commit to user 46
pertama demikian seterusnya sampai ditemukan model yang memadai yang dapat digunakan untuk peramalan.
11. Penelitian Terdahulu
a. Analisis Penawaran dan Permintaan
Penelitian Maulana et al. 2006:  207-230 dengan judul Analisis Kendala  Penawaran  dan  Kebijakan  Revitalisasi  Produksi  Padi,
metode  analisis  yang  digunakan  adalah  tabulasi  silang  dan  model ekonometrika  untuk  menduga  fungsi  penawaran  dan  data  yang
digunakan  adalah  data  sekunder  periode  1969-2005.  Aspek  yang menjadi  fokus  anĂ¡lisis  dalam  penelitian  ini  adalah  1  masalah  dan
kendala;  2  potensi  dan  prospek;  dan  3  kebijakan  strategis.  Hasil anĂ¡lisis  menunjukkan  kecenderungan  penurunan  laju  pertumbuhan
produksi  padi  adalah  akibat  dari  kombinasi:  a  penurunan  luas  baku lahan  sawah,  khususnya  di  Jawa,  dan  b  kemandekan,  bahkan
penurunan  produktivitas  lahan.  Berdasarkan  kecenderungan  historis dan bila program revitalisasi industri perberasan nasional tidak efektif,
diperkirakan  produksi  beras  akan  mengalami  pertumbuhan  negatif pada  periode  tahun  2006-2010  dan  Indonesia  akan  terpaksa
mengimpor  beras  dalam  jumlah  yang  semakin  besar.  Kebijakan pemerintah  dalam  meningkatkan  kapasitas  produksi  industri
perberasan nasional harus diorientasikan dari fokus kebijakan harga ke peningkatan  kapasitas  produksi,  melalui  a  rehabilitasi  dan
ekstensifikasi  infrastruktur  irigasi;  b  pembukaan  lahan  sawah  baru,
commit to user 47
dan  c  memacu  inovasi  teknologi,  termasuk  revitalisasi  sistem penelitian dan pengembangan pertanian serta sistem diseminasi inovasi
pertanian  dengan  deregulasi  dan  penciptaan  iklim  kondusif  bagi investor swasta.
Nuryanti  2005:  71-81  dalam  penelitiannya  yang  berjudul Analisis  Keseimbangan  Permintaan  dan  Penawaran  Beras  di
Indonesia  menggunakan  model  keseimbangan  Cobweb  hasilnya menunjukkan  bahwa  dalan  jangka  pendek  dan  jangka  panjang
kenaikan  harga  beras  akan  meningkatkan  penawaran  beras.  Pengaruh kenaikan  harga  pupuk  urea  dalam  jangka  pendek  akan  menurunkan
penawaran beras, sementara dalam jangka panjang akan meningkatkan penawaran beras serta menurunkan harga beras. Pengaruh peningkatan
pendapatan  per  kapita  dalam  jangka  pendek  akan  meningkatkan permintaan  beras,  dan  dalam  jangka  panjang  tidak  mengakibatkan
perubahan  permintaan  dan  harga  beras.  Sementara  itu  peningkatan jumlah  penduduk  dalam  jangka  pendek  dan  jangka  panjang  akan
menyebabkan  peningkatan  permintaan  dan  harga  beras  dengan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh peningkatan pendapatan
per  kapita  terhadap  permintaan  dan  harga  beras.  Stabilitas keseimbangan  sistem  penawaran  dan  permintaan  beras  dalam  jangka
pendek keluar dari keseimbangan, namun dalam jangka panjang sistem menuju pada harga keseimbangan dan sistem kembali stabil. Implikasi
dari  kajian  ini  adalah  bahwa  kebijakan  harga  input  pupuk  urea  dan
commit to user 48
harga  output  gabah  tidak  menimbulkan  gangguan  stabilitas  pasar, penawaran  dan  permintaan  beras  relatif  stabil,  artinya  cukup  aman
untuk dilaksanakan. Kariyasa  2001:  1-21  dalam  penelitiannya  yang  berjudul
Analisis  Penawaran  dan  Permintaan  Daging  Sapi  di  Indonesia Sebelum  dan  Saat  Krisis  Ekonomi:  Suatu  Analisis  Proyeksi
Swasembada  Daging  Sapi  2005  menggunakan  metode  Three  Stage Least  Squares  3SLS  untuk  menganalisis  data  time  series  periode
1970-1999.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  peubah-peubah  yang secara  ekonomi  sesuai  dengan  hipotesis  berpengaruh  terhadap
produksi  daging  sapi  dalam  negeri  adalah:  harga  daging  sapi  dalam negeri, suku bunga, populasi ternak sapi, harga ternak sapi, dan harga
pakan. Pada persamaan impor daging sapi Indonesia ada empat peubah yang berpengaruh secara ekonomi yaitu harga daging sapi impor, kurs
rupiah  terhadap  dolar  AS,  tarif  impor,  dan  peubah  harga  daging  sapi dalam  negeri.  Sedangkan  pada  persamaan  permintaan  daging  sapi
dalam negeri peubah-peubah yang berpengaruh secara ekonomi adalah harga daging sapi dalam negeri, harga  ikan, harga telur, harga daging
kambing, pendapatan per kapita dan selera. Dalam  jangka  pendek  maupun  jangka  panjang,  produksi  daging
sapi  dalam  negeri  hanya  respon  terhadap  perubahan  peubah  harga daging sapi itu sendiri dan harga ternak sapi. Sementara itu permintaan
daging  sapi  dalam  negeri  hanya  respon  terhadap  perubahan  peubah
commit to user 49
harga  daging  sapi  itu  sendiri  dan  pendapatan  per  kapita.  Saat  krisis ekonomi  produksi  dan  permintaan  daging  sapi  dalam  negeri  masing-
masing  1,3  dan  0,5  kali  lebih  rendah  dibanding  sebelum  krisis ekonomi. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa harga riil
daging  sapi  dalam  negeri  saat  krisis  ekonomi  sebenarnya  sekitar  3,7 kali  lebih  rendah  dibanding  sebelum  krisis  ekonomi.  Hal  ini  diduga
terjadi  akibat  laju  peningkatan  inflasi  lebih  dari  3  kali  dibanding  laju peningkatan  harga  nominalnya.  Hasil  proyeksi  menunjukkan  bahwa
dalam  sepuluh  tahun  kedepan  ketergantungan  Indonesia  akan  daging sapi  impor  semakin  besar.  Hal  ini  terlihat  pada  tahun  2000,  produksi
daging  sapi  dalam  negeri  masih  mampu  memenuhi  kebutuhan konsumsi  daging  dalam  negeri  sebesar  93,  sedangkan  pada  tahun
2009  diperkirakan  proporsi  tersebut  berubah  menjadi  79  dibanding 21.
b. Analisis Peramalan Penawaran dan Permintaan