commit to user 64
Data  sekunder  diperoleh  dari  Dinas  Pertanian  Kabupaten  Sukoharjo,  Badan Ketahanan  Pangan  Kabupaten  Sukoharjo,  Badan  Pusat  Statistika  Kabupaten
Sukoharjo  dan  Badan  Pusat  Statistika  Propinsi  Jawa  Tengah.  Data  yang digunakan  berupa  jumlah  penduduk,  produksi  padi  dan  beras,  luas  lahan
panen,  produktivitas  padi,  konsumsi  beras.  Dalam  penelitian  ini  mengambil data time series dengan kurun waktu 17 tahun, yaitu dari tahun 1994 – 2010.
D. Metode Analisis Data
1. Model ARIMA Permintaan dan Penawaran Beras
Tahapan  yang  dilaksanakan  untuk  mencari  model  ARIMA  adalah sebagai berikut :
a.  Identifikasi Pada tahap identifikasi, kegiatan yang dilakukan adalah :
1.  Memplotkan data asli untuk mengetahui perilaku pola data. 2.  Melihat kestasioneran data.
Suatu  data  disebut  stasioner  jika  nilai  rata-rata  mean  dan varians  konstan  selama  periode  pengamatan.  Dengan  asumsi
stasioneritas  maka  mampu  menterjemahkan  data  dan  model ekonomi  secara  baik  karena  data  yang  stasioner  tidak  terlalu
bervariasi  dan  cenderung  mendekati  nilai  rata-ratanya.  Untuk menguji apakah data yang dianalisis dalam penelitian  ini stasioner
atau  tidak,  maka  dilakukan  uji  stasioneritas  dengan  uji  akar-akar unit  unit  roots  test.  Pada  uji  akar-akar  unit  ini  pada  prinsipnya
untuk  mengamati  apakah  koefisien  tertentu  dari  model
commit to user 65
auotokorelasi  yang  ditaksir  mempunyai  nilai  satu  atau  tidak.  Uji stasioneritas  ini  dikembangkan  oleh  Dickey-Fuller  1981.  Untuk
melihat stasioneritas suatu data dengan uji Dickey-Fuller DF dan Augmented
Dickey-Fuller ADF
dilakukan dengan
membandingkan  nilai  t-statistik  dari  variabel-variabel  penelitian dengan  nilai  kritis  DF  dan  ADF  dalam  suatu  tabel.  Suatu  data
series dikatakan stasioner jika nilai kritis DF dan ADF lebih besar dari nilai kritis t-statistik.
Apabila  data  series  yang  dianalisis  menunjukkan  pola  yang stasioner  maka  ketidakstasionerannya  harus  dihilangkan  melalui
proses  differencing.  Pencapaian  stasioneritas  diperoleh  dengan melakukan  pembedaan  berturut-turut  sampai  nilai  autokorelasi
mendekati  nol  di  dalam  dua  atau  tiga  time  lag.  Data  series  yang telah  melalui  proses  differencing  kemudian  dianalisis  nilai  ADF-
nya sampai data menjadi stasioner. b.  Estimasi
Setelah  menetapkan  identifikasi  model  sementara,  tahap selanjutnya  adalah  mengestimasi  nilai-nilai  parameter  dari  model
sementara  tersebut.  Suatu  model  sementara  dapat  berupa  model  AR, MA  atau  gabungan  keduanya.  Alat  yang  digunakan  untuk
mengidentifikasi  suatu  model  adalah  autocorrelation  function  ACF dan partial autocorrelation function PACF.
commit to user 66
ACF atau fungsi autokorelasi merupakan suatu hubungan linear pada  data  time  series  antara  Z
t
dengan  Z
t+k
yang  dipisahkan  oleh waktu k. ACF ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi model time
series  dan melihat  kestasioneran  data  dalam  mean.  Rumus  dari  ACF adalah Wei, 2006 dalam Sukma, 2010: 2:
愠 瓘Ǵ  ,
Ǵ Ǵ
dan kovarians antara Z
t
dan Z
t+k
adalah 瓘Ǵ ,
dengan Var
= Var =
= fungsi autocovarian 愠
= autocorrelation function ACF Sedangkan  fungsi  autokorelasi  yang  dihitung  berdasarkan
sampel data dapat dirumuskan sebagai berikut: 愠
∑
1
∑
2 1
Fungsi autokorelasi parsial merupakan korelasi antara Z
t
dengan Z
t+k
setelah Z
t
dijelaskan oleh  Z
t-1
, Z
t-2
,…., Z
t-k+1
. Fungsi autokorelasi parsial  menurut  Wei  2006  dalam  Sukma,  2010:  2  dirumuskan
sebagai berikut: 愠
瓘Ǵ ,
Ǵ Ǵ
commit to user 67
Dalam pengamatan time series, sampel PACF dinotasikan dengan 愠
dengan perhitungan : 愠
1, 1
愠
1
∑
愠  愠
1 1
1
∑
愠  愠
1
dan 愠
1,
愠 愠
1, 1
愠
, 1
, 1,2, …,
Model  AR  dapat  dilihat  polanya  dari  PACF,  sedangkan  pola untuk model MA dilihat dari koefisien autokorelasi ACF. Pola ACF
dan  PACF  tersebut  dapat  dilihat  pada  collerogram  hasil  olah  data dengan komputer.
Tahap  selanjutnya  setelah  menetapkan  model  sementara  adalah menghitung nilai estimasi awal untuk parameter-parameter dari model
sementara,  kemudian  dengan  menggunakan  program  komputer melalui  proses  iterasi  guna  memperoleh  nilai  estimasi  akhir  untuk
mengetahui  nilai  R
2
,  F-statistik,  uji  signifikansi  tiap  parameter  dan nilai RMSE.
c.  Uji Diagnostik Setelah  berhasil  menaksir  nilai-nilai  parameter  dari  model
ARIMA yang
ditetapkan sementara,
selanjutnya dilakukan
pemeriksaan  diagnostik  untuk  membuktikan  bahwa  model  tersebut cukup  memadai.  Apabila  model  sementara  yang  ditetapkan
sebelumnya ternyata bukan merupakan model yang baik, maka dibuat model  alternatif  yang  lain  sampai  terbentuk  model  yang  terbaik.  Uji
commit to user 68
diagnostik  dilakukan  dengan  membandingkan  model  sementara dengan  model  alternatif  yang  lainnya.  Kriteria  yang  digunakan  pada
tahap  uji  diagnostik  adalah  nilai  R
2
yang  tinggi,  signifikansi parameter-parameter  dalam  model,  dan  nilai  RMSE  yang  rendah.
Model sementara yang telah ditetapkan belum tentu merupakan model yang terbaik karena masih perlu dibandingkan dengan model alternatif
yang lainnya. d.  Peramalan
Model  terbaik  telah  diperoleh  pada  tahap  uji  diagnostik selanjutnya  dapat  digunakan  untuk  peramalan  satu  atau  beberapa
periode  ke  depan.  Peramalan  yang  dilakukan  harus  tepat  karena menunjukkan  seberapa  jauh  suatu  model  mampu  menghasilkan
ramalan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan aktualnya.
2. Uji Variabel Dummy