commit to user 106
e
t
=
dinamika  penawaran  tahunan  beras  di  Kabupaten Sukoharjo tahun t
e
t 1
=
dinamika  penawaran  tahunan  beras  di  Kabupaten Sukoharjo tahun t-1
2. Permintaan Beras
a Tahap Identifikasi
Seperti  pada  penawaran  tahunan  beras,  pada  tahap  identifikasi  ini data  permintaan  tahunan  beras  diidentifikasi  pola  datanya  untuk
mengetahui  pola  trend  data.  Plot  data  permintaan  tahunan  beras  di Kabupaten Sukoharjo terdapat pada Gambar 5. berikut ini.
Gambar 5.  Plot  Data  Permintaan  Tahunan  Beras  di  Kabupaten Sukoharjo Ton
Plot  data  permintaan  tahunan  menunjukkan  bahwa  permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo memiliki trend meningkat. Seperti
telah  dijelaskan  sebelumnya  pada  dinamika  permintaan  tahunan  beras, plot  data  menunjukkan  bahwa  pada  tahun  2009  terjadi  penurunan
66000 68000
70000 72000
74000 76000
78000
1994 1996
1998 2000
2002 2004
2006 2008
2010 DEMAND
commit to user 107
permintaan yang sangat tajam. Hal ini terjadi karena angka konversi yang digunakan  pada  tahun  2009-2010  lebih  kecil  dibandingkan  angka
konversi  tahun  1994-2008.  Angka  konversi  konsumsi  yang  digunakan mengacu  pada  Neraca  Bahan  Makanan  NBM,  yaitu  92,87
kgjiwatahun untuk periode tahun 1994 – 2008 dan 83,93 kgjiwatahun untuk periode tahun 2009 – 2010.
Setelah  mengetahui  plot  data  kemudian  dilanjutkan  dengan identifikasi  stasioneritas  data  permintaan  tahunan  beras.  Stasioner  atau
tidaknya  suatu data dapat diketahui  dari  nilai  Augmented  Dickey-Fuller ADF.  Nilai  ADF  hasil  analisis  data  kemudian  dibandingkan  dengan
critical  value  tingkat  kepercayaan  untuk  mengetahui  stasioneritas  data tersebut.
Tabel 17.  Nilai ADF dan Critical Value Data Permintaan Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo
Nilai Demand
Demand Differencing 1
Demand Differencing 2
ADF -2,028527
-3,619274 -7,350896
Critical value 1 -3,920350
-3,959148 -4,004425
Critical value 5 -3,065585
-3,081002 -3,098896
Critical value 10
-2,673459 -2,681330
-2,690439 Sumber : Diolah dari Lampiran 3
Pada  nilai  ADF  dan  critical  value  data  permintaan  tahunan  beras, dapat  diketahui  bahwa  nilai  ADF-nya  adalah  -2,028527.  Nilai  ADF
tersebut  jika  dibandingkan  dengan  critical  value  10  -2,673459, nilainya  sudah  lebih  besar.  Tetapi  nilai  ini  masih  lebih  kecil  jika
dibandingkan dengan critical value 5 -3,065585 dan 1 -3,920350.
commit to user 108
Hal  ini  menunjukkan  bahwa  data  permintaan  tahunan  beras  belum stasioner.  Untuk  menstasionerkan  data  dilakukan  proses  pembedaan
differencing.  Pada  differencing  orde  satu,  diketahui  bahwa  nilai  ADF adalah -3,619274.  Nilai ADF differencing pertama ini sudah lebih besar
dibandingkan critical value 5 -3,081002 dan 10 -2,681330. Akan tetapi  nilai  ADF  differencing  orde  satu  masih  lebih  kecil  dari  critical
value  1  3,959148.  Sesuai  kondisi  ini  maka  data  permintaan  tahunan beras  masih  belum  stasioner  pada  differencing  pertama  sehingga  perlu
dilakukan differencing orde dua. Nilai ADF differencing orde dua adalah -7,350896.  Nilai  ini  sudah  lebih  besar  dari  critical  value  10
-2,690439;  5  -3,098896  dan  1  -4,004425  sehingga  data permintaan  tahunan beras  sudah stasioner.  Berdasarkan  kondisi  tersebut
maka  dapat  disimpulkan  bahwa  data  permintaan  tahunan  beras  tidak stasioner dan menjadi stasioner pada differencing orde dua.
b Tahap Estimasi
Tahap  kedua  setelah  identifikasi  data  adalah  tahap  estimasi  model. Pada  tahap  ini  yang  dilakukan  adalah  penentuan  jenis  model  ARIMA
serta  penentuan  orde  untuk  bagian  autoregressive  p  dan  orde  untuk bagian  moving  average  q.  Untuk  menentukan  model  yang  digunakan
berdasarkan  dari  pola  autocorelation  function  ACF  dan  partial autocorelation function PACF.
Pada  data  permintaan  tahunan  beras,  telah  diketahui  bahwa  data belum  stasioner  dan  menjadi  stasioner  pada  differencing  kedua.  Hasil
commit to user 109
plot  ACF-PACF  differencing  kedua  kemudian  diidentifikasi  untuk mengetahui  polanya.  Plot  ACF-PACF  data  hasil  differencing  kedua
Lampiran  5  menunjukkan   bahwa nilai  ACF  dan  PACF memiliki  pola yang  sama.  Pada  lag  pertama  nilainya  sangat  rendah,  kemudian  terjadi
penurunan  pada  lag  kedua.  Akan  tetapi  pada  lag  ketiga  meningkat  dan menjadi stabil pada lag-lag selanjutnya.
Hasil  collerogram  dan  nilai  ADF  data  permintaan  tahunan  beras selanjutnya digunakan untuk menentukan model tentatif ARIMA p,d,q.
Hasil  analisis  data  menunjukkan  bahwa  data  permintaan  tahunan  beras di-differencing sebanyak dua kali d = 2, orde AR adalah 1 p = 1, dan
orde  MA  adalah  1  q  =  1.  Jadi  model  tentatif  ARIMA  permintaan tahunan beras adalah sebagai berikut :
Model Tentatif Permintaan Tahunan Beras : ARIMA 1,2,1
Selanjutnya  model  tentatif  tersebut  diestimasi  tiap  parameternya dengan  bantuan  program  komputer  Eviews  5.1  dan  hasil  lengkapnya
dapat  dilihat  pada  Lampiran  7.  Berikut  adalah  tabel  hasil  estimasi parameter model tentatif permintaan tahunan beras.
Tabel 18.  Hasil  Estimasi  Model  Tentatif  Permintaan  Tahunan  Beras  di Kabupaten Sukoharjo
Parameter Koefisien
Probabilistik
Konstanta -79,78165
0,0001 AR1
-0,679413 0,0434
MA1 -2,6664447
0,0051 Sumber : Diolah dari Lampiran 7
Keterangan: = signifikan pada taraf kepercayaan 95
= signifikan pada taraf kepercayaan 99
commit to user 110
Berdasarkan  hasil  estimasi  parameter,  model  tentatif  mempunyai RMSE  sebesar  2.016,135;  R
2
sebesar  0,933452  dan  nilai  F-statistic sebesar  77,14651.  Selanjutnya  model  tentatif  mempunyai  konstanta
-79,78165  dengan  koefisien  AR1  sebesar  -0,679413  dan  koefisien MA1  sebesar  -2,6664447.  Parameter  AR  dan  MA  model  tentatif  ini
juga  signifikan  karena  nilai  probabilitasnya untuk  AR  0,0434  dan  MA 0,0051  sudah  lebih  kecil  dari  0,05.  Bentuk  matematis  dari  model
tentatif penawaran tahunan beras ARIMA 1,2,1 adalah : 脨
ǁ , ǁ ො Ǒ, ǁ ො蹐 脨
ො
籠, ǁ
ො
c Tahap Uji Diagnostik
Setelah  menentukan  model  tentatif  ARIMA  untuk  permintaan tahunan  beras,  kemudian  dilakukan  uji  terhadap  model  tentatif  tersebut.
Uji  ini  untuk  menentukan  bahwa  model  tentatif  yang  telah  ditentukan tersebut  merupakan  model  yang  layak  untuk  peramalan.  Jika  hasilnya
menunjukkan model tentatif masih belum layak maka dibuat model yang lainnya hingga ditemukan model yang terbaik.
Sama  seperti  pada  model  penawaran  penawaran,  kriteria  yang digunakan pada tahap uji diagnostik adalah nilai RMSE yang kecil, nilai
R
2
yang tinggi, signifikansi nilai F-statistic dan parameter-parameternya harus  signifikan.  Pada  tahap  ini  juga  dicoba  beberapa  alternatif  bentuk
model  ARIMA  yang  lain.  Model  yang  paling  memenuhi  kriteria  yang akan  dipilih  sebagai  model  terbaik  untuk  peramalan  penawaran  dan
permintaan beras.
commit to user 111
Pada  model  tentatif  permintaan  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya diketahui  bahwa  nilai  RMSE  sebesar  2.016,135.  Nilai  ini  cukup  kecil,
tetapi masih perlu dibandingkan dengan RMSE model alternatif  lainnya. Selanjutnya  untuk  nilai  R
2
sebesar  0,933452  sudah  tinggi  dan  nilai F-statistic  sudah  signifikan.  Meskipun  sudah  tinggi  dan  signifikan  nilai
ini  perlu  dibandingkan  dengan  model  alternatif  lain.  Parameter  AR  dan MA pada model tentatif permintaan tahunan beras juga sudah signifikan.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya sudah lebih kecil dari 0,05. Setelah  diketahui  kriteria  dari  model  tentatif  maka  langkah
berikutnya  adalah  membandingkan  model  tentatif  dengan  alternatif model  yang  lain.  Hasil  analisis  model  permintaan  beras dengan  bantuan
program  komputer  Eviews  5.1  pada  berbagai  model  alternatif  terdapat pada Lampiran 7. Berikut adalah tabel perbandingan uji diagnostik model
tentatif permintaan tahunan beras dengan model alternatif yang lain. Tabel 19.  Perbandingan  Uji  Diagnosis  Beberapa  Model  ARIMA  Permintaan
Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo
Model  Konstanta AR1
AR2 MA1
MA2 R
2
F RMSE
ARIMA 1,2,1
-79,78165 -6,325484
-0,679413 -2,281434
-2,666447 -3,485959
0,933452 77,14651
2016,135 ARIMA
1,2,0 -331,5915
-1,249160 -1,091626
-3,836454 0,550871
14,71838 1906,386
ARIMA 2,2,0
-220,3092 -1,153336
-1,130549 -3,667439
-1,835733 -0,66234
0,573705 6,728966
1927,293 ARIMA
0,2,1 -82,00674
-13,04580 -2,715815
-3,127891 0,906007
125,3082 842,5462
ARIMA 0,2,2
-82,33764 -12,71998
-3,063650 -3,771644
1,049169 1,293876
0,928926 78,41948
732,6563 ARIMA
1,2,2 -78,96793
-6,886773 -1,574731
-0,824696 -1,900115
-0,841449 -2,506974
-0,456017 0,938885
51,20843 703,2345
ARIMA 2,2,1
-121,6293 -4,955636
-0,898087 -2,744707
-3,931372 -1,15509
-2,887589 -3,1682308
0,947327 53,95478
677,4671
Sumber : Diolah dari Lampiran 7
commit to user 112
Model  alternatif  yang  digunakan  pada  tahap  uji  diagnostik  adalah ARIMA  1,2,0;  ARIMA  2,2,0;  ARIMA  0,2,1;  ARIMA  0,2,2,
ARIMA 1,2,2; dan ARIMA 2,2,1. Pada model alternatif pertama yaitu ARIMA  1,2,0  mempunyai  R
2
sebesar  0,550871;  RMSE  sebesar 1.906,386;  probabilistik    F-statistic  0,002368  signifikan  pada  taraf
99; dan parameter AR1 juga signifikan.  Model alternatif pertama  ini lebih baik jika dibandingkan dengan model tentatif, karena nilai RMSE-
nya  lebih  rendah  dari  model  tentatif.  Model  alternatif  kedua  adalah ARIMA  2,2,0  mempunyai  R
2
sebesar  0,573705;  RMSE  sebesar 1.927,293; probabilistik F-statistic 0,014078 signifikan pada taraf 95;
dan  parameter  AR1  signifikan  sedangkan  parameter  AR2  tidak signifikan. Berdasarkan nilai RMSE, model alternatif pertama lebih baik
daripada model alternatif  kedua. Selain  itu, pada model alternatif  kedua, salah satu parameternya ada yang tidak signifikan.
Model  alternatif  ketiga  yaitu  ARIMA  0,2,1  mempunyai  R
2
sebesar  0,906007;  RMSE  sebesar  842,5462;  probabilistik  F-statistic 0,000000  signifikan  pada  taraf  99;  dan  parameter  MA1  sudah
signifikan. RMSE dan R
2
model alternatif ketiga lebih baik dibandingkan dua  model  alternatif  sebelumnya.  Model  alternatif  keempat  adalah
ARIMA  0,2,2  mempunyai  R
2
sebesar  0,928926;  RMSE  sebesar 732,6563; probabilistik F-statistic 0.000000 signifikan pada taraf 99;
dan  parameter  MA1  signifikan  sedangkan  parameter  MA2  tidak signifikan. RMSE dan R
2
model alternatif keempat lebih baik dari model
commit to user 113
alternatif ketiga, tetapi salah satu parameternya tidak signifikan sehingga perlu dibandingkan dengan model alternatif yang lain.
Pada model alternatif  kelima yaitu ARIMA 1,2,2 mempunyai R
2
sebesar  0,938885;  RMSE  sebesar  703,2345;  probabilistik  F-statistic 0,000002  signifikan  pada  taraf  99,  parameter  AR1,  MA1,  dan
MA2 tidak ada yang signifikan. RMSE dan R
2
model alternatif ini lebih baik dari model-model alternatif sebelumnya. Akan tetapi model ini tidak
dipilih  karena  ketiga  parameternya  tidak  ada  yang  signifikan.  Model ARIMA  2,2,1  merupakan  model  alternatif  yang  terakhir  dengan  R
2
sebesar  0,947327;  RMSE  sebesar  677,4671;  probabilistik  F-statistic 0,000004  signifikan  pada  taraf  99,  parameter  AR1  dan  MA1
signifikan sedangkan parameter AR2 tidak signifikan. Berdasarkan  perbandingan  uji  diagnostik  pada  Tabel  19,  peneliti
mengambil  keputusan  untuk  memilih  model  alternatif  terakhir  yaitu ARIMA  2,2,1  sebagai  model  ARIMA  terbaik  untuk  permintaan
tahunan  beras.  Hal  ini  dikarenakan  model  ARIMA  2,2,1  memiliki RMSE  sebesar  677,4671.  Nilai  ini  merupakan  nilai  RMSE  yang  paling
kecil  jika  dibandingkan  model  alternatif  lainnya.  Selain  itu  nilai  R
2
dari model terbaik juga lebih besar dari R
2
model tentatif.
commit to user 114
Tabel 20.  Hasil  Pengujian  Model  ARIMA  2,2,1  Permintaan  Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob.
C
ns
-138.6088 66.37988
-2.088114 0.0702
DUMMY
ns
-271.3554 455.7642
-0.595385 0.5680
AR1 -0.883620
0.366785 -2.409096
0.0426 AR2
ns
-0.828042 3.462941
-0.239115 0.8170
MA1 -2.526681
0.831859 -3.037392
0.0161 R-squared
0.929770     Mean dependent var -57.72231
Adjusted R-squared 0.894656     S.D. dependent var
3072.372 S.E. of regression
997.1932     Akaike info criterion 16.93149
Sum squared resid 7955154.     Schwarz criterion
17.14878 Log likelihood
-105.0547     F-statistic 26.47804
Durbin-Watson stat 1.677535     ProbF-statistic
0.000115 Inverted AR Roots
-.44+.80i -.44-.80i
Inverted MA Roots 2.53
Sumber : Diolah dari Lampiran 7 Keterangan :
ns = non-signifikan
= signifikan pada taraf kepercayaan 95 Pada  Tabel  20.  dapat  diketahui  bahwa  variabel  dummy  telah
dimasukkan  pada  model  permintaan  tahunan  beras  ARIMA  2,2,1. Berdasarkan  hasil  analisis  diperoleh  nilai  R
2
sebesar  0,929770,  yang berarti bahwa 92,9770  variasi permintaan tahunan beras di Kabupaten
Sukoharjo  dapat  dijelaskan  oleh  variabel  bebas  yang  digunakan  dalam model,  yaitu  variabel  dummy,  variabel  AR  dan  variabel  MA.  Untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan tahunan beras  di  Kabupaten  Sukoharjo  secara  bersama-sama  dapat  dilihat  dari
hasil  uji  F.  Berdasarkan  hasil  uji  F-statistic  dapat  diketahui  nilai probabilitasnya sebesar 0,000115. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan 0,01,
yang  berarti  bahwa  variabel  dummy,  variabel  AR,  dan  variabel  MA
commit to user 115
secara  bersama-sama  berpengaruh  signifikan  terhadap  penawaran
tahunan beras pada tingkat signifikansi 99.
Untuk  mengetahui  pengaruh  masing-masing  variabel  yang berpengaruh terhadap permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo
dapat  digunakan  uji-t.  Berdasarkan  hasil  uji-t  variabel  dummy,  dapat diketahui  bahwa  nilai  probabilitas  t-statistik  variabel  dummy  0,5680
lebih besar dari tingkat signifikansi 95. Hal ini berarti bahwa otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan tahunan
beras.  Hasil  uji-t  variabel  AR2,  nilai  probabilistik  t-statistik  sebesar 0,8170. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 95, artinya bahwa
variabel AR2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan tahunan beras.
Pada  hasil  uji-t  variabel  AR1  diketahui  nilai  probabilistiknya sebesar 0,0426. Nilai probabilistik ini lebih kecil dari tingkat signifikansi
95,  artinya  bahwa  variabel  AR1  berpengaruh  secara  signifikan terhadap  permintaan  tahunan  beras.  AR1  berarti  bahwa  permintaan
tahunan  beras  sekarang  dipengaruhi  oleh  permintaan  beras  satu  tahun sebelumnya.  Sedangkan  koefisien  AR1  sebesar  -0,883620,  berarti
bahwa  setiap  permintaan  beras  satu  tahun  sebelumnya  bertambah  1 satuan  maka  akan  menurunkan  permintaan  tahunan  beras  di  Kabupaten
Sukoharjo sebesar 0,883620 satuan. Pada  hasil  uji-t  variabel  MA1  dapat  diketahui  bahwa  nilai
probabilitas t-statistik variabel MA1 adalah 0,0161. Nilai ini lebih kecil
commit to user 116
dari  tingkat  signifikansi  95,  yang  berarti  bahwa  variabel  MA1 berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan tahunan beras. MA1
berarti  bahwa  permintaan  tahunan  beras  sekarang  dipengaruhi  oleh dinamika  permintaan  tahunan  beras  satu  tahun  sebelumnya.  Koefisien
MA1  sebesar  -2,526681,  artinya  bahwa  jika  dinamika  permintaan tahunan  beras  bertambah  1  satuan  maka  akan  menurunkan  permintaan
tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo sebesar 2,526681 satuan. Berdasarkan  hasil  pengujian  model  permintaan  tahunan  beras
ARIMA 2,2,1 seperti yang terdapat pada Tabel 20. di atas, maka model matematisnya adalah :
脨 ො蹐 , Ǒ
籠ǁො,蹐 Ǒ,
蹐 籠Ǒ
ො
Ǒ, 籠 Ǒ 籠
籠
籠, 籠 ො
ො
Keterangan : 蟨
=   permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo tahun t D
t
=   dummy otonomi daerah Y
t 1
D
=  permintaan  tahunan  beras  di  Kabupaten  Sukoharjo  tahun t-1
Y
t 2
D
=  permintaan  tahunan  beras  di  Kabupaten  Sukoharjo  tahun t-2
e
t
=   dinamika  penawaran  tahunan  beras  di  Kabupaten Sukoharjo tahun t
e
t 1
=   dinamika  penawaran  tahunan  beras  di  Kabupaten Sukoharjo tahun t-1
commit to user 117
C. Uji Variabel Dummy