commit to user 37
3,  …  dan  seterusnya  sampai 1  dianggap  terpisah.  Koefisien
autokorelasi  berorde didefinisikan  sebagai  koefisien  autoregresif
terakhir dari model AR   晦  .
10. Metode Box-Jenkins ARIMA
Terdapat  alat  peramalan  baru  yang  dikenal  dengan  metode  Box- Jenkins BJ atau  lebih dikenal dengan metode ARIMA. Metode ini tidak
menekankan pada analisis probabilistik atau stokastik, tetapi  lebih kepada kelengkapan data ekonomi deret berkala  time series dengan filosofi “let
the  data  speak  themselves”.  Tidak  seperti  model  regresi,  dimana  Y
t
dijelaskan  oleh  k  regresi  X
1
,  X
2
,  X
3
,  …,  X
k
,  jenis  model  time  series  BJ mengijinkan Y
t
dijelaskan oleh masa lalu, atau lag, nilai dari Y itu sendiri dan  stochastic  error  terms.  Untuk  alasan  tersebut,  model  ARIMA
seringkali  disebut  model  atheoretic  karena  model  ini  tidak  berdasarkan dari berbagai teori ekonomi, dan teori ekonomi seringkali berbentuk model
persamaan simultan Gujarati, 2003: 837. Menurut  Hyndman  2001:  1  ARIMA  adalah  suatu  model
matematika  yang  digunakan  untuk  peramalan.  ARIMA  merupakan singkatan dari autoregressive, integrated, moving average. Setiap kata dari
singkatan  tersebut  menjelaskan  suatu  bentuk  model  matematika  yang berbeda.  ARIMA  telah  dipelajari  secara  ekstensif  dan  merupakan  bagian
utama dari  analisis  time  series.  Model  ini  dipopulerkan  oleh  George  Box dan  Gwilym  Jenkins  pada  awal  1970-an  dan  sekarang  dikenal  dengan
commit to user 38
model Box-Jenkins. Pendekatan ARIMA yang digunakan untuk peramalan adalah berdasarkan pada hal-hal berikut:
a.   peramalan berdasarkan pada fungsi linear dari sampel yang diobservasi b.  tujuannya  adalah  untuk  menemukan  model  yang  paling  sederhana
yang  mampu  memberikan  diskripsi  yang  cukup  dari  data  yang diobservasi, kadangkala ini disebut prinsip parsimony.
Setiap  proses  ARIMA  terdiri  dari  tiga  bagian,  yaitu  autoregressive  AR, integrated I, dan moving average MA Hyndman, 2001: 1-2.
a.  AR : bagian  ini menjelaskan bagaimana setiap observasi adalah suatu fungsi dari p observasi sebelumnya. Sebagai contoh, jika p =  1, maka
setiap  observasi  adalah  suatu  fungsi  hanya  dari  satu  observasi sebelumnya.
俰
1
俰
1
dimana 俰   menunjukkan  nilai  observasi  pada  waktu  t,  俰
1
menunjukkan  nilai  observasi  sebelumnya  pada  waktu  t  –  1, menunjukkan  beberapa  random  eror  dan  c  dan
1
adalah  konstanta. Nilai  lain  yang  diamati  dapat  dimasukkan  pada  sisi  kanan  persamaan
jika p  1: 俰
1
俰
1 2
俰
2
俰 b.  I  :  bagian  ini  menentukan  apakah  nilai  observasi  dibentuk  secara
langsung,  atau  apakah  ada  perbedaan  differences  antara  observasi yang  berurutan  dengan  model.  Jika  d  =  0,  observasi  dibentuk  secara
commit to user 39
langsung.  Jika  d  =  1,  differences  dilakukan  sekali.  Jika  d  =  2, differences dilakukan dua kali. Dalam prakteknya jarang sekali nilai d
lebih dari 2. c.  MA : bagian ini menjelaskan bagaimana setiap observasi adalah suatu
fungsi dari q eror sebelumnya. Sebagai contoh, jika q = 1, maka setiap observasi adalah suatu fungsi hanya dari satu eror sebelumnya
俰
1 1
menunjukkan  random  eror  pada  waktu  t  dan
1
menunjukkan random  eror  sebelumnya  pada  waktu  t  –  1.  Eror  yang  lain  dapat
dimasukkan pada sisi kanan persamaan jika q  1. Menurut  Sugiarto  dan  Harijono  2000  dalam  Ratna  2004:  26-27
metode ARIMA berbeda dengan metode peramalan lain karena metode ini tidak  mensyaratkan  suatu  pola  data  tertentu  supaya  model  dapat  bekerja
dengan baik. Secara teoritis, metode Box-Jenkins merupakan metode yang canggih terutama untuk melakukan peramalan jangka pendek. Akan tetapi
secara praktis terdapat beberapa kelemahan diantaranya: 1.  jumlah  data  yang  dibutuhkan  relatif  sangat  besar.  untuk  data  bulanan
yang bersifat musiman misalnya, paling tidak dibutuhkan 72 data. 2.  apabila  terdapat  data  baru  yang  tersedia,  seringkali  parameter  dari
model ini harus diestimasi ulang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa adanya revisi total terhadap model yang sudah dibuat.
3.  waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk mencari model yang tepat.
commit to user 40
Selanjutnya  Hanke  et  al.  2001  dalam  Ratna  2004:  27  juga menyatakan  bahwa  jumlah  data  yang  dibutuhkan  pada  metode  ini  relatif
besar. Untuk data non musiman paling tidak dibutuhkan 40 data atau lebih untuk membangun sebuah model ARIMA, sedangkan untuk data musiman
paling  tidak  data  sekitar  6-10  tahun  tergantung  pada  masa  periode musiman yang digunakan.
Menurut  Gujarati  2003 :  840-848  metode  Box-Jenkins  terdiri  dari empat  tahap,  yaitu  identifikasi,  penaksiran  parameter,  pemeriksaan
diagnostik, dan peramalan. a.  Identifikasi
Aspek-aspek  AR  dan  MA  dari  model  ARIMA  hanya berhubungan  dengan  deret  berkala  yang  stasioner,  sedangkan  banyak
data deret berkala yang bersifat non-stasioner. Suatu data deret berkala dikatakan  stasioner  apabila  data  deret  berkala  tersebut  diplot  dan
kemudian  tidak  terbukti  adanya  perubahan  nilai  tengah  dan  varian yang jelas dari waktu ke waktu Makridakis et al., 1999: 332-333.
Makridakis  et  al.  1999:  351  menambahkan  bentuk  visual  dari plot  deret  berkala  dapat  digunakan  untuk  menguji  apakah  suatu  data
deret  berkala  telah  stasioner  atau  tidak  stasioner,  demikian  pula  plot autokorelasi  dapat  dengan  mudah memperlihatkan  ketidakstasioneran.
Nilai-nilai  autokorelasi  dari  data  stasioner  akan  turun  sampai  nol sesudah time-lag  kedua  atau  ketiga,  sedangkan  untuk  data yang  tidak
stasioner,  nilai-nilai  tersebut  berbeda  signifikan  dari  nol  untuk
commit to user 41
beberapa  periode  waktu.  Apabila  disajikan  secara  grafik,  autokorelasi data yang tidak stasioner memperlihatkan suatu trend searah diagonal
dari  kanan  ke  kiri  bersama  dengan  meningkatnya  jumlah  time-lag selisih waktu.
Alat  utama  pada  tahap  identifikasi  adalah  autocorrelation function  ACF,  partial  autocorrelation  function  PACF,  dan  hasil
correlogram.  Konsep  dari  autokorelasi  parsial  adalah  analogi  dari konsep  koefisien  regresi  parsial.  Pada  model  regresi  berganda  k
variabel, koefisien regresi mengukur tingkat perubahan nilai tengah
dari  regresi  untuk  suatu  unit  perubahan  pada  tingkat  regresi  ke-k, dimana  pengaruh  seluruh  regresor  lainnya  dianggap  konstan.  Pada
trend  yang  sama  autokorelasi  parsial mengukur  korelasi  antara
observasi  time  series  pada  periode  k  setelah  dibandingkan  dengan korelasi pada  lag pertengahan misalnya pada periode lag kurang dari
k. Dengan kata lain, autokorelasi parsial adalah korelasi antara Y
t
dan 俰   setelah  perubahan  dampak  pada  nilai  tengah  Y
Gujarati, 2003: 841-842. Penetapan  karakteristik  data  deret  berkala  seperti  stasioner,
musiman,  dan  sebagainya,  memerlukan  suatu  pendekatan  yang sistematis.  Hal  ini  akan  membantu  untuk  mendapatkan  gambaran
mengenai  model-model  yang  akan  dianalisis.  Beberapa  model  yang sering digunakan adalah:
commit to user 42
1.  Model MA 0,0,q
1 1
2 2
2.  Model AR p,0,0
′
Φ
1 1
Φ
2 2
Φ 3.  Model ARMA p,0,q
Φ
1 1
Φ
2 2
Φ
1 1
atau
1 Φ Φ
Φ _
1 θ θ
θ
4.  Model ARIMA p,d,q P,D,Q
s
1 Φ
1
Φ
2 2
Φ 1
1 θ
1
θ
2 2
θ Keterangan:
=
variabel yang diamati = konstanta moving average
… =
parameter    …
′
=
konstanta autoregressive Φ
1
…
Φ
=
parameter
1
… AR
= autoregressive MA
= moving average ARMA
= autoregressive moving average
commit to user 43
ARIMA  = autoregressive integrated moving average p
= orde autoregressive tanpa musiman d
= orde differencing tanpa musiman q
= orde moving average tanpa musiman P
= orde autoregressive dengan musiman D
= orde differencing dengan musiman Q
= orde moving average dengan musiman s
= jumlah musim dalam satu periode Makridakis et al., 1999: 385-395.
b.  Penaksiran parameter Setelah  berhasil  menetapkan  identifikasi  model  sementara,
selanjutnya  menetapkan  parameter-parameter  AR  dan  MA,  musiman dan  tidak  musiman  harus  ditetapkan  dengan  cara  yang  terbaik.
Menurut Makridakis et al. 1999: 406-407 terdapat dua cara mendasar untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut, yaitu :
1.  Dengan  cara  mencoba-coba  trial  and  error,  menguji  beberapa nilai  yang  berbeda  dan  memilih  satu  nilai  tersebut  atau
sekumpulan  nilai,  apabila  terdapat  lebih  dari  satu  parameter  yang akan ditaksir yang meminimumkan jumlah kuadrat nilai sisa sum
of squared residuals. 2.  Perbaikan  secara  iteratif,  memilih  taksiran  awal  dan  kemudian
membiarkan  program  komputer  memperhalus  penaksiran  tersebut secara iteratif.
commit to user 44
c.  Pemeriksaan diagnostik Makridakis  et  al.  1999:  411-414  mengatakan  setelah  berhasil
menaksir  nilai-nilai  parameter  dari  model  ARIMA  yang  ditetapkan sementara,  selanjutnya perlu  dilakukan  pemeriksaan  diagnostik  untuk
membuktikan  bahwa  model  tersebut  cukup  memadai.  Terdapat  dua cara mendasar untuk melakukannya, yaitu:
1.  Mempelajari  nilai  sisa  residual  untuk  melihat  apakah  masih terdapat beberapa pola yang belum diperhitungkan.
Nilai  sisa  kesalahan  yang  tertinggal  sesudah  dilakukan proses  pencocokan  model  ARIMA,  diharapkan  hanya  merupakan
gangguan  random.  Oleh  karena  itu,  apabila  autokorelasi,  parsial dan  spektrum  garis  dari  nilai  sisa  telah  diperoleh,  kita  berharap
akan  menemukan:  i  tidak  ada  autokorelasi  yang  signifikan,  ii tidak  ada parsial yang signifikan, dan iii adanya konsistensi dari
amplitudo  yang  tinggi  melalui  seluruh  nilai  frekuensi  pada spektrum garis.
2.  Mempelajari  statistik  sampling  dari  pemecahan  optimum  untuk melihat apakah model tersebut masih dapat disederhanakan.
Asumsi-asumsi  statistik  yang  mendasari  model  umum ARIMA, memberikan beberapa angka statistik yang harus dihitung
setelah nilai-nilai  koefisin optimum diukur. Sebagai  contoh, untuk setiap  koefisien  akan  terdapat  kesalahan  standart  standard  error
untuk  masing-masing  koefisien  tersebut  dan  karena  seluruh
commit to user 45
koefisien  diukur  bersama-sama  maka  akan  terdapat  distribusi sampling  bersama-sama  dari  koefisien-koefisien  tersebut.  Hal  ini
akan  menghasilkan  matriks  interkorelasi  yang  memperlihatan bagaimana  bermacam-macam  koefisien  saling  berhubungan  satu
dengan lainnya. d.  Peramalan
Metode  ARIMA  adalah  suatu  metode  yang  populer  untuk peramalan  karena  metode  ini  dapat  mengembangkan  struktur
matematika  dengan  baik  dari  berbagai  hal  yang  mungkin  untuk menghitung  variasi  model  khusus  seperti  memprediksi  interval.  Ini
merupakan  suatu  hal  yang  sangat  penting  dalam  peramalan  untuk memastikan  bahwa  mereka  mampu  meramalkan  hal  yang  tidak  pasti
agar dapat dikuantitatifkan Hyndman, 2001: 2. Menurut Makridakis et al. 1999: 382, pendekatan Box-Jenkins
pada  tahap  pertama  identifikasi  adalah  merumuskan  sekelompok model-model  yang  umum  kemudian  dilanjutkan  dengan  penetapan
model  untuk  sementara.  Tahap  kedua  meliputi  penaksiran  dan pengujian,  yang  dilakukan  adalah  penaksiran  parameter  pada  model
sementara dan pemeriksaan diagnosa untuk menentukan apakah model memadai atau tidak. Jika model sudah memadai maka dilanjutkan pada
tahap  ketiga  penerapan  yaitu menggunakan model  untuk  peramalan. Akan  tetapi  jika  model  belum  memadai  maka  kembali  pada  tahap
commit to user 46
pertama demikian seterusnya sampai ditemukan model yang memadai yang dapat digunakan untuk peramalan.
11. Penelitian Terdahulu