commit to user 127
melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung usahatani padi, misalnya dengan penyediaan sarana dan prasarana produksi yang lebih baik dan
kegiatan penyuluhan yang lebih intensif. Sedangkan adanya kelebihan penawaran atau surplus dapat diperdagangkan di luar Kabupaten Sukoharjo,
dimana peran pemrintah dapat melalui penyediaan jaringan distribusi yang dapat memperlancar proses pemasaran. Bulog sebagai lembaga penyangga
pangan di Kabupaten Sukoharjo hendaknya juga memperhatikan keseimbangan antara penawaran dan permintaan beras sehingga harga yang
terbentuk di pasar tidak merugikan konsumen maupun produsen.
F. Pembahasan
Beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat penting dan strategis. Meskipun sekarang ini terdapat berbagai macam bahan pangan alternatif, beras
masih merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Sebagai bahan pangan pokok, kebutuhannya harus selalu dipenuhi. Kabupaten
Sukoharjo sebagai salah satu kabupaten penyangga pangan di propinsi Jawa Tengah sangat memperhatikan ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakatnya. Dinamika penawaran tahunan beras selama periode 17 tahun 1994 –
2010 memiliki pola yang berfluktuasi. Penawaran beras terendah terjadi pada tahun 1999, yaitu sebesar 157.895,088 ton. Dibandingkan dengan penawaran
tahun sebelumnya, pada tahun 1999 terjadi penurunan sebesar 10,63 . Pada tahun 2009 penawaran beras mencapai titik tertinggi, yaitu sebesar 196.239,80
ton. Pada tahun 2009 jumlah produktivitas padi berhasil mencapai 70,87 kuha.
commit to user 128
Fluktuasi penawaran tahunan beras yang terjadi disebabkan oleh perbedaan varietas dan teknologi yang digunakan, selain itu perubahan iklim juga ikut
mempengaruhi karena budidaya tanaman padi sangat tergantung pada kondisi iklim. Dinamika permintaan tahunan beras menunjukkan pola yang meningkat
dan linier. Jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan permintaan juga mengalami peningkatan. Karena jumlah penduduk yang
banyak juga memerlukan kebutuhan bahan pangan yang banyak pula. Data penawaran tahunan beras pada tahap uji stasioneritas data,
menunjukkan bahwa data penawaran belum stasioner. Untuk menstasionerkan data dilakukan proses pembedaan differencing. Pada differencing orde satu,
data penawaran tahunan beras sudah stasioner. Setelah mengetahui stasioneritas data, maka pada tahap selanjutnya yaitu estimasi parameter,
ditetapkan bahwa model tentatif untuk penawaran tahunan beras adalah ARIMA 0,1,1. Hasil estimasi model tentatif menunjukkan bahwa model
tentatif mempunyai RMSE sebesar 5.186,376; R
2
sebesar 0,850311 dan nilai F-statistic sebesar 79,52704. Kemudian estimasi parameter model tentatif
menunjukkan bahwa model tentatif mempunyai konstanta 2701,109 dan koefisien MA1 sebesar -2,232999. Berdasarkan nilai probabilitasnya,
parameter MA1 sudah signifikan karena nilai probabilitasnya 0,0041 lebih
kecil dari 0,05. Pada tahap uji diagnostik, setelah membandingkan model tentatif dengan
model alternatif lainnya, ditetapkan bahwa model tentatif ARIMA 0,1,1 adalah model ARIMA terbaik untuk penawaran tahunan beras. Hal ini
commit to user 129
dikarenakan model tentatif memiliki RMSE yang paling kecil dibanding model yang lainnya, yaitu sebesar 5.186,376. Pertimbangan lainnya adalah nilai R
2
paling tinggi, yaitu sebesar 0,850311. Nilai R
2
tersebut berarti bahwa model ARIMA 0,1,1 dapat menjelaskan variasi perubahan variabel bebas sebesar
85,0311 . Berdasarkan hasil uji-t, diketahui variabel dummy otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras.
Sedangkan variabel MA1 berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras.
Data permintaan tahunan beras pada tahap uji stasioneritas menunjukkan bahwa data permintaan tahunan beras belum stasioner. Untuk menstasionerkan
data dilakukan proses pembedaan differencing. Pada differencing orde satu, data permintaan tahunan beras masih belum stasioner dan baru menjadi
stasioner pada differencing kedua. Tahap kedua setelah uji stasioneritas adalah estimasi model. Pada tahap ini ditetapkan model tentatif ARIMA permintaan
tahunan beras adalah ARIMA 1,2,1. Berdasarkan hasil estimasi parameter, model tentatif mempunyai RMSE sebesar 2.016,135; R
2
sebesar 0,933452 dan nilai F-statistic sebesar 77,14651. Selanjutnya model tentatif mempunyai
konstanta -79,78165 dengan koefisien AR1 sebesar -0,679413 dan koefisien MA1 sebesar -2,6664447. Parameter AR dan MA model tentatif ini juga
signifikan karena nilai probabilitasnya untuk AR 0,0434 dan MA 0,0051 sudah lebih kecil dari 0,05.
Setelah ditetapkan model tentatif maka langkah berikutnya adalah membandingkan model tentatif dengan alternatif model yang lain. Hasil uji
commit to user 130
diagnostik menunjukkan bahwa model tentatif belum memenuhi kriteria sebagai model terbaik. Model ARIMA terbaik untuk permintaan tahunan beras
adalah ARIMA 2,2,1. Hal ini dikarenakan model ARIMA 2,2,1 memiliki RMSE sebesar 677,4671. Nilai ini merupakan nilai RMSE yang paling kecil
jika dibandingkan model alternatif lainnya. Selain itu nilai R
2
dari model terbaik juga lebih besar dari R
2
model tentatif. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa variabel dummy otonomi daerah dan variabel AR2 tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap permintaan tahunan beras. Sedangkan variabel AR1 dan variabel MA1 berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan
tahunan beras. Setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, sektor perberasan yang
termasuk dalam sektor pertanian sepenuhnya menjadi tangung jawab pemerintah daerah yang diatur melalui otonomi daerah. Dengan adanya
otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat lebih memaksimalkan potensi daerahnya masing-masing sehingga daerahnya dapat lebih berkembang.
Berdasarkan kondisi tersebut, kemudian digunakan variabel dummy otonomi daerah sebagai variabel tambahan dalam model ARIMA penawaran dan
permintaan tahunan beras. Variabel dummy digunakan untuk menguji apakah otonomi daerah berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan tahunan
beras di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil Chow Breakpoint Test periode tahun 1999 dan tahun
2001 tidak berpengaruh terhadap structural break data penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan periode tahun
commit to user 131
2000, nilai probabilitasnya signifikan pada tingkat signifikansi 95. Dengan demikian, periode tahun 2000 memberikan pengaruh structural break terhadap
data penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo. Sehingga, variabel dummy sebelum pelaksanaan otonomi daerah nilainya 0
untuk periode tahun 1994 – 1999, sedangkan variabel dummy setelah pelaksanaan otonomi daerah nilainya 1 untuk periode tahun 2000 – 2010.
Secara teknis beras merupakan produk sektor pertanian yang merupakan salah satu bidang kewenangan pemerintah daerah. Berdasarkan hal ini maka
pemerintah daerah secara proaktif harus berperan dalam menangani persoalan perberasan yang terjadi di daerahnya. Akan tetapi pada kenyataannya persoalan
beras tidak terbatas pada persoalan teknis produksi saja. Hal ini dikarenakan komoditi beras bukan hanya sebagai komoditi ekonomi saja, tetapi juga
merupakan komoditi sosial politis. Akibatnya, meskipun kewenangan sektor pertanian telah didesentralisasikan ke daerah, peran pemerintah daerah dalam
hal perberasan masih kecil. Pemerintah pusat masih terus memainkan peran yang dominan dan menentukan.
Pada era otonomi daerah, manajemen sistem kebijakan perberasan dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua. Pertama, manajemen sistem kebijakan
perberasan yang berkaitan dengan penanganan pasca panen dan kebijakan makro lainnya dilakukan oleh pemerintah pusat. Penetapan harga dasar gabah,
tarif impor, penyediaan kredit, peran Bulog, Raskin, dan subsidi pupuk, merupakan contoh unsur-unsur kebijakan perberasan yang sangat penting yang
ditentukan oleh pemerintah pusat. Dalam aspek-aspek kebijakan ini dapat
commit to user 132
dikatakan bahwa pemerintah daerah tidak mempunyai peran apa pun, baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam polemik mengenai isu kebijakan
perberasan nasional pasar bebas versus proteksionisme. Pada kondisi ini beras masih dan akan tetap menjadi komoditi yang menjadi urusan pemerintah
pusat. Kedua, sistem kebijakan yang menyangkut aspek penyediaan sarana dan
prasarana usahatani. Sesuai dengan kewenangan otonomi daerah, pelaksanaan aspek kebijakan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Peran pemerintah daerah misalnya melalui pembangunan jaringan irigasi dan penyuluhan pertanian tentang cara budidaya tanaman yang tidak merusak
lingkungan dan cara penanganan hama tanaman padi. Peran pemerintah yang lainnya ditunjukkan melalui penyediaan mesin perontok gabah rice milling
machine yang dapat disewa olah petani. Melalui penyediaan mesin perontok gabah ini diharapkan petani dapat segera mengolah hasil panennya, sehingga
kualitas beras yang dihasilkan juga tetap terjaga. Peran pemerintah daerah pada bidang perberasan dirasakan masih kecil dan tidak berpengaruh besar, karena
urusan yang terkait dengan beras sebagian besar masih menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Gambaran kondisi ini juga terlihat pada hasil
persamaan ARIMA untuk penawaran dan permintaan tahunan beras, dimana variabel dummy otonomi daerah pada masing-masing persamaan tidak
berpengaruh secara signifikan. Hal ini berarti bahwa adanya otonomi daerah tidak berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan tahunan beras di
Kabupaten Sukoharjo.
commit to user 133
Pada kondisi keseimbangan pasar, penawaran akan sama dengan permintaan. Berdasarkan kondisi ini maka model ARIMA terbaik yang telah
ditetapkan pada tahap sebelumnya akan disimultankan. Karena pada dasarnya penawaran dan permintaan saling mempengaruhi. Pada model persamaan
simultan ini juga ditambahkan variabel dummy sesuai dengan hasil uji Chow Breakpoint Test, untuk menguji pengaruh otonomi daerah terhadap penawaran
dan permintaan tahunan beras secara bersama-sama. Telah diketahui sebelumnya bahwa data penawaran tahunan beras
cenderung berfluktuasi, sedangkan data permintaan tahunan beras cenderung membentuk pola yang linier, yaitu terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Data permintaan tahunan beras yang cenderung linier tersebut menjadi pertimbangan untuk menggunakan data permintaan tahunan beras sebagai
variabel eksogen dalam penawaran tahunan beras pada model persamaan simultan.
Hasil estimasi model persamaan simultan menunjukkan bahwa nilai R
2
dan F-statistic sudah tinggi, dengan RMSE sebesar 8.823,807. Nilai R
2
model persamaan simultan sebesar 0,644626, dan nilai probabilistik dari F-statistic
adalah 0,020487. Hasil uji-t model persamaan simultan menunjukkan bahwa variabel dummy otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penawaran tahunan beras. Sedangkan variabel permintaan tahunan beras ARIMA 2,2,1 dan variabel MA1 berpengaruh secara signifikan terhadap
permintaan tahunan beras.
commit to user 134
Model persamaan simultan penawaran dan permintaan tahunan beras yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya, kemudian digunakan untuk
peramalan penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo periode tahun 2011 – 2015. Hasil analisis menunjukkan bahwa penawaran
tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 – 2015 cenderung mengalami penurunan. Sedangkan permintaan tahunan beras di Kabupaten
Sukoharjo pada tahun 2011 – 2015 cenderung mengalami peningkatan. Pola ini menunjukkan bahwa penawaran dan permintaan beras mempunyai pola yang
divergen atau berbeda. Hasil peramalan penawaran dan permintaan beras di Kabupaten
Sukoharjo tahun 2011 – 2015 jika dibandingkan, maka hasilnya menunjukkan bahwa penawaran masih lebih besar daripada permintaan. Hal ini berarti bahwa
produksi beras di Kabupaten Sukoharjo selama periode lima tahun ke depan masih dapat memenuhi permintaan masyarakat, bahkan masih terdapat surplus
atau kelebihan. Pada era otonomi daerah, peran pemerintah daerah di sektor perberasan
lebih ditekankan pada aspek sarana dan prasarana usaha tani. Sesuai dengan peran tersebut, menghadapai kondisi penawaran tahunan beras yang menurun
hendaknya pemerintah daerah terus memberikan bantuan dan pendampingan bagi para petani padi agar usahatani padi mempunyai produktivitas yang tinggi
sehingga hasil produksi padi tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan pokok masyarakat di Kabupaten Sukoharjo. Pendampingan yang
dilakukan pemerintah dapat berupa penyaluran pupuk yang merata, dan
commit to user 135
penyuluhan tentang sistem budidaya tanaman yang tidak merusak lingkungan serta cara pemberantasan hama yang tepat. Selain itu, pemerintah daerah
hendaknya menyediakan mesin perontok gabah secara lebih merata ke petani- petani padi serta pemantauan kualitas dan ketersediaan beras di pasar. Hal ini
penting untuk menjaga kualitas beras dan menghindari terjadinya tindakan- tindakan curang yang dapat merugikan konsumen maupun produsen. Melalui
penyediaan sarana dan prasarana usahatani yang lebih baik, diharapkan petani dapat meningkatkan hasil produksinya.
Selain penyediaan sarana dan prasarana usahatani yang lebih baik, pemerintah daerah juga dapat mengalokasikan anggaran yang lebih banyak
untuk penyuluhan pertanian. Dengan alokasi anggaran penyuluhan pertanian yang lebih banyak, diharapkan pendampingan kepada petani dapat dilakukan
secara lebih intensif sehingga kesulitan-kesulitan yang dialami petani selama kegiatan produksi dapat ditasi dengan baik. Kerjasama yang baik antara
pemerintah dan masyarakat, baik itu petani maupun konsumen, diharapkan dapat menjamin kecukupan ketersediaan beras di pasar sehingga kebutuhan
masyarakat akan bahan pangan utama dapat terpenuhi.
commit to user 136
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan