Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Teori Pendekatan Masalah

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui dinamika penawaran dan permintaan beras pada era sebelum dan sesudah pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Sukoharjo. 2. Menganalisis peramalan penawaran beras di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 – 2015. 3. Menganalisis peramalan permintaan beras di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 – 2015.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah wawasan terutama yang berkaitan dengan peramalan penawaran dan permintaan. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan permintaan dan penawaran beras di Kabupaten Sukoharjo. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis. commit to user 16 II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Beras

Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling huller serta penyosoh polisher. Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya hull, disebut beras pecah kulit brown rice. Tinggi-rendahnya tingkat penyosohan menentukan tingkat kehilangan zat-zat gizi. Proses penggilingan dan penyosohan yang baik akan menghasilkan butiran beras utuh beras kepala yang maksimal dan beras patah yang minimal. Lapisan yang menyelimuti bagian luar beras pecah kulit, yakni dedak danatau bekatul rice bran mengandung sekitar 65 dari zat gizi mikro penting dalam beras. Dedak mengandung vitamin tiamin, niasin, vitamin B6, mineral besi, fosfor, magnesium, potasium, asam amino, asam lemak esensial, serta antioksidan. Kandungan zat gizi tersebut memberi manfaat dalam meningkatkan kesehatan tubuh, bersifat hipoalergenik rendah kemungkinan untuk memicu alergi, sumber serat makan yang banyak digunakan dalam berbagai industri pangan, farmasi dan pangan suplemen dietary supplement. Beras giling milled rice berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak padi sekitar 5-7 dari berat beras pecah kulit brown rice. Makin tinggi 16 commit to user 17 derajat penyosohan dilakukan makin putih warna beras giling yang dihasilkan, namun makin miskin zat-zat gizi Rahmat, 2010: 1. Pola konsumsi masyarakat pada masing-maisng daerah berbeda- beda, tergantung dari potensi daerah dan struktur budaya masyarakat. Pola konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh padi-padian, khususnya beras yang diindikasikan oleh tingginya starchy staple ratio. Masyarakat umumnya mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap beras sebagai sumber karbohidrat dan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras maka perlu menggali potensi lokal yang berbasis non-beras untuk memenuhi kebutuhan pangannya Made, 2008: 52. Menurut Lassa 2006: 3-4 dominasi beras atas sumber daya pangan lainnya di Indonesia dapat ditemukan dalam istilah-istilah lokal seperti “palawija” Sansekerta, phaladwija yang harfiahnya berarti sesuatu yang bukan beras sekunder atau pangan kelas dua, sesuatu yang terkonstruksikan secara budaya culturally constructed. Dalam penelitian ini Van der Eng 2001:190 juga mengatakan bahwa beras telah menjadi sumber pangan dominan yang tercermin dari 50 total konsumsi nasional. Hari ini, 96 penduduk Indonesia makan beras ketimbang sumber pangan lainnya Simatupang, 1999: 4. Beras merupakan komoditas yang penting karena merupakan kebutuhan pangan pokok yang setiap saat harus dapat dipenuhi. Kebutuhan pangan pokok perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah commit to user 18 yang cukup, mutu yang baik, aman dikonsumsi, dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sasaran pembangunan pertanian adalah memantapkan neraca ketersediaan beras Nurmalina, 2008: 48.

2. Otonomi Daerah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah membuka saluran baru bagi pemerintah propinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk menjamin proses desentralisasi berlangsung dan berkesinambungan, pada prinsipnya acuan dasar dari otonomi daerah telah diwujudkan melalui Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999, serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000, selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 104, 105, 106, 107, 108, 109, dan 110 Tahun 2000 dan ketentuan lainnya yang relevan Widjaja, 2004: 1-2. Pemberlakuan UU N. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah atau lebih akrab degan sebutan otonomi, adalah salah satu hasil reformasi politik dan pemerintahan di Indonesia sebagai dampak krisis ekonomi yang begitu hebat. Undang-Undang ini memberikan banyak kewenangan kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri kecuali di sektor- sektor agama, pertahanan dan keamanan, politik luar negeri, moneter dan kehakiman. Di laur kelima sektor tersebut sepenuhnya menjadi hak dan commit to user 19 tanggung jawab daerah. Dengan kewenangan ini, Pemerintah Daerah dapat merekayasa pembangunan sesuai kebutuhan dan kapasitas sumberdayanya tanpa harus menunggu ijin dari Pemerintah Pusat. Pada pasal 10 1 UU No. 221999 disebutkan daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya pasal 11 2 menyebutkan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal. Lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja Sudantoko, 2003: 33-34. Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi dan demokrasi, apalagi jika dikaitkan dengan tantangan masa depan memasuki era perdagangan bebas yang antara lain ditandai dengan tumbuhnya berbagai bentuk kerja sama regional, perubahan pola atau sistem informasi global. Melalui otonomi daerah diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomi yang wajar, efisien, efektif, termasuk kemampuan perangkat daerah meningkatkan kinerja, commit to user 20 mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun kepada publikmasyarakat Widjaja, 2004: 7. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan atau pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem pengelenggaraan Pemerintahan Negara. Dalam kenyataannya, Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tidak sesuai dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, perlu diganti direvisi dan kemudian disahkan Undang- Undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah LNRI Tahun 2004 Nomor 125, TLNRI Nomor 4437 Widjaja, 2007: 37.

3. Permintaan

Konsep permintaan mewakili perilaku konsumen secara umum di pasar. Perilaku konsumen dalam hal ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan suatu produk oleh konsumen dan bagaimana pengaruh dari perubahan faktor-faktor tersebut terhadap permintaan produk tersebut. Konsep permintaan menjelaskan bahwa permintaan atas suatu produk dipengaruhi oleh bauran pemasaran produk commit to user 21 tersebut, bauran pemasaran produk pesaing, pendapatan konsumen, jumlah penduduk, ekspektasi konsumen, dan lain-lain Herlambang, 2002: 29. Menurut Arsyad 2000: 125-128 pada tingkat individual, permintaan ditentukan oleh dua faktor, yaitu nilai dari cara mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa dan kemampuan untuk mendapatkan barang dan jasa. Kedua faktor tersebut merupakan prasyarat bagi permintaan efektif individual. Suatu hasrat saja tanpa didukung daya beli purchasing power hanyalah keinginan bukan permintaan. Permintaan individual tersebut apabila dijumlahkan akan membentuk permintaan pasar. Permintaan pasar selanjutnya akan membentuk fungsi permintaan pasar suatu produk yang menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut. Berbagai variabel penentu permintaan dapat digolongkan menjadi variabel strategis harga barang yang bersangkutan, advertensi, kualitas dan desain barang, serta saluran distribusi barang, variabel konsumen tingkat pendapatan, selera konsumen, dan harapan konsumen terhadap harga di masa yang akan datang, variabel pesaing harga barang substitusi dan barang komplementer, advertensi dan promosi barang lain, saluran distribusi barang lain, serta kualitas dan desain barang lain dan variabel lainnya kebijakan pemerintah, jumlah penduduk, dan cuaca. Ketika pendapatan total seseorang meningkat, dengan asumsi harga- harga tidak berubah, maka kuantitas barang yang dibeli untuk setiap barang juga akan meningkat. Barang-barang yang memiliki commit to user 22 kecenderungan seperti ini disebut barang normal. Sebagian besar barang merupakan barang normal, jika pendapatan meningkat, dalam prakteknya orang cenderung untuk membeli lebih banyak barang. Permintaan untuk barang-barang ”mewah” akan meningkat lebih cepat jika pendapatan naik, tetapi permitaan barang “untuk keperluan sehari-hari” akan meningkat lebih lambat Nicholson, 2002: 92-94. Jika harga suatu jenis barang berubah, perubahan ini memiliki dua efek yang berbeda pada pilihan-pilihan seseorang. Dengan efek subtitusi, meskipun individu tetap bertahan pada kurva indiferens yang sama, konsumsinya harus diubah agar MRS-nya sama dengan rasio harga yang baru dari kedua barang. Dengan efek pendapatan, karena perubahan harga berarti perubahan daya beli “riil”, orang akan berpindah ke kurva indiferens baru yang konsisten dengan daya beli baru ini. Kecenderungannya adalah orang memilih untuk meningkatkan konsumsi barang yang harganya menurun dan mengurangi konsumsi barang yang harganya meningkat. Selain berdampak terhadap barang itu sendiri, perubahan harga suatu barang juga akan berdampak pada kuantitas barang lain yang diminta. Pada dua barang yang bersifat komplemen, kenaikan harga suatu barang akan menurunkan kuantitas konsumsi barang lain. Sedangkan pada barang yang bersifat subtitusi, kenaikan harga suatu barang akan meningkatkan konsumsi barang lain Nicholson, 2002: 96- 110. commit to user 23 Permintaan pasar atau permintaan agregat atas suatu komoditi menunjukkan jumlah alternatif dari komoditi yang diminta per periode waktu, pada berbagai harga alternatif oleh semua individu di dalam pasar. Jadi, permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu, dan selanjutnya pada jumlah pembeli komoditi tersebut di pasar. Secara geometris, kurva permintaan pasar atas suatu komoditi diperoleh melalui penjumlahan horizontal dari semua kurva permintaan individualitas komoditi tersebut Salvatore, 2006: 13. P Harga P1 P2 Q Q1 Q2 Gambar 1. Kurva Permintaan Hubungan antara harga dan jumlah penjualan jika digambarkan akan membentuk kurva permintaan, yang menunjukkan jumlah total produk yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga yang ditawarkan oleh produsen, dengan mempertahankan faktor-faktor lain konstan Herlambang, 2002: 30. Pergeseran sepanjang kurva permintaan menunjukkan perubahan jumlah barang yang diminta apabila commit to user 24 terjadi perubahan harga, faktor lain dianggap cateris paribus. Sedangkan apabila terjadi perubahan satu variabel atau lebih selain harga dalam fungsi permintaan produk tertentu akan mengakibatkan terjadinya pergeseran dari suatu kurva permintaan ke kurva permintaan lainnya Arsyad, 2000:132-133.

4. Penawaran

Penawaran adalah salah satu kekuatan yang menentukan keseimbangan pasar. Penawaran pasar atas suatu produk menunjukkan total penawaran seluruh produsen yang ada di pasar, yang ditentukan oleh harga produk itu sendiri, harga produk lain, biaya produksi, teknologi, kebijakan pemerintah, besar pajak dan subsidi, dan lain-lain. Jika harga suatu produk semakin murah, maka jumlah penawaran produk tersebut oleh produsen akan semakin kecil, demikian sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara jumlah penawaran suatu produk dengan harganya dan jika digambarkan akan membentuk kurva penawaran. Kurva penawaran menunjukkan jumlah penawaran suatu produk pada berbagai tingkat harga, sementara faktor lain dianggap tetap Herlambang, 2002: 39-40. Penawaran pasar atau penawaran agregat dari suatu komoditi memberikan jumlah alternatif dari penawaran komoditi dalam periode waktu tertentu pada berbagai harga alternatif oleh semua produsen komoditi tersebut dalam pasar. Penawaran pasar komoditi itu tergantung commit to user 25 pada semua faktor yang menentukan penawaran produsen secara individu, dan seterusnya pada jumah produsen dalam pasar Salvatore, 2006: 15. Kurva penawaran supply curve menunjukkan jumlah barang yang produsen bersedia menjual dengan harga yang akan diterimanya di pasar dengan mempertahankan setiap faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran agar tetap. Kurva penawaran menunjukkan bagaimana jumlah barang yang ditawarkan untuk dijual berubah seiring dengan perubahan harga barang tersebut. Kurva penawaran naik kemiringannya, semakin tinggi harganya, semakin banyak perusahaan mampu dan bersedia Pindyck dan Daniel, 2007: 24. Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah, kurva penawaran akan bergeser Mankiw, 2000: 88. P Harga P1 P2 Q Q1 Q2 Gambar 2. Kurva penawaran commit to user 26 Konsep dasar dari fungsi penawaran suatu produksi dapat dinyatakan dalam hubungan antara kuantitas yang ditawarkan kuantitas penawaran dan sekumpulan variabel spesifik yang mempengaruhi penawaran produk sebagai berikut Gaspersz, 2000: 71: Qsx = fPx, Pr, T, Pe, Nf, O Keterangan : Qsx : kuantitas penawaran produk f : notasi fungsi yang berarti penawaran dari Px : harga dari produk x Pr : harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk x T : tingkat teknologi yang tersedia Pe : ekspektasi produsen akan harga produk x di masa mendatang Nf : banyaknya produsen yang memproduksi produk sejenis O : faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran produk x Pada berbagai kasus sederhana, kurva penawaran mengukur berapa banyak barang yang akan disediakan untuk konsumen pada setiap tingkat harga. Sebagai tambahan, definisi dari kurva penawaran adalah untuk setiap tingkat harga, kita menentukan berapa banyak barang yang akan ditawarkan. Jika kita mempunyai sejumlah penawaran individu dari suatu barang, kita dapat menambahkan penawaran individu tersebut untuk membentuk penawaran pasar Varian, 2003: 289. commit to user 27

5. Regresi Atas Variabel Dummy

Analisis regresi tidak saja digunakan untuk data-data kuantitatif, tetapi juga bisa digunakan untuk data kualitatif. Jenis data kualitatif tersebut seringkali menunjukkan keberadaan klasifikasi kategori tertentu, sering juga dikategorikan variabel bebas X dengan klasifikasi pengukuran nominal dalam persamaan regresi. Sebagai contoh, bila ingin meregresikan pengaruh kondisi kemasan produk dodol nenas terhadap harga jual. Pada umumnya, cara yang dipakai untuk penyelesaian adalah memberi nilai 1 satu kalau kategori yang dimaksud ada dan nilai 0 nol kalau kategori yang dimaksud tidak ada bisa juga sebaliknya, tergantung tujuannya. Dalam kasus kemasan ini, bila kemasannya menarik diberi nilai 1 dan bila tidak menarik diberi nilai 0. Variabel yang mengambil nilai 1 dan 0 disebut variabel dummy dan nilai yang diberikan dapat digunakan seperti variabel kuantitatif lainnya Pusdatin, 2011: 5. Menurut Gujarati, 2004: 263-267 variabel yang mengambil nilai seperti 1 dan 0 disebut variabel dummy, nama lainnya adalah variabel indikator, variabel binary 2 angka, variabel bersifat katagori, variabel kualitatif, dan variabel yang membagi dua dichotomous. Ciri model regresi variabel dummy adalah: a. Jika suatu variabel kualitatif mempunyai m kategori, maka hanya menggunakan m-1 variabel dummy. b. Penetapan nilai 1 dan 0 untuk dua kategori adalah tanpa suatu dasar bersifat arbitrary. commit to user 28 c. Kelompok, kategori, atau klasifikasi yang diberi nilai nol seringkali disebut sebagai kategori dasar, kontrol, perbandingan, atau yang diabaikan merupakan dasar dalam arti bahwa perbandingan dibuat dalam kategori ini. d. Koefisien  yang diberikan untuk variabel dummy D dapat disebut koefisien intersep deferensial karena koefisien tadi menyatakan berapa banyak nilai unsur intersep dari kategori yang mendapat nilai 1 berbeda dari koefisien intersep dari kategori dasar. Seringkali topik penelitian yang dibuat menggunakan jenis data kualitatif. Misalnya laki-laki dan wanita, industri sandang, pangan, peralatan, dst. Jika jenis kelamin atau industri diberi kode dengan angka, maka sama sekali tidak menunjukkan bahwa angka yang lebih tinggi menunjukkan nilai yang lebih besar. Angka-angka numerik tersebut hanya kode untuk membedakan jenis atau kategori yang satu dengan yang lain. Jika kategori seperti itu merupakan variabel penjelas maka dapat digunakan variabel dummy. Jika kita memiliki tiga kategori, maka kita hanya bisa membuat variabel dummy sebanyak dua n-1 kategori. Hal ini dilakukan untuk menghindari multikolinearitas yang sempurna. Misalnya kita punya sembilan kelompok industri, maka kita dapat memasukkan delapan variabel Nachrowi, 2008: 27. Meskipun merupakan suatu alat yang serba guna, teknik variabel dummy perlu ditangani secara hati-hati. Pertama, jika model regresi berisi suatu unsur konstanta, banyaknya variabel dummy harus lebih kecil dari commit to user 29 banyaknya klasifikasi tiap variabel kualitatif. Kedua, koefisien yang diberikan pada variabel dummy selalu harus diinterpretasikan dalam hubungannya dengan kelompok dasar, yaitu kelompok yang mendapat nilai nol. Akhirnya, jika suatu model mempunyai beberapa variabel kualitatif dengan beberapa kelas, pengenalan variabel dummy dapat menghasilkan banyak derajat kebebasan Gujarati, 2004: 278.

6. Model Persamaan Simultan

Seringkali hubungan satu arah atau hubungan sebab akibat satu arah tidak berarti. Ini terjadi jika Y tidak hanya ditentukan oleh X tetapi beberapa dari X sebaliknya, ditentukan oleh Y. Secara ringkas, terdapat hubungan dua arah atau simultan antara X dan beberapa dari X, yang membuat perbedaan antara variabel tak bebas dan variabel yang menjelaskan menjadi meragukan. Pada persamaan simultan yang dilakukan adalah mengumpulkan secara bersama-sama sejumlah variabel yang dapat ditentukan secara simultan oleh kumpulan variabel sisanya. Dalam model persamaan seperti ini terdapat lebih dari satu persamaan, satu untuk tiap variabel tak bebas, atau bersifat endogen atau gabungan atau bersama. Tidak seperti model persamaan tunggal, dalam model persaman simultan orang tidak mungkin menaksir dari satu persamaan tunggal tanpa memperhitungkan informasi yang diberikan oleh persamaan lain dalam sistem Gujarati, 2004: 307. Salah satu bentuk model persamaan simultan adalah model struktural, yaitu model yang menggambarkan struktur hubungan yang commit to user 30 lengkap antara berbagai variabel ekonomi. Persamaan struktural dari suatu model mengandung variabel endogen, variabel eksogen, dan variabel gangguan. Parameter struktural mencerminkan pengaruh langsung dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel endogen dalam persamaan struktural adalah variabel tak bebas dalam persamaan yang nilainya ditentukan di dalam sistem persamaan, meskipun variabel tersebut mungkin juga muncul sebagai variabel bebas dalam persamaan. Variabel eksogen merupakan variabel yang nilainya ditentukan di luar model, yang meliputi lagged endogenous variable. Variabel eksogen dan variabel endogen beda kala disebut predetermined variables Johnston, 1984: 450-460. Dari struktur rekursif ini tampak bahwa hubungan kausal antara variabel endogen dan variabel penjelas bersifat searah, dimana tidak terdapat ketergantungan di antara variabel endogen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa 俰 1 mempengaruhi 俰 2 , namun 俰 2 tidak mempengaruhi 俰 1 . Demikian pula 俰 1 dan 俰 2 mempengaruhi 俰 3 , namun 俰 3 tidak mempengaruhi 俰 1 dan 俰 2 , berarti setiap persamaan mempelihatkan hubungan ketergantungan unilateral Gujarati, 2004: 339-340.

7. Peramalan

Sering terdapat senjang waktu time lag antara kesadaran akan peristiwa kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya tenggang waktu lead time ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil maka commit to user 31 perencanaan tidak diperlukan. Jika waktu tenggang ini panjang dan hasil peristiwa akhir tergantung pada fakta-fakta yang dapat diketahui, maka perencanaan dapat memegang peranan penting. Dalam situasi seperti itu peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan Makridakis et al., 1999: 3. Herlambang 2002: 86 menjelaskan bahwa tujuan peramalan adalah untuk meminimalkan resiko dan ketidakpastian yang mungkin akan dihadapi perusahaan untuk operasi perusahaan dalam jangka pendek maupun untuk perencanaan jangka panjang perusahaan. Kedudukan peramalan menjadi semakin penting karena organisasi bisnis dan lingkungan menjadi semakin kompleks dan berubah dengan tempo yang semakin cepat. Semua organisasi bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan yang penuh dengan resiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, hasil dari peramalan dapat digunakan oleh manajer sebagai pegangan untuk menentukan masa depan perusahaan. Situasi peramalan sangat beragam dalam horizon waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapinya dikembangkan beberapa teknik yang dikategorikan menjadi dua kategori utama, yaitu metode kualitatif atau teknologis dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dapat dibagi menjadi deret berkala dan metode kausal, sedangkan metode kualitatif dapat dibagi commit to user 32 menjadi eksploratoris dan normatif. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut: a. Tersedianya info tentang masa lalu; b. Info tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data yang unik; c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa yang akan datang. Terdapat berbagai alat peramalan yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah tentang peramalan. Akan tetapi berbagai alat tersebut jarang yang digunakan untuk meramalkan secara langsung, tetapi lebih sebagai komponen yang lebih besar dan lebih komprehensif dari sistem peramalan. Secara garis besar terdapat dua metode peramalan yaitu scientific and judgmental methods. Pada scientific method dapat menjelaskan secara eksplisit bahwa peneliti menggunakan tehnik pengaturan sama dengan asumsi akan menghasilkan ramalan yang sama. Sedangkan pada judgmental method berdasarkan anggapan bahwa terdapat beberapa hal yang tidak dapat diperkirakan. Anggapan ini menimbulkan adanya ramalan yang ‘baik’ dan ‘buruk’. Suatu ramalan yang ‘baik’ hasilnya harus mendekati akurat yang berarti mendekati standar statistika yang telah ditetapkan Butler et al., 1996: 4-6.

8. Penaksiran dan Peramalan Permintaan

Arsyad 2000: 166 menjelaskan bahwa penaksiran permintaan merupakan proses untuk menemukan nilai dari koefisien-koefisien fungsi permintaan akan suatu produk pada masa kini current value. Sedangkan commit to user 33 prakiraan permintaan merupakan proses penemuan nilai-nilai permintaan pada periode waktu yang akan datang future value. Nilai-nilai masa kini dibutuhkan untuk mengevaluasi optimalitas penentuan harga sekarang dan kebijaksanaan promosi dan untuk membuat keputusan sehari-hari. Nilai- nilai pada waktu yang akan datang diperlukan untuk perencanaan produksi, pengembangan produk baru, investasi, dan keadaan-keadaan lain dimana keputusan yang harus dibuat mempunyai dampak pada periode waktu yang panjang. Peramalan permintaan adalah upaya untuk mengetahui kemungkinan perubahan permintaan atau jumlah produk yang diminta oleh konsumen di masa yang akan datang. Peramalan permintaan dapat dibagi menjadi dua metode yaitu kuantitatif dan kualitatif. Metode peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas judgement dari seseorang atau kelompok orang. Hasil dari peramalan kualitatif dapat berupa angka-angka tetapi biasanya tidak didasarkan atas suatu data historis. Metode peramalan kuantitatif adalah metode peramalan yang menggunakan data historis sebagai dasar pijakannya. Metode kuantitatif dibagi menjadi dua bagian yaitu metode deret waktu dan metode kausal. Dasar pemikiran peramalan dengan deret waktu adalah bahwa sekumpulan data mempunyai pola dan karakteristik tertentu. Jika pola tersebut dipelajari dan diketahui, maka dapat digunakan untuk memproyeksikan data yang akan datang. Metode yang dapat digunakan diantaranya moving average, eksponential smoothing, model Box-Jenkins, dan metode dekomposisi. Peramalan commit to user 34 permintaan dengan metode kausal dilakukan dengan mencari hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu produk variabel bebas terhadap permintaan suatu produk variabel tak bebas Herlambang, 2000: 105-108.

9. Analisis Deret Berkala Time Series

Makridakis et al. 1999: 329-331 menjelaskan bahwa penggunaan metode-metode peramalan umum meliputi dua tugas dasar yaitu analisis deret data dan seleksi model peramalan yang paling cocok dengan deret data tersebut. Kategori utama teknik peramalan deret berkala adalah pemulusan smoothing dan dekomposisi decomposition. Metode pemulusan mendasarkan ramalannya pada prinsip perata-rataan penghalusan kesalahan-kesalahan masa lalu dengan menambahkan persentase kesalahan pada persentase ramalan sebelumnya. Metode dekomposisi deret berkala didasarkan pada prinsip “pemecahan” data deret berkala ke dalam masing-masing komponennya yaitu musiman, trend, siklus dan unsur random, dan kemudian dilakukan peramalan terhadap nilai masing-masing dan komposisi tersebut secara terpisah dan akhirnya menggabungkan kembali ramalan-ramalan tersebut. Pada suatu persamaan dengan metode deret berkala, variabel bebas persamaan merupakan nilai sebelumnya dari variabel tak bebas. Nilai-nilai ini merupakan nilai-nilai time-laged dari variabel tak bebas, sehingga digunakan istilah auotoregresi AR untuk menjelaskan persamaan tersebut. commit to user 35 俰 1 俰 1 2 俰 2 俰 … 1 Kemudian dilakukan pembobotan terhadap nilai-nilai sebelumnya sehingga persamaan 1 menjadi bentuk sebagai berikut : 俰 1 1 2 2 尳 … 2 Keterangan: 俰 = variabel terikat pada saat t Y 1 … Y = variabel terikat pada saat time lag t – 1 …. t – k a = konstanta b 1 … b k = parameter dari Y 1 … Y = nilai kesalahan pada saat t e 1 … e = nilai kesalahan pada periode sebelumnya Pada persamaan 2 secara eksplisit ditetapkan hubungan ketergantungan antara nilai-nilai kesalahan yang berurutan dan persamaan disebut model moving average MA. Model-model autoregresif AR dapat secara efektif digabungkan dengan model moving average MA untuk membentuk kelas model yang sangat umum dan berguna dalam model deret berkala yang biasanya dinamakan pola atau proses autoregresivemoving average ARMA. Alat-alat metodologi untuk menganalisis data deret berkala diantaranya adalah Makridakis et al., 1999: 337-348 : commit to user 36 a. Plot data Langkah pertama yang baik untuk menganalisis data deret berkala adalah memplot data tersebut secara grafis. Hal ini akan bermanfaat untuk memplot berbagai versi data moving average untuk menetapkan adanya trend penyimpangan nilai tengah untuk menghilangkan pengaruh musim pada data deseasonilize the data. b. Koefisien autokorelasi Statistik kunci di dalam analisis deret berkala adalah koefisien autokorelasi, yaitu korelasi deret berkala dengan deret berkala itu sendiri dengan selisih waktu lag 0, 1, 2 periode atau lebih. c. Distribusi sampling autokorelasi Konsep dari distribusi sampling sangat penting di dalam analisis deret berkala karena dapat memberikan petunjuk untuk menilai koefisien autkorelasi dan bagaimana hubungannya dengan signifikansi. d. Periodogram dan analisis spektral Dilakukan dengan menguraikan data dalam himpunan gelombang sinus siklus pada frekuensi yang berbeda-beda. Nilai pengujian kumpulan amplitude dari berbagai gelombang tersebut dapat membantu penentapan unsur random, unsur musiman, dan autokorelasi positif atau negatif dalam deret berkala. e. Koefisien autokorelasi parsial Autokorelasi parsial digunakan utnuk mengukur tingkat keeratan association antara dan , apabila pengaruh dari time lag 1, 2, commit to user 37 3, … dan seterusnya sampai 1 dianggap terpisah. Koefisien autokorelasi berorde didefinisikan sebagai koefisien autoregresif terakhir dari model AR 晦 .

10. Metode Box-Jenkins ARIMA

Terdapat alat peramalan baru yang dikenal dengan metode Box- Jenkins BJ atau lebih dikenal dengan metode ARIMA. Metode ini tidak menekankan pada analisis probabilistik atau stokastik, tetapi lebih kepada kelengkapan data ekonomi deret berkala time series dengan filosofi “let the data speak themselves”. Tidak seperti model regresi, dimana Y t dijelaskan oleh k regresi X 1 , X 2 , X 3 , …, X k , jenis model time series BJ mengijinkan Y t dijelaskan oleh masa lalu, atau lag, nilai dari Y itu sendiri dan stochastic error terms. Untuk alasan tersebut, model ARIMA seringkali disebut model atheoretic karena model ini tidak berdasarkan dari berbagai teori ekonomi, dan teori ekonomi seringkali berbentuk model persamaan simultan Gujarati, 2003: 837. Menurut Hyndman 2001: 1 ARIMA adalah suatu model matematika yang digunakan untuk peramalan. ARIMA merupakan singkatan dari autoregressive, integrated, moving average. Setiap kata dari singkatan tersebut menjelaskan suatu bentuk model matematika yang berbeda. ARIMA telah dipelajari secara ekstensif dan merupakan bagian utama dari analisis time series. Model ini dipopulerkan oleh George Box dan Gwilym Jenkins pada awal 1970-an dan sekarang dikenal dengan commit to user 38 model Box-Jenkins. Pendekatan ARIMA yang digunakan untuk peramalan adalah berdasarkan pada hal-hal berikut: a. peramalan berdasarkan pada fungsi linear dari sampel yang diobservasi b. tujuannya adalah untuk menemukan model yang paling sederhana yang mampu memberikan diskripsi yang cukup dari data yang diobservasi, kadangkala ini disebut prinsip parsimony. Setiap proses ARIMA terdiri dari tiga bagian, yaitu autoregressive AR, integrated I, dan moving average MA Hyndman, 2001: 1-2. a. AR : bagian ini menjelaskan bagaimana setiap observasi adalah suatu fungsi dari p observasi sebelumnya. Sebagai contoh, jika p = 1, maka setiap observasi adalah suatu fungsi hanya dari satu observasi sebelumnya. 俰 1 俰 1 dimana 俰 menunjukkan nilai observasi pada waktu t, 俰 1 menunjukkan nilai observasi sebelumnya pada waktu t – 1, menunjukkan beberapa random eror dan c dan 1 adalah konstanta. Nilai lain yang diamati dapat dimasukkan pada sisi kanan persamaan jika p 1: 俰 1 俰 1 2 俰 2 俰 b. I : bagian ini menentukan apakah nilai observasi dibentuk secara langsung, atau apakah ada perbedaan differences antara observasi yang berurutan dengan model. Jika d = 0, observasi dibentuk secara commit to user 39 langsung. Jika d = 1, differences dilakukan sekali. Jika d = 2, differences dilakukan dua kali. Dalam prakteknya jarang sekali nilai d lebih dari 2. c. MA : bagian ini menjelaskan bagaimana setiap observasi adalah suatu fungsi dari q eror sebelumnya. Sebagai contoh, jika q = 1, maka setiap observasi adalah suatu fungsi hanya dari satu eror sebelumnya 俰 1 1 menunjukkan random eror pada waktu t dan 1 menunjukkan random eror sebelumnya pada waktu t – 1. Eror yang lain dapat dimasukkan pada sisi kanan persamaan jika q 1. Menurut Sugiarto dan Harijono 2000 dalam Ratna 2004: 26-27 metode ARIMA berbeda dengan metode peramalan lain karena metode ini tidak mensyaratkan suatu pola data tertentu supaya model dapat bekerja dengan baik. Secara teoritis, metode Box-Jenkins merupakan metode yang canggih terutama untuk melakukan peramalan jangka pendek. Akan tetapi secara praktis terdapat beberapa kelemahan diantaranya: 1. jumlah data yang dibutuhkan relatif sangat besar. untuk data bulanan yang bersifat musiman misalnya, paling tidak dibutuhkan 72 data. 2. apabila terdapat data baru yang tersedia, seringkali parameter dari model ini harus diestimasi ulang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa adanya revisi total terhadap model yang sudah dibuat. 3. waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk mencari model yang tepat. commit to user 40 Selanjutnya Hanke et al. 2001 dalam Ratna 2004: 27 juga menyatakan bahwa jumlah data yang dibutuhkan pada metode ini relatif besar. Untuk data non musiman paling tidak dibutuhkan 40 data atau lebih untuk membangun sebuah model ARIMA, sedangkan untuk data musiman paling tidak data sekitar 6-10 tahun tergantung pada masa periode musiman yang digunakan. Menurut Gujarati 2003 : 840-848 metode Box-Jenkins terdiri dari empat tahap, yaitu identifikasi, penaksiran parameter, pemeriksaan diagnostik, dan peramalan. a. Identifikasi Aspek-aspek AR dan MA dari model ARIMA hanya berhubungan dengan deret berkala yang stasioner, sedangkan banyak data deret berkala yang bersifat non-stasioner. Suatu data deret berkala dikatakan stasioner apabila data deret berkala tersebut diplot dan kemudian tidak terbukti adanya perubahan nilai tengah dan varian yang jelas dari waktu ke waktu Makridakis et al., 1999: 332-333. Makridakis et al. 1999: 351 menambahkan bentuk visual dari plot deret berkala dapat digunakan untuk menguji apakah suatu data deret berkala telah stasioner atau tidak stasioner, demikian pula plot autokorelasi dapat dengan mudah memperlihatkan ketidakstasioneran. Nilai-nilai autokorelasi dari data stasioner akan turun sampai nol sesudah time-lag kedua atau ketiga, sedangkan untuk data yang tidak stasioner, nilai-nilai tersebut berbeda signifikan dari nol untuk commit to user 41 beberapa periode waktu. Apabila disajikan secara grafik, autokorelasi data yang tidak stasioner memperlihatkan suatu trend searah diagonal dari kanan ke kiri bersama dengan meningkatnya jumlah time-lag selisih waktu. Alat utama pada tahap identifikasi adalah autocorrelation function ACF, partial autocorrelation function PACF, dan hasil correlogram. Konsep dari autokorelasi parsial adalah analogi dari konsep koefisien regresi parsial. Pada model regresi berganda k variabel, koefisien regresi mengukur tingkat perubahan nilai tengah dari regresi untuk suatu unit perubahan pada tingkat regresi ke-k, dimana pengaruh seluruh regresor lainnya dianggap konstan. Pada trend yang sama autokorelasi parsial mengukur korelasi antara observasi time series pada periode k setelah dibandingkan dengan korelasi pada lag pertengahan misalnya pada periode lag kurang dari k. Dengan kata lain, autokorelasi parsial adalah korelasi antara Y t dan 俰 setelah perubahan dampak pada nilai tengah Y Gujarati, 2003: 841-842. Penetapan karakteristik data deret berkala seperti stasioner, musiman, dan sebagainya, memerlukan suatu pendekatan yang sistematis. Hal ini akan membantu untuk mendapatkan gambaran mengenai model-model yang akan dianalisis. Beberapa model yang sering digunakan adalah: commit to user 42 1. Model MA 0,0,q 1 1 2 2 2. Model AR p,0,0 ′ Φ 1 1 Φ 2 2 Φ 3. Model ARMA p,0,q Φ 1 1 Φ 2 2 Φ 1 1 atau 1 Φ Φ Φ _ 1 θ θ θ 4. Model ARIMA p,d,q P,D,Q s 1 Φ 1 Φ 2 2 Φ 1 1 θ 1 θ 2 2 θ Keterangan: = variabel yang diamati = konstanta moving average … = parameter … ′ = konstanta autoregressive Φ 1 … Φ = parameter 1 … AR = autoregressive MA = moving average ARMA = autoregressive moving average commit to user 43 ARIMA = autoregressive integrated moving average p = orde autoregressive tanpa musiman d = orde differencing tanpa musiman q = orde moving average tanpa musiman P = orde autoregressive dengan musiman D = orde differencing dengan musiman Q = orde moving average dengan musiman s = jumlah musim dalam satu periode Makridakis et al., 1999: 385-395. b. Penaksiran parameter Setelah berhasil menetapkan identifikasi model sementara, selanjutnya menetapkan parameter-parameter AR dan MA, musiman dan tidak musiman harus ditetapkan dengan cara yang terbaik. Menurut Makridakis et al. 1999: 406-407 terdapat dua cara mendasar untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut, yaitu : 1. Dengan cara mencoba-coba trial and error, menguji beberapa nilai yang berbeda dan memilih satu nilai tersebut atau sekumpulan nilai, apabila terdapat lebih dari satu parameter yang akan ditaksir yang meminimumkan jumlah kuadrat nilai sisa sum of squared residuals. 2. Perbaikan secara iteratif, memilih taksiran awal dan kemudian membiarkan program komputer memperhalus penaksiran tersebut secara iteratif. commit to user 44 c. Pemeriksaan diagnostik Makridakis et al. 1999: 411-414 mengatakan setelah berhasil menaksir nilai-nilai parameter dari model ARIMA yang ditetapkan sementara, selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk membuktikan bahwa model tersebut cukup memadai. Terdapat dua cara mendasar untuk melakukannya, yaitu: 1. Mempelajari nilai sisa residual untuk melihat apakah masih terdapat beberapa pola yang belum diperhitungkan. Nilai sisa kesalahan yang tertinggal sesudah dilakukan proses pencocokan model ARIMA, diharapkan hanya merupakan gangguan random. Oleh karena itu, apabila autokorelasi, parsial dan spektrum garis dari nilai sisa telah diperoleh, kita berharap akan menemukan: i tidak ada autokorelasi yang signifikan, ii tidak ada parsial yang signifikan, dan iii adanya konsistensi dari amplitudo yang tinggi melalui seluruh nilai frekuensi pada spektrum garis. 2. Mempelajari statistik sampling dari pemecahan optimum untuk melihat apakah model tersebut masih dapat disederhanakan. Asumsi-asumsi statistik yang mendasari model umum ARIMA, memberikan beberapa angka statistik yang harus dihitung setelah nilai-nilai koefisin optimum diukur. Sebagai contoh, untuk setiap koefisien akan terdapat kesalahan standart standard error untuk masing-masing koefisien tersebut dan karena seluruh commit to user 45 koefisien diukur bersama-sama maka akan terdapat distribusi sampling bersama-sama dari koefisien-koefisien tersebut. Hal ini akan menghasilkan matriks interkorelasi yang memperlihatan bagaimana bermacam-macam koefisien saling berhubungan satu dengan lainnya. d. Peramalan Metode ARIMA adalah suatu metode yang populer untuk peramalan karena metode ini dapat mengembangkan struktur matematika dengan baik dari berbagai hal yang mungkin untuk menghitung variasi model khusus seperti memprediksi interval. Ini merupakan suatu hal yang sangat penting dalam peramalan untuk memastikan bahwa mereka mampu meramalkan hal yang tidak pasti agar dapat dikuantitatifkan Hyndman, 2001: 2. Menurut Makridakis et al. 1999: 382, pendekatan Box-Jenkins pada tahap pertama identifikasi adalah merumuskan sekelompok model-model yang umum kemudian dilanjutkan dengan penetapan model untuk sementara. Tahap kedua meliputi penaksiran dan pengujian, yang dilakukan adalah penaksiran parameter pada model sementara dan pemeriksaan diagnosa untuk menentukan apakah model memadai atau tidak. Jika model sudah memadai maka dilanjutkan pada tahap ketiga penerapan yaitu menggunakan model untuk peramalan. Akan tetapi jika model belum memadai maka kembali pada tahap commit to user 46 pertama demikian seterusnya sampai ditemukan model yang memadai yang dapat digunakan untuk peramalan.

11. Penelitian Terdahulu

a. Analisis Penawaran dan Permintaan

Penelitian Maulana et al. 2006: 207-230 dengan judul Analisis Kendala Penawaran dan Kebijakan Revitalisasi Produksi Padi, metode analisis yang digunakan adalah tabulasi silang dan model ekonometrika untuk menduga fungsi penawaran dan data yang digunakan adalah data sekunder periode 1969-2005. Aspek yang menjadi fokus análisis dalam penelitian ini adalah 1 masalah dan kendala; 2 potensi dan prospek; dan 3 kebijakan strategis. Hasil análisis menunjukkan kecenderungan penurunan laju pertumbuhan produksi padi adalah akibat dari kombinasi: a penurunan luas baku lahan sawah, khususnya di Jawa, dan b kemandekan, bahkan penurunan produktivitas lahan. Berdasarkan kecenderungan historis dan bila program revitalisasi industri perberasan nasional tidak efektif, diperkirakan produksi beras akan mengalami pertumbuhan negatif pada periode tahun 2006-2010 dan Indonesia akan terpaksa mengimpor beras dalam jumlah yang semakin besar. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kapasitas produksi industri perberasan nasional harus diorientasikan dari fokus kebijakan harga ke peningkatan kapasitas produksi, melalui a rehabilitasi dan ekstensifikasi infrastruktur irigasi; b pembukaan lahan sawah baru, commit to user 47 dan c memacu inovasi teknologi, termasuk revitalisasi sistem penelitian dan pengembangan pertanian serta sistem diseminasi inovasi pertanian dengan deregulasi dan penciptaan iklim kondusif bagi investor swasta. Nuryanti 2005: 71-81 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia menggunakan model keseimbangan Cobweb hasilnya menunjukkan bahwa dalan jangka pendek dan jangka panjang kenaikan harga beras akan meningkatkan penawaran beras. Pengaruh kenaikan harga pupuk urea dalam jangka pendek akan menurunkan penawaran beras, sementara dalam jangka panjang akan meningkatkan penawaran beras serta menurunkan harga beras. Pengaruh peningkatan pendapatan per kapita dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras, dan dalam jangka panjang tidak mengakibatkan perubahan permintaan dan harga beras. Sementara itu peningkatan jumlah penduduk dalam jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan peningkatan permintaan dan harga beras dengan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh peningkatan pendapatan per kapita terhadap permintaan dan harga beras. Stabilitas keseimbangan sistem penawaran dan permintaan beras dalam jangka pendek keluar dari keseimbangan, namun dalam jangka panjang sistem menuju pada harga keseimbangan dan sistem kembali stabil. Implikasi dari kajian ini adalah bahwa kebijakan harga input pupuk urea dan commit to user 48 harga output gabah tidak menimbulkan gangguan stabilitas pasar, penawaran dan permintaan beras relatif stabil, artinya cukup aman untuk dilaksanakan. Kariyasa 2001: 1-21 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi di Indonesia Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi Swasembada Daging Sapi 2005 menggunakan metode Three Stage Least Squares 3SLS untuk menganalisis data time series periode 1970-1999. Hasil analisis menunjukkan bahwa peubah-peubah yang secara ekonomi sesuai dengan hipotesis berpengaruh terhadap produksi daging sapi dalam negeri adalah: harga daging sapi dalam negeri, suku bunga, populasi ternak sapi, harga ternak sapi, dan harga pakan. Pada persamaan impor daging sapi Indonesia ada empat peubah yang berpengaruh secara ekonomi yaitu harga daging sapi impor, kurs rupiah terhadap dolar AS, tarif impor, dan peubah harga daging sapi dalam negeri. Sedangkan pada persamaan permintaan daging sapi dalam negeri peubah-peubah yang berpengaruh secara ekonomi adalah harga daging sapi dalam negeri, harga ikan, harga telur, harga daging kambing, pendapatan per kapita dan selera. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produksi daging sapi dalam negeri hanya respon terhadap perubahan peubah harga daging sapi itu sendiri dan harga ternak sapi. Sementara itu permintaan daging sapi dalam negeri hanya respon terhadap perubahan peubah commit to user 49 harga daging sapi itu sendiri dan pendapatan per kapita. Saat krisis ekonomi produksi dan permintaan daging sapi dalam negeri masing- masing 1,3 dan 0,5 kali lebih rendah dibanding sebelum krisis ekonomi. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa harga riil daging sapi dalam negeri saat krisis ekonomi sebenarnya sekitar 3,7 kali lebih rendah dibanding sebelum krisis ekonomi. Hal ini diduga terjadi akibat laju peningkatan inflasi lebih dari 3 kali dibanding laju peningkatan harga nominalnya. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun kedepan ketergantungan Indonesia akan daging sapi impor semakin besar. Hal ini terlihat pada tahun 2000, produksi daging sapi dalam negeri masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri sebesar 93, sedangkan pada tahun 2009 diperkirakan proporsi tersebut berubah menjadi 79 dibanding 21.

b. Analisis Peramalan Penawaran dan Permintaan

Penelitian Contreras et al. 2003: 1014-1020 dengan judul ARIMA Models to Predict Next-Day Electricity Prices menggunakan dua model ARIMA untuk meramalkan harga perjam pada penggunaan listrik di Spanyol dan California. Pada model Spanyol perlu lima jam untuk meramalkan harga yang akan datang, sebaliknya pada model California hanya memerlukan dua jam saja. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan struktur penawaran dan kepemilikan. Rata- rata eror pada pasar Spanyol berkisar antara 10 dengan dan tanpa commit to user 50 variabel penjelas, dan berkisar 5 pada periode yang stabil dari pasar California berkisar 11 selama tiga minggu, dan tanpa variabel penjelas. Di Spanyol, variabel penjelas hanya diperlukan pada bulan dengan korelasi yang tinggi antara produksi hidro yang tersedia dan harga. Sedangkan pada bulan yang lainnya, dampak ini tidak ada. Untuk kedua pasar tersebut, tidak ada eror yang layak, diambil dalam jumlah sifat yang kompleks dari harga time series dan hasil sebelumnya dilaporkan dalam literature teknis, sebagian berasal dari Artificial Neural Networks. Peramalan harga menjadi semakin dibutuhkan oleh produsen dan konsumen pada pasar listrik kompetitif yang baru. Baik untuk penempatan pasar dan kontrak jangka panjang, peramalan harga diperlukan untuk mengembangkan penawaran strategi atau kemampuan negosiasi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Penelitian ini menggunakan metode untuk meramalkan harga listrik harian dengan metode ARIMA. Teknik ARIMA digunakan utnuk menganalisis data time series, dahulu dipakai untuk meramalkan beban penggunaan listrik, dengan tingkat akurasi dan matematika yang baik. Nochai dan Titida 2006: 1-7 dalam penelitiannya yang berjudul ARIMA Model for Forecasting Oil Palm Price menggunakan tiga model untuk meramalkan harga minyak yaitu harga petani, harga grosir, dan harga minyak murni untuk periode lima tahun, 2000-2004. Tujuan dari penelitian ini adaah untuk menemukan model ARIMA commit to user 51 yang tepat untuk meramalkan ketiga bentuk harga minyak sawit dengan memperhatikan rata-rata persentase eror absolute yang minimum the minimum of mean absolute percentage error – MAPE. Hasil peramalannya adalah sebagai berikut: a Model ARIMA untuk meramalkan harga minyak sawit di tingkat petani adalah ARIMA 2,1,0 dengan bentuk model 俰 俰 1 0,4621 俰 1 俰 2 0,3899 俰 2 俰 3 dengan MAPE 13,23 . b Model ARIMA untuk meramalkan harga minyak sawit di tingkat grosir adalah ARIMA 1,0,1 atau ARMA 1,1 dengan bentuk model 俰 3,106 0,8039 俰 1 0,3466 1 dengan MAPE 9,01 . c Model ARIMA untuk meramalkan harga minyak sawit murni adalah ARIMA 3,0,0 atau AR 3 dengan bentuk model 俰 1,8778 1,4313 俰 1 0,8840 俰 2 0,3781 俰 3 dengan MAPE 5,27 . Penelitian Ratna Allyne 2004: 1-152 dengan judul Peramalan Permintaan Beberapa Komoditi Sayuran Pada PT. Saung Mirwan, Bogor bertujuan untuk i mengetahui bagaimana pola permintaan brokoli, kedelai jepang, lettuce head, tomat ceri, dan tomat rianto, dan ii mengetahui metode peramalan apa yang sesuai untuk peramalan permintaan kelima jenis sayuran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang terdiri dari metode time series dan kausal commit to user 52 regresi. Metode time series menggunakan data permintaan aktual tahun 2000 – Agustus 2003, sedangkan metode regresi menggunakan data tahun 2000 – Agustus 2003 dengan variabel independen permintaan sebelumnya, harga jual rata-rata dan periode waktu. Peramalan dilakukan pada masing-masing komoditi dengan menggunakan metode kuantitatif terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola data permintaan pada kelima komoditi sayuran tidak stasioner dimana terdapat unsur trend dan musiman. Metode terbaik berdasarkan nilai MSE terkecil adalah ARIMA, kecuali pada komoditi kedelai Jepang. Persamaan permintaan untuk masing-masing komoditi adalah : a brokoli → ARIMA 2,0,0 俰 150,28 0,5649 俰 1 0,215俰 2 ; b kedelai jepang → dekomposisi multiplikatif 俰 2348,79 0,330530 ; c lettuce head → ARIMA 2,1,1 1 0,7859 0,1383 1 俰 2,058 1 0,9895 ; d tomat ceri → ARIMA 3,1,1 1 0,5714 0,0937 0,2035 1 俰 2,4367 1 0,9915 ; e tomat rianto → ARIMA 3,0,0 俰 296,8 0,4884 1 0,1229俰 2 0,2041俰 3 commit to user 53 Penelitian Kardoyo dan Mudrajat 2002: 7-20 tentang Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box-Jenkins: Studi Empiris RpUS dan RpYen, 1983.2-2000.3 menyimpulkan bahwa: i dengan cocok dan layaknya model kurs valas Frenkel-Bilson yang melibatkan variabel fundamental ekonomi jumlah uang beredar JUB, tingkat pendapatan nasional, dan tingkat suku bunga, serta signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut dalam menjelaskan fluktuasi kurs RpUS, menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas suku bunga interest rate parity berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs valas RpUS ; ii model kurs valas kasus Indonesia yang melibatkan variabel fundamental ekonomi, jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional, dan tingkat inflasi serta signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi dalam model tersebut dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs RpUS memberikan hasil bahwa model tersebut layak dan cocok untuk diterapkan untuk menganalisis kurs RpUS. Variabel tingkat inflasi Indonesia terhadap Amerika Serikat signifikan dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs RpUS. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya beli juga berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs RpUS; iii ketiga model kurs valas yaitu model kurs valas Frenkel-Bilson, Dornbusch-Frankel, maupun model Hooper-Morton tidak bisa diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs RpYen. Model kurs RpYen dengan melibatkan variabel jumlah uang beredar dan tingkat commit to user 54 inflasi justru mampu menjelaskan fenomena fluktuasi kurs RpYen. Variabel tingkat inflasi Indonesia terhadap inflasi Jepang bertanda positif dan signifikan. Ini berarti doktrin paritas daya beli purchasing power parity juga berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs RpYen.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

a. Metode ARIMA Box-Jenkins

Metode yang digunakan untuk peramalan permintaan dan pernawaran beras adalah metode ARIMA metode Box-Jenkins. Setiap proses ARIMA terdiri dari tiga bagian, yaitu autoregressive AR, integrated I, dan moving average MA. Model ini sering ditulis dalam bentuk pendek ARIMA p, d, q dimana p menjelaskan AR, d menjelaskan bentuk integrated dan q menjelaskan MA. Menurut Gujarati 2003: 840-848 metode Box-Jenkins terdiri dari empat tahap, yaitu identifikasi, penaksiran parameter, pemeriksaan diagnostik, dan peramalan. a. Identifikasi Aspek-aspek AR dan MA dari model ARIMA hanya berhubungan dengan deret berkala yang stasioner, sedangkan banyak data deret berkala yang bersifat non-stasioner. Suatu data deret berkala dikatakan stasioner apabila data deret berkala tersebut diplot dan kemudian tidak terbukti adanya perubahan nilai tengah dan varian yang jelas dari waktu ke waktu. Alat utama pada tahap identifikasi commit to user 55 adalah autocorrelation function ACF, partial autocorrelaion function PACF, dan hasil correlogram. Konsep dari autokorelasi parsial adalah analogi dari konsep koefisien regresi parsial. Autokorelasi parsial adalah korelasi antara Yt dan 俰 setelah perubahan dampak pada nilai tengah Y Gujarati, 2003: 841-842. b. Penaksiran parameter Setelah berhasil menetapkan identifikasi model sementara, selanjutnya menetapkan parameter-parameter AR dan MA, musiman dan tidak musiman harus ditetapkan dengan cara yang terbaik. Untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut dapat dilakukan dengan cara perbaikan secara iteratif, yaitu dengan memilih taksiran awal dan kemudian membiarkan program komputer memperhalus penaksiran tersebut secara iteratif. c. Pemeriksaan diagnostik Makridakis et al. 1999: 411-414 mengatakan setelah berhasil menaksir nilai-nilai parameter dari model ARIMA yang ditetapkan sementara, selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk membuktikan bahwa model tersebut cukup memadai. Terdapat dua cara mendasar untuk melakukannya, yaitu: 1. Mempelajari nilai sisa residual untuk melihat apakah masih terdapat beberapa pola yang belum diperhitungkan. 2. Mempelajari statistik sampling dari pemecahan optimum untuk melihat apakah model tersebut masih dapat disederhanakan. commit to user 56 d. Peramalan Metode ARIMA adalah suatu metode yang popular untuk peramalan karena metode ini dapat mengembangkan struktur matematika dengan baik dari berbagai hal yang mungkin untuk menghitung variasi model khusus seperti memprediksi interval. Ini merupakan suatu hal yang sangat penting dalam peramalan untuk memastikan bahwa mereka mampu meramalkan hal yang tidak pasti agar dapat dikuantitatifkan Hyndman, 2001: 2. Model ARIMA merupakan suatu bentuk model umum yang digunakan untuk data forecasting. Menurut Chan dan Chan 2008 dalam Sukma 2010: 4 variasi dari model ARIMA adalah dengan adanya variabel tambahan yang disebut ARIMAX, dimana X menunjukkan variabel tambahan. Beberapa penelitian dengan menggunakan model ARIMAX, diantaranya adalah penelitian Sukma 2010, Sari 2010, dan Suci 2010. Pada penelitian Sukma 2010 dan Suci 2010 variabel tambahan yang digunakan adalah variabel dummy untuk efek variasi kalender. Uji variabel dummy dilakukan dengan menggunakan uji titik patah Chow Chow’s breakpoint test. Uji variabel dummy terdapat dalam penelitian Darsono 2009 dengan hasil dummy 0 untuk data periode tahun 1975 – 1997 sedangkan dummy 1 untuk data periode tahun 1998-2009. Penelitian dengan uji variabel dummy juga terdapat pada penelitian Kuncoro dan Inayah 2003 yang menganalisis tentang studi perilaku kurs commit to user 57 RpUS selama periode 1 Januari 1999 – 30 April 2002. Variabel dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk membedakan sebelum dan sesudah pelaksanaan otonomi daerah.

b. Model Persamaan Simultan

Pada persamaan simultan nilai Y tidak hanya ditentukan oleh X tetapi beberapa dari X sebaliknya, ditentukan oleh Y. Secara ringkas, terdapat hubungan dua arah atau simultan antara X dan beberapa dari X, yang membuat perbedaan antara variabel tak bebas dan variabel yang menjelaskan menjadi meragukan. Dengan kata lain bahwa variabel tak bebas dalam satu persamaan mungkin muncul sebagai variabel yang menjelaskan dalam persamaan lain dari sistem. Oleh karena itu, variabel yang menjelaskan tak bebas dependent exsplanatory variable menjadi stokastik dan biasanya berkorelasi dengan gangguan dari persamaan dimana variabel tadi muncul sebagai variabel yang menjelaskan. Pada persamaan simultan yang dilakukan adalah mengumpulkan secara bersama-sama sejumlah variabel yang dapat ditentukan secara simultan oleh kumpulan variabel sisanya. Dalam model persamaan seperti ini terdapat lebih dari satu persamaan, satu untuk tiap variabel tak bebas, atau bersifat endogen atau gabungan atau bersama. Dalam model persaman simultan kita tidak mungkin menaksir dari satu persamaan tunggal tanpa memperhitungkan informasi yang diberikan oleh persamaan lain dalam sistem Gujarati, 2004: 307. commit to user 58 Model persamaan simultan dapat diterapkan pada analisis penawaran dan permintaan. Dengan menggunakan asumsi pada kondisi eseimbangan pasar permintaan beras akan sama dengan penawaran beras. Setelah memperoleh model persamaan penawaran dan permintaan beras dengan menggunakan metode ARIMA serta adanya penambahan variabel dummy, maka peramalan permintaan dan penawaran beras untuk tahun-tahun berikutnya dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan persamaan simultan. Persamaan yang diperoleh pada kondisi keseimbangan pasar ini kemudian digunakan untuk peramalan permintaan dan penawaran beras. commit to user 59 Dinamika Penawaran dan Permintaan Beras Model ARIMA Penawaran dan Permintaan Beras Uji Variabel Dummy Otonomi Daerah Persamaan Simultan Penawaran dan Permintaan Beras Peramalan Penawaran dan Permintaan Beras Plot data Stasioner Tidak stasioner Differencing nilai d Stasioner Estimasi Model model tentatif permintaan dan penawaran Penaksiran Parameter menetapkan nilai parameter AR dan MA Pemeriksaan Diagnostik membandingkan model tentatif dengan model alternatif Peramalan Permintaan dan Penawaran Beras Ya Tidak penawaran beras tahun 1994 – 2010 permintaan beras tahun 1994 – 2010 Model ARIMAp,d,q penawaran Model Persamaan Simultan pada kondisi keseimbangan pasar Gambar 3. Kerangka Pemikiran Analisis Peramalan Permintaan dan Penawaran Beras Pada Era Otonomi Daerah di Kabupaten Sukoharjo Chow Breakpoint Test Otonomi Daerah Model ARIMA p,d,q permintaan D = 0, periode sebelum otda D = 1, periode setelah otda · Shock · Policy · Perubahan Iklim, dll commit to user 60

C. Pembatasan Masalah