commit to user 123
Berdasarkan  hasil  uji-t  variabel  dummy,  nilai  probabilistik  t-statistik sebesar 0,8456. Nilai  ini  lebih besar dari  0,05, artinya bahwa variabel dummy
otonomi  daerah  tidak  berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  penawaran tahunan  beras  pada  persamaan  simultan.  Hasil  uji-t  variabel  permintaan
tahunan  beras  ARIMA  2,2,1,  dapat  diketahui  bahwa  nilai  probabilitas  t- statistiknya  adalah  0,0953.  Nilai  ini  signifikan  pada  tingkat  signifikansi  90.
Hal  ini  berarti  bahwa  variabel  permintaan  tahunan  beras  ARIMA  2,2,1 berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  penawaran  tahunan  beras.  Koefisien
permintaan ARIMA 2,2,1 sebesar 3,052542, artinya jika permintaan tahunan beras  dengan  model  ARIMA  2,2,1  bertambah  1  satuan  maka  penawaran
tahunan beras akan meningkat sebesar 3,052542 satuan. Pada hasil uji-t variabel MA1 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
t-statistik  variabel  MA1  adalah  0,0006.  Nilai  ini  lebih  kecil  dari  0,01,  yang berarti  bahwa  variabel  MA1  berpengaruh  secara  signifikan  terhadap
penawaran  tahunan  beras.  MA1  berarti  bahwa  penawaran  tahunan  beras sekarang  dipengaruhi  oleh  dinamika  penawaran  tahunan  beras  satu  tahun
sebelumnya. Koefisien MA1 sebesar -0,913356, artinya bahwa jika dinamika penawaran  tahunan  beras  bertambah  1  satuan  maka  akan  menurunkan
penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo sebesar 0,913356 satuan.
E. Peramalan Penawaran dan Permintaan Beras
Model  persamaan  simultan  penawaran  dan  permintaan  tahunan  beras yang  telah  diperoleh  pada  tahap  sebelumnya,  kemudian  digunakan  untuk
peramalan  penawaran  dan  permintaan  tahunan  beras  di  Kabupaten  Sukoharjo
commit to user 124
periode  tahun  2011  –  2015.  Peramalan  merupakan  tahap  yang  paling  akhir pada  penelitian  ini.  Nilai  RMSE  yang  kecil  pada  model  persamaan  simultan
menunjukkan  bahwa  hasil  peramalan  mendekati  nilai  akuratnya.  Berdasarkan hasil  peramalan  dapat  diketahui  fluktuasi  permintaan  dan  penawaran  pada
periode lima tahun ke depan apakah terjadi kelebihan penawaran seperti tahun- tahun  sebelumnya  atau  tidak.  Berikut  adalah  hasil  peramalan  penawaran  dan
permintaan tahunan beras untuk periode 2011 – 2015. Tabel 23.  Hasil  Peramalan  Penawaran  dan  Permintaan  Tahunan  Beras  di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 – 2015 Ton
Tahun Peramalan Penawaran
Peramalan Permintaan
2011 175.363,548
71.198,976 2012
160.694,788 71.425,492
2013 159.562,000
71.492,696 2014
153.844,269 71.611,653
2015 165.047,419
71.544,439 Sumber : Diolah dari Lampiran 10
Gambar 6.  Plot Hasil Peramalan Penawaran dan Permintaan Tahunan Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 – 2015 Ton
Berdasarkan Tabel 23 dan Gambar 6, dapat diketahui bahwa penawaran tahunan beras  di  Kabupaten  Sukoharjo pada  tahun  2011  –  2015  cenderung
mengalami  penurunan.  Penawaran  beras  pada  tahun  2011  sebesar 175.363,548 ton, kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi 160.694,788
60000 80000
100000 120000
140000 160000
180000
2011 2012
2013 2014
2015 DEMAND
SUPPLY
commit to user 125
ton.  Penurunan  kembali  terjadi  pada  tahun  2013,  dimana  penawaran  beras hanya  sebesar  159.562  ton.  Pada  tahun  2014  juga  kembali  menurun,
sehingga  penawaran  beras  pada  tahun  ini  hanya  sebesar  153.844,269  ton. Setelah terjadi penurunan, pada tahun 2015 mengalami kenaikan penawaran
beras  yaitu  sebesar  165.047,419  ton.  Penurunan  penawaran  beras  ini disebabkan  oleh  berbagai  hal,  diantaranya  adalah  belum  adanya  benih
berkualitas  unggul,  serangan  hama  dan  penyakit,  dan  alih  fungsi  lahan pertanian.  Sampai  sekarang  ini  masih  belum  ditemukan  benih  yang  tahan
terhadap hama wereng. Hama wereng merupakan hama yang paling ditakuti oleh petani padi. Seperti yang terjadi pada tahun 2010, ketika hama wereng
menjadi  penyebab  utama  gagal  panen  dengan  luas  lahan  puso  sebanyak 2.304  ha.  Selain  hama  wereng,  alih  fungsi  lahan  pertanian  menjadi  lahan
perumahan  dan  industri  juga  mempersempit  lahan  pertanian  yang  ada sekarang  ini.  Akibatnya  adalah  penurunan  produksi  sehingga  jumlah  beras
yang ditawarkan juga menurun. Permintaan  tahunan  beras  di  Kabupaten  Sukoharjo  pada  tahun  2011  –
2015 cenderung mengalami peningkatan. Permintaan beras pada tahun 2011 sebesar  71.198,976  ton,  kemudian  meningkat  pada  tahun  2012  menjadi
71.425,492  ton.  Peningkatan  kembali  terjadi  pada  tahun  2013,  dimana permintaan  beras  menjadi  71.492,696  ton.  Pada  tahun  2014  permintaan
beras  juga  meningkat  lagi  sebesar  71.611,653  ton.  Sedangkan  pada  tahun 2015  mengalami  penurunan  sedikit  jika  dibandingkan  permintaan  tahun
sebelumnya.  Permintaan  beras  pada  tahun  2015  sebesar  71.544,439  ton.
commit to user 126
Peningkatan  permintaan  beras  ini  disebabkan  oleh  semakin  bertambahnya jumlah  penduduk  dari  tahun  ke  tahun.  Jumlah  penduduk  yang  semakin
meningkat  tersebut  juga  mendorong  peningkatan  konsumsi  bahan  pangan, terutama  beras  sebagai  bahan  pangan  pokok.  Sedangkan  penurunan
permintaan beras kemungkinan disebabkan semakin banyaknya diversifikasi bahan pangan selain beras sehingga konsumsi beras menjadi turun.
Hasil  peramalan  penawaran  dan  permintaan  beras  di  Kabupaten Sukoharjo  tahun  2011  –  2015  jika  dibandingkan,  maka  hasilnya
menunjukkan bahwa penawaran masih lebih besar daripada permintaan. Hal ini  berarti  bahwa  produksi  beras  di  Kabupaten  Sukoharjo  selama  periode
lima tahun ke depan masih dapat memenuhi permintaan masyarakat, bahkan masih terdapat surplus atau kelebihan.
Berdasarkan  Gambar  6.  dapat  diketahui  bahwa  penawaran  dan permintaan tahunan beras untuk yahun 2011 – 2015 mempunyai pola yang
divergen  atau  berbeda.  Penawaran  tahunan  beras  mempunyai  pola  yang menurun  sedangkan  permintaan  mempunyai  pola  yang  meningkat.  Selama
periode  lima  tahun  ke  depan  masih  terdapat  kelebihan  penawaran  atau surplus.  Pada  Gambar  6.  dapat  dilihat  bahwa  kelebihan  atau  surplus  yang
mungkin  terjadi  pada  lima  tahun  ke  depan  jumlahnya  besar.  Kelebihan penawaran  yang  besar  ini  selanjutnya  dapat  diperdagangkan  ke  luar
Kabupaten Sukoharjo, sehingga dapat menambah pendapatan daerah. Kondisi  penawaran  yang  semakin  menurun  sedangkan  kondisi
permintaan yang terus meningkat sebaiknya disikapi oleh pemerintah daerah
commit to user 127
melalui  kebijakan-kebijakan  yang  mendukung  usahatani  padi,  misalnya dengan  penyediaan  sarana  dan  prasarana  produksi  yang  lebih  baik  dan
kegiatan  penyuluhan  yang  lebih  intensif.  Sedangkan  adanya  kelebihan penawaran atau surplus dapat diperdagangkan di luar Kabupaten Sukoharjo,
dimana  peran pemrintah  dapat  melalui  penyediaan  jaringan  distribusi  yang dapat  memperlancar  proses  pemasaran.  Bulog  sebagai  lembaga  penyangga
pangan  di  Kabupaten  Sukoharjo  hendaknya  juga  memperhatikan keseimbangan antara penawaran dan permintaan beras sehingga harga yang
terbentuk di pasar tidak merugikan konsumen maupun produsen.
F. Pembahasan