79 Tabel 9 Persentase Perubahan Kepemilikan Lahan Saat Ini dan Kisaran
Pendapatan Kelompok Responden di Kawasan Batumarta
Perubahan Kepemilikan Lahan
Kisaran Pendapatan KKbln dalam Juta Rupiah
No Kelompok
Kepemilikan Lahan Trans
per KK Teta
p Bertamba
h Berkuran
g 0,5 -
1,0 1,0 -
1,5 1,5 -
2,0 2,0
1 5 Ha OKU
75 10
15 5
12,5 65
17,5 2
5 Ha OKUT 55
30 15
5 5
80 10
3 3,5 Ha OKU
36 44
20 20
4 16
60
Rata-rata 55
28 17
10 7
54 29
4.5.6. Fragmentasi Lahan
Fragmentasi lahan terjadi karena dua mekanisme. Pertama, pewarisan dari orangtua kepada anak-anaknya. Jika semua anaknya tinggal di Batumarta, maka
setiap anak mengelola lahan warisannya. Namun jika ada anak yang tinggal di “luar daerah”, maka anak yang tinggal di Batumarta akan mengelola lahan
miliknya. Secara berkala, ia kirimkan hasil lahan saudaranya itu. Kedua, menjual sebagian lahan. Penjualan lahan banyak terjadi pada masa ‘lahan belum
menghasilkan’. Ketika itu kegiatan budidaya tanaman pangan sering menghadapi kegagalan. Bagi seseorang, kegagalan itu bisa memacu motivasi untuk meraih
keberhasilan. Namun bagi orang lain, kegagalan budidaya bisa beresiko fatal. Ia bisa kehilangan modal untuk menjalankan budidaya pada musim berikutnya.
Tidak jarang, untuk memulai usahanya, ia berhutang. Namun sebagian dari mereka ternyata tidak berhasil mengumpulkan uang untuk membayar hutang-
hutangnya. Karena itu, menjual sebagian bidang lahannya merupakan solusi untuk membayar hutang-hutangnya.
4.5.7. Peremajaan Karet
Peremajaan karet merupakan ‘tugas berat’ bagi masyarakat, karena memerlukan biaya yang sangat besar. Karena itu Pemerintah Provinsi pernah
memberikan skema kredit murah bunga 0,5tahun senilai Rp.5.000.000ha. Namun kredit itu hanya terbatas bagi 5,000 ha kebun karet rakyat. Di Batumarta,
ada mekanisme penjualan kayu karet secara borongan dengan nilai Rp.4.000.000ha. Pemborong yang melakukan penebangan dan pengangkutan
80 kayu log karet. Meninggalkan ranting-ranting dan cabang. Dengan uang tersebut,
masyarakat membiayai peremajaan karetnya. Namun demikian terdapat implikasi- implikasi logis sebagai berikut:
1. Petani tidak memberakan tanah danatau menggunakan lahan eks karet untuk budidaya tanaman lain. Perlakuan ini disyaratkan dalam standar peremajaan
kebun karet. 2. Standar teknis juga mengharuskan untuk mengangkat pokok tunggul karet
sampai ke akar-akarnya, karena akar lapuk bisa menjadi inang bagi tumbuhnya jamur akar yang bisa membinasakan tanaman karet. Standar ini
tidak dilakukan karena memerlukan biaya yang besar. 3. Selama menunggu tanaman karet itu menghasilkan, petani tidak memperoleh
penghasilan dari kebun yang direklamasi.
4.6 Prediksi dan Evaluasi Erosi