Penawaran Tahunan Beras Model ARIMA Penawaran dan Permintaan Tahunan Beras di Kabupaten

commit to user 95 tersebut diharapkan tingkat ketergantungan konsumsi beras menurun dan konsumsi bahan pangan lokal lebih meningkat.

B. Model ARIMA Penawaran dan Permintaan Tahunan Beras di Kabupaten

Sukoharjo Pada penelitian ini ditentukan model ARIMA penawaran dan permintaan beras di Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan data produksi dan konsumsi beras. Data kemudian diolah dengan menggunakan metode Box- Jenkins ARIMA. Pada penelitian ini juga terdapat variabel tambahan yaitu variabel dummy, untuk menguji pengaruh pelaksanaan otonomi daerah terhadap penawaran dan permintaan beras di Kabupaten Sukoharjo. Metode Box-Jenkins ARIMA terdiri dari empat tahap, yaitu identifikasi, estimasi model, uji diagnostik, dan peramalan.

1. Penawaran Tahunan Beras

a Tahap Identifikasi Pada tahap identifikasi yang dilakukan adalah mengetahui plot data dan menguji stasioneritas data. Berdasarkan dari data penawaran tahunan beras yang terdapat pada Tabel 11. kemudian dibuat plot data untuk mengetahui unsur trend dan perilaku dari data tersebut. Plot data penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo terdapat pada Gambar 4. berikut ini : commit to user 96 Gambar 4. Plot Data Penawaran Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo Ton Plot data tahunan penawaran beras menunjukkan pola yang fluktuatif dengan trend cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena beras merupakan bahan pangan pokok yang kebutuhannya harus selalu dipenuhi, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi padi. Adapun terjadinya fluktuasi jumlah produksi disebabkan oleh perubahan iklim, dan luas tanam. Sesuai dengan data penawaran tahunan beras, pada plot data juga menunjukkan bahwa penawaran beras tertinggi terjadi pada tahun 2009, sedangkan penawaran terendah terjadi pada tahun 1999. Langkah selanjutnya pada tahap identifikasi setelah mengetahui plot data adalah mengidentifikasi stasioneritas data. Hal ini penting karena pada metode ARIMA, data yang akan dianalisis harus dalam kondisi stasioner. Kondisi data yang stasioner akan mampu menterjemahkan data dan model ekonomi secara baik karena data yang stasioner tidak 150000 160000 170000 180000 190000 200000 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 SUPPLY commit to user 97 terlalu bervariasi dan cenderung mendekati nilai rata-ratanya. Stasioner atau tidaknya suatu data dapat diketahui dari nilai Augmented Dickey- Fuller ADF. Menurut Yuliadi 2009: 59, suatu data dikatakan stasioner apabila nilai ADF test statistic lebih besar dari nilai critical value tingkat kepercayaan. Tabel 13. Nilai ADF dan Critical Value Data Penawaran Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo Nilai Supply Supply Differencing 1 ADF -3,181357 -4,029257 Critical value 1 -3,920350 -4,004425 Critical value 5 -3,065585 -3,098896 Critical value 10 -2,673459 -2,690439 Sumber : Diolah dari Lampiran 2 Pada Tabel 13. dapat diketahui bahwa nilai ADF untuk data penawaran tahunan beras adalah -3,181357. Nilai ADF jika dibandingkan dengan critical value 5 -3,065585 dan 10 -2,673459, nilainya sudah lebih besar. Tetapi nilai ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan critical value 1 -3,920350. Ini menunjukkan bahwa data penawaran tahunan beras belum stasioner. Untuk menstasionerkan data dilakukan proses pembedaan differencing. Pada differencing orde satu, diketahui bahwa nilai ADF adalah -4,029257. Nilai ADF differencing pertama ini sudah lebih besar dibandingkan critical value 1 -4,004425; 5 -3,098896; dan 10 -2,690439. Nilai ADF ini menunjukkan bahwa data sudah stasioner. Berdasarkan kondisi tersebut commit to user 98 maka dapat disimpulkan bahwa data penawaran tahunan beras tidak stasioner dan menjadi stasioner pada differencing orde satu. b Tahap Estimasi Setelah pola data dan stasioneritas data diidentifikasi, maka tahap selanjutnya adalah penentuan jenis model ARIMA sementara serta penentuan orde untuk bagian autoregressive p dan orde untuk bagian moving average q. Untuk menentukan apakah model yang digunakan adalah autoregressive AR atau moving average MA dapat dilihat berdasarkan pola autocorelation function ACF dan partial autocorelation function PACF. Menurut Kuncoro 2004 untuk mengamati pola ACF dan PACF dapat diketahui dari hasil collerogram. Suatu model AR dapat dilihat dari pola PACF sedangkan pola ACF akan menentukan model MA. Pada data penawaran tahunan beras, telah diketahui sebelumnya bahwa data stasioner pada differencing pertama. Selanjutnya dilakukan identifikasi plot ACF-PACF data hasil differencing tersebut. Plot ACF- PACF data hasil differencing pertama Lampiran 4 dapat diketahui bahwa nilai PACF sangat rendah pada lag pertama kemudian meningkat secara drastis pada lag kedua, dan pada lag-lag berikutnya terjadi penurunan. Pola plot ACF juga menunjukkan kenaikan dan penurunan pada lag awal, akan tetapi nilainya stabil pada lag-lag berikutnya. Berdasarkan hasil collerogram dan nilai ADF kemudian ditentukan bentuk umum dari model tentatif ARIMA p,d,q dimana p menunjukkan commit to user 99 orde AR, d adalah derajat differencing, dan q menunjukkan orde MA. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa data penawaran tahunan beras di-differencing sebanyak satu kali d = 1, orde AR adalah 0 p = 0, dan orde MA adalah 1 q = 1. Jadi model tentatif ARIMA penawaran tahunan beras adalah sebagai berikut : Model Tentatif Penawaran Tahunan Beras : ARIMA 0,1,1 Selanjutnya model tentatif tersebut diestimasi tiap parameternya dengan bantuan program Eviews 5.1 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut adalah tabel hasil estimasi parameter model tentatif penawaran tahunan beras. Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter Model Tentatif Penawaran Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo Parameter Koefisien Probabilistik Konstanta 2701,109 0,0000 MA1 -2,232999 0,0041 Sumber : Diolah dari Lampiran 6 Keterangan: = signifikan pada taraf kepercayaan 99 Hasil estimasi model tentatif menunjukkan bahwa model tentatif mempunyai RMSE sebesar 5.186,376; R 2 sebesar 0,850311 dan nilai F-statistic sebesar 79,52704. Kemudian estimasi parameter model tentatif menunjukkan bahwa model tentatif mempunyai konstanta 2701,109 dan koefisien MA1 sebesar -2,232999. Berdasarkan nilai probabilitasnya, parameter MA1 sudah signifikan karena nilai probabilitasnya 0,0041 lebih kecil dari 0,05. Bentuk matematis dari model tentatif penawaran tahunan beras ARIMA 0,1,1 adalah : commit to user 100 脨 籠ǁǑො, ොǑ 籠,籠蹐籠 ො c Tahap Uji Diagnostik Setelah menentukan model tentatif ARIMA untuk penawaran tahunan beras, tahap selanjutnya adalah menguji apakah model tentatif yang telah ditentukan tersebut merupakan model yang layak untuk peramalan. Jika hasilnya menunjukkan model tentatif masih belum layak maka dibuat model yang lainnya hingga ditemukan model yang terbaik. Kriteria yang akan digunakan pada tahap ini adalah nilai RMSE yang kecil, nilai R 2 yang tinggi, signifikansi nilai F-statistik dan parameter- parameternya harus signifikan. Pada tahap ini juga dicoba beberapa alternatif bentuk model ARIMA yang lain. Model yang paling memenuhi kriteria yang akan dipilih sebagai model terbaik untuk peramalan penawaran dan permintaan beras. Uji diagnostik pertama untuk model tentatif penawaran tahunan beras adalah uji nilai RMSE. Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa nilai RMSE model tentatif cukup kecil. Akan tetapi hal ini masih perlu dibandingkan dengan RMSE model alternatif yang lain. Selanjutnya untuk nilai R 2 0,850311 sudah tinggi dan nilai F-statistic 0,0041 juga sudah signifikan. Sama seperti kriteria RMSE, untuk nilai R 2 dan F-statistic juga masih harus dibandingkan dengan model alternatif yang lain. Parameter MA pada model tentatif penawaran tahunan beras juga sudah signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. commit to user 101 Langkah berikutnya adalah membandingkan model tentatif dengan alternatif model yang lain. Hasil analisis model penawaran beras dengan bantuan program Eviews 5.1 pada berbagai model alternatif terdapat pada Lampiran 6. Berikut adalah tabel perbandingan uji diagnostik model tentatif dengan model alternatif yang lain. Tabel 15. Perbandingan Uji Diagnostik Beberapa Model ARIMA Penawaran Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo Model Konstanta AR1 AR2 MA1 MA2 R 2 F-stat RMSE ARIMA 0,1,1 2701,109 14,43913 -2,232999 -3,430381 0,850311 79,52704 5186,376 ARIMA 1,1,0 1180,435 0,612960 -0,68358 -2,337946 0,296003 5,465993 11604,41 ARIMA 2,1,0 1496,133 1,207086 -1,056719 -2,900310 -0,595544 -1,62979 0,435056 4,235481 10722,88 ARIMA 1,1,1 1226,049 2,338764 -0,290730 -0,918774 -0,907153 -9,71599 0,526888 6,681938 9513,063 ARIMA 2,1,1 1250,767 2,243276 -0,297166 -0,875962 -0,130765 -0,33363 0,917692 -10,29447 0,534620 3,829268 9732,244 ARIMA 1,1,2 1192,557 2,291158 -0,835204 -2,258157 -0,366418 -0,791774 -0,628322 -0,860129 0,552889 4,534124 9247,949 ARIMA 2,1,2 862,7261 0,909512 -0,722903 -1,122325 -0,014533 -0,02929 -0,145527 -0,255718 -0,849001 -1,677272 0,610530 3,527082 8903,197 Sumber : Diolah dari Lampiran 6 Model alternatif yang digunakan pada tahap uji diagnostik adalah ARIMA 1,1,0; ARIMA 2,1,0; ARIMA 1,1,1; ARIMA 2,1,1, ARIMA 1,1,2; dan ARIMA 2,1,2. Pada model alternatif pertama yaitu ARIMA 1,1,0 mempunyai R 2 sebesar 0,296003; RMSE sebesar 11.604,41; probabilistik F-statistic 0,036026 signifikan pada taraf 95; dan parameter AR1 juga signifikan pada taraf 95. Model tentatif masih lebih baik jika dibandingkan dengan model baik ARIMA 1,1,0, karena nilai RMSE model tentatif lebih rendah. Oleh karena itu model ARIMA 1,1,0 tidak dipilih. Model alternatif kedua adalah commit to user 102 ARIMA 2,1,0 mempunyai R 2 sebesar 0,435056; RMSE sebesar 10.722,88; probabilistik F-statistic 0,043254 signifikan pada taraf 95; dan parameter AR1 signifikan sedangkan parameter AR2 tidak signifikan. Meskipun model alternatif kedua nilai RMSE-nya lebih rendah dan nilai R 2 lebih tinggi dibandingkan model alternatif pertama, tetapi salah satu parameternya ada yang tidak signifikan. Model alternatif ketiga yaitu ARIMA 1,1,1 mempunyai R 2 sebesar 0,526888; RMSE sebesar 9.513,063; probabilistik F-statistic 0,011215 signifikan pada taraf 95; dan parameter AR1 tidak signifikan sedangkan parameter MA1 signifikan pada taraf 95. RMSE dan R 2 model alternatif ketiga lebih baik dari model alternatif pertama dan kedua, tetapi salah satu parameternya tidak signifikan. Model alternatif keempat adalah ARIMA 2,1,1 mempunyai R 2 sebesar 0,534620; RMSE sebesar 9.732,244; probabilistik F-statistic 0,046172 signifikan pada taraf 95; dan parameter AR1 dan AR2 tidak signifikan sedangkan parameter MA1 sudah signifikan. RMSE dan R 2 model alternatif keempat lebih baik dari model alternatif pertama dan kedua, tetapi terdapat dua parameter yang tidak signifikan sehingga model ini tidak dipilih. Pada model alternatif kelima yaitu ARIMA 1,1,2 mempunyai R 2 sebesar 0,552889; RMSE sebesar 9.247,949; probabilistik F-statistic 0,026557 signifikan pada taraf 95, parameter AR1 signifikan sedangkan parameter MA1 dan MA2 tidak signifikan. RMSE dan R 2 commit to user 103 model alternatif ini lebih baik dari model-model alternatif sebelumnya. Akan tetapi model ini tidak dipilih karena model tentatif masih lebih baik. Model ARIMA 2,1,2 merupakan model alternatif yang terakhir. Model ini mempunyai R 2 sebesar 0,610530; RMSE sebesar 8.903,197; probabilistik F-statistic 0,053810 tidak signifikan pada taraf 95, semua parameter dalam model ini tidak ada yang signifikan. Berdasarkan hasil uji diagnostik pada Tabel 14. di atas, peneliti mengambil keputusan untuk tetap memilih model tentatif ARIMA 0,1,1 sebagai model ARIMA terbaik untuk penawaran tahunan beras. Hal ini dikarenakan model tentatif memiliki RMSE yang paling kecil dibanding model yang lainnya, yaitu sebesar 5.186,376. Semakin kecil nilai RMSE maka semakin baik model tersebut, karena hasil peramalan semakin mendekati nilai aktualnya. Pertimbangan lainnya adalah nilai R 2 paling tinggi, yaitu sebesar 0,850311. Nilai R 2 tersebut berarti bahwa model ARIMA 0,1,1 dapat menjelaskan variasi perubahan variabel bebas sebesar 85,0311 . Semakin tinggi nilai R 2 suatu model maka akan semakin baik model tersebut. commit to user 104 Tabel 16. Hasil Pengujian Model ARIMA 0,1,1 Penawaran Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2737.831 155.5887 17.59660 0.0000 DUMMY ns -963.6575 2374.831 -0.405779 0.6915 MA1 -2.316226 0.720251 -3.215860 0.0068 R-squared 0.864612 Mean dependent var 421.1490 Adjusted R-squared 0.843783 S.D. dependent var 13844.68 S.E. of regression 5472.007 Akaike info criterion 20.22004 Sum squared resid 3.89E+08 Schwarz criterion 20.36490 Log likelihood -158.7603 F-statistic 41.51024 Durbin-Watson stat 2.591792 ProbF-statistic 0.000002 Inverted MA Roots 2.32 Sumber : Diolah dari Lampiran 6 Keterangan: ns = non-signifikan = signifikan pada taraf kepercayaan 99 Pada Tabel 16. dapat diketahui bahwa variabel dummy telah dimasukkan pada model penawaran tahunan beras ARIMA 0,1,1. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai R 2 sebesar 0,864645, yang berarti bahwa 86,4645 variasi penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model, yaitu variabel dummy dan variabel MA1. Nilai R 2 pada model menunjukkan ketepatan model, sedangkan untuk mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo secara bersama-sama dapat dilihat dari hasil uji F. Berdasarkan hasil uji F-statistic dapat diketahui nilai probabilitasnya sebesar 0,000002. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan 0,01, yang berarti bahwa variabel dummy dan variabel MA secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran tahunan beras pada tingkat signifikansi 99. commit to user 105 Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel yang berpengaruh terhadap penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo dapat digunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t variabel dummy, dapat diketahui bahwa nilai probabilitas t-statistik variabel dummy 0,6915 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras. Pada hasil uji-t variabel MA1 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas t-statistik variabel MA1 adalah 0,0068. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan 0,01, yang berarti bahwa variabel MA1 berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras. MA1 berarti bahwa penawaran tahunan beras sekarang dipengaruhi oleh dinamika penawaran tahunan beras satu tahun sebelumnya. Koefisien MA1 sebesar -2,316226, artinya bahwa setiap dinamika penawaran beras satu tahun sebelumnya naik sebesar 1 satuan maka penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo akan turun sebesar 2,316226 satuan. Berdasarkan hasil pengujian model penawaran tahunan beras ARIMA 0,1,1 seperti yang terdapat pada Tabel 16. di atas, maka model matematisnya adalah : 脨 籠ǁ蹐ǁ, 蹐ො 蹐, ǁ 籠, 籠蹐籠 ො Keterangan : 蟨 = penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo tahun t D t = dummy otonomi daerah commit to user 106 e t = dinamika penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo tahun t e t 1 = dinamika penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo tahun t-1

2. Permintaan Beras