. berikut kutipan wawancaranya:
“Kita  berupaya  agar  seluruh  bidang  keagamaan  kita  berikan namun kita melihat lagi dari latar belakang mereka yang mayoritas
tidak tamat sekolah oleh karena itu kita berikan bimbingan agama khususnya  dalam  bentuk  ceramah  kepada  mereka  supaya  mereka
lebih mudah mengerti.” Lebih lanjut “caranya mereka berkumpul seperti  liqo  secara  bergiliran  kita  sima,  dengerin  bacaannya  dan
membetulkan bacaan dan ada juga hafalan- hafalan do’a sehari-hari.
Kalo  hari  jum’at  sifatnya  berbentuk  kelompok  seperti  ceramah agama  begitu  itu  dan  selain  anaknya  yang  melakukan  testing  kita
adain  evaluasi  juga  untuk  mengetes  pengetahuan  agama  buat  ibu- ibunya juga seperti dibuatkan soal pilihan ganda dan essay.
25
Dalam  penelitian  dilapangan  peneliti  melakukan  pendekatan langsung  mendatangi  lapak  para  ibu  pemulung  dan  mengidentifikasi
tentang pengetahuan-pengetahuan dasar ibadah mereka seperti niat mandi hadats  besar,  niat-niat  shalat,  bacaan-bacaan  di  dalam  sholat  dan
24
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari2013.
25
Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
prakteknya.  Pada  dasarnya  mereka  memang  sudah  mengetahui  macam- macam ibadah wajib dalam Islam seperti shalat,  puasa, zakat bahkan dari
hasil  wawancara  peneliti  dilapangan  mereka  rutin  melakukan  puasa ramdhan  dan  mengeluarkan  zakat,  hanya  saja  mereka  melakukan  sebatas
apa  yang  mereka  tahu  tanpa  adanya  pemahaman  yang  menyeluruh,  dan menurut  pengamatan  peneliti  mereka  memperoleh  tambahan  ilmu  agama
khususnya  ibadah  praktis  seperti  taharah,  shalat  dan  cara  membaca  Al- Qur’an.
Para  ibu  pemulung  yang  mengikuti  kegiatan,  sesuai  dengan pengamatan  peneliti  dilapangan  sudah  lebih  mengerti  dari  sebelumnya
setelah diberikan materi seputar niat mandi hadats besar taharah, bacaan- bacaan  shalat,  dan  mengenal  huruf-  huruf  dalam  al-
qur’an.  Peneliti menduga  bahwa  ibu-ibu  pemulung  dalam  kualitas  ibadah  kesehariannya
masih harus terus ditanamkan dengan pembinaan-pembinaan agama  yang bersifat  mendasar,  dengan hal  seperti itulah maka akan tumbuh minatnya
dalam  mengamalkan  ajaran  agamaIslam  dengan  penuh  kesadaran,  dan penghayatan semata-mata hanya karena Allah SWT dan dapat dilihat dari
antusiasme mereka yang semakin rajin mengikuti kegiatan di yayasan. Perubahan  yang  terlihat  dari  sikap  para  ibu-ibu  pemulung  bersifat
fluktuatif,  yang  terpenting  menurut  H.  Aslih  Ridwan  yang  dapat  terlihat kedekatan  emosional  antara  pembimbing  agama  dengan  para  ibu-ibu
pemulung  sudah  terjalin  baik  setiap  pertemuannya.  Berikut  hasil wawancaranya:
“Perubahan kalo menurut saya, fluktuatif. karena kita memang bukan  bersandar  pada  kuantitas  tapi  kualitas.  Menurut  saya  dari
mereka  yang  minimal  10  orang  saja  yang  ikut  tidak  jadi  masalah, karena  kita  yakin  mereka  dapat  bermanfaat  untuk  orang
sekitarnya,minimal
keluarganya yang
terpenting kegiatan
pembinaan  agama  ini  sudah  terjaga  dan  setiap  minggu  ada informasi  yang  mereka  dapat.  Konsepnya  adalah  mereka  harus
merasa nyaman dan berdaya guna di yayasan ini gerakan ini mesti harus  ada  walaupun  perubahan  tidak  bisa  kita  ukur  secara
signifikan.”
26
Hal  lain  juga  dikatakan  oleh  ustad  Sigit  bahwa  perubahan  yang terlihat  dari  ibu-ibu  pemulung  adanya  kesadaran  mereka  aktif  hadir  di
yayasan dan dengan menyekolahkan anaknya di yayasan ini untuk belajar agama dan tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan, hal ini karena
menurut  pengamatan  peneliti  di  lapangan  masih  ditemui  sekolah  alam yang  diadakan  oleh  pihak  non  muslim,  untuk  anak-anak  di  komunitas
mereka.
27
Menurut ustad Sigit yang terpenting sudah ada perubahan positif dilihat  dari  akhlak  ibu-ibu  yang  semakin  baik.  Berikut  hasil  wawancara
dengan ustad Sigit: “Perubahan  mereka  bisa  terlihat  dari  kepercayaan  mereka
menyekolahkan  anaknya  disini,  belajar  disini,  artinya  mereka sudah  menyadari  bahwa  pendidikan  agama  itu  penting.  Kalu  dulu
kan  mereka  boro-boro  untuk  mikirin  belajar  pendidikan  dan perubahan dari tingkah lakunya mereka sudah lebih baik saya rasa
itu”.
28
Dari  hasil  wawancara  di  atas,  jelas  bahwa  perubahan  para  ibu pemulung dapat  terlihat  dari kepercayaan mereka dengan menyekolahkan
26
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan,MA di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
27
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung tanggal 28 Desember 2012 pukul 11.20
28
Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
anak  mereka  dan  kebutuhan  juga  bagi  dirinya  sendiri  untuk  ikut  serta dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan media amal Islami, baik dalam
belajar agama maupun pendidikan umum. Dalam  hal  ini  pembimbing  agama  juga  mempunyai  peran  dalam
memberikan  edukasional  yaitu  mengupayakan  agar  masyarakat  mau  dan mampu  mengatasi  ketidakberuntungan  mereka  maka  harus  mau  menjalin
hubungan  antara  satu  dengan  yang  lain  hal  inilah  yang  menjadi  tujuan awal  dari  penyadaran  masyarakat.
29
Teknisya  dengan  mendirikan  Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, pengajian ibu-ibu pemulung, TPA
anak-anak pemulung dan kegiatan sosial lainnya. Selain ustad Sigit, hal yang hampir sama juga dikatakan oleh ustad
Hafid  yang  mengatakan  bahwa  perubahan  mereka  dapat  terlihat  dari kehadiran  para  ibu  pemulung  yang  antusias  tidak  ada  paksaan  dalam
mengikuti  kegiatan  pembinaan  agama  yang  diselenggarakan  di  yayasan media amal Islami. Berikut hasil wawancaranya:
“Kalo  dulu  mereka  gak  ada  yang  ngebina,  sekarang  selain mereka  anter  anaknya  belajar  ibunya  juga  semangat  buat  belajar
terutama  belajar  agama,  perubahannya  mereka  sekarang  sudah merasa nyaman kalo ngikutin kegiatan gak usah di paksa hadir dan
yang keliatan prilaku mereka sudah lebih sopan ya.”.
30
Dengan  demikian,  peran  pembimbing  agama  dalam  menanamkan pengetahuan  agama  khususnya  dalam  menanamkan  pengetahuan  aqidah,
syariahdan  akhlak  Islami  kepada  para  ibu  pemulung  melalui  pengajian
29
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial”, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002,h. 199
30
Wawancara penulis dengan Ustad Hafid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
yang  dilakukan  di  yayasan  media  amal  islami.  Pembimbing  agama berperan  sebagai  teladan,  memberikan  pemahaman,menanamkan  rasa
percaya  diri  ibu-ibu  pemulung,  penyelenggara  edukasional,  pembangkit kesadaran  masyarakat,  kedekatan  emosional  dan  advokatifkepada  ibu
pemulung  agar  selalu  menambah  pemahaman  agama  serta  dapat  keluar dari  permasalahan  hidup  mereka  yang  kurang  mendapat  pengetahuan
secara  berkelanjutan  dalam  rangka  upaya  pengembangan  seluruh  potensi diri  secara  optimal  yang  dampaknya  dapat  menambah  kesadaran  dalam
pengamalan agamanya.
                