81 Peta dasar yang digunakan dalam evaluasi dan prediksi erosi ini
menggunakan Peta RBI skala 1: 50,000, sedangkan informasi tutupan lahan merujuk pada citra Landsat ETM tanggal 4 Agustus 2009. Karakteristik tanah
merujuk pada Peta Satuan Lahan dan Tanah lembar Baturaja 1011 dan lembar Lahat 1012 skala 1: 250,000, berikut Buku Keterangan LREP, 1990. Kelas
kemiringan lereng diturunkan dari kontur pada Peta RBI skala 1: 50,000. Menurut Arsyad 2010, evaluasi potensi erosi yang meliputi areal lebih kecil
seperti suatu DAS, Sub-DAS, Propinsi, Kabupaten atau Kecamatan dengan menggunakan peta dasar skala 1 : 20,000 sampai 1 : 500,000 termasuk kategori
evaluasi tingkat meso tingkat evaluasi semi detail sampai evaluasi tinjau. Dengan demikian, evaluasi dan prediksi erosi pada penelitian ini termasuk
kategori tingkat meso. Cara perhitungan dalam evaluasi dan prediksi erosi dalam disertasi ini
secara umum merujuk pada metode yang disajikan dalam Arsyad 2010. Khusus faktor erosivitas hujan dan faktor lereng, karena keterbatasan data yang tersedia,
maka perhitungan menggunakan metode yang disarankan oleh Hardjowigeno Sukmana 1995 dan Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007. Uraian lebih rinci
mengenai carametode perhitungan masing-masing faktor dijelaskan dalam sub- sub Bab berikut ini.
4.6.1. Cara perhitungan dan Asumsi yang digunakan a Laju Erosi Yang Masih Dapat Dibiarkan
Laju erosi yang dinyatakan dalam mmtahun atau tonhatahun yang terbesar dan masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu
kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman sehingga memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari disebut erosi yang masih dapat
dibiarkan atau ditoleransikan, yang dalam tulisan ini ini disebut nilai T. Perhitungan nilai T dalam disertasi ini merujuk pada metode yang dikemukakan
Hammer 1981, dalam Arsyad, 2010 menggunakan konsep kedalaman ekivalen equivalent depth dan umur guna resources life tanah untuk menetapkan nilai T
suatu tanah. Setiap kombinasi faktor diberi nilai yang disebut faktor kedalaman tanah. Nilai faktor kedalaman tanah dikalikan dengan kedalaman efektif tanah
akan didapatkan kedalaman ekivalen. Umur guna dalam perhitungan ini adalah
82 400 tahun, dan nilai faktor kedalaman 30 Sub-Order Tanah Hammer, 1981
disajikan pada Lampiran 11.
b Prediksi Erosi
Prediksi besarnya erosi di lokasi penelitian dihitung secara spasial. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan the Universal Soil Loss
Equation USLE oleh Wischmeier dan Smith 1978, dalam Arsyad, 2010 dan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Persamaan USLE adalah sebagai berikut:
A = R.K.L.S.C.P yang menyatakan :
A = banyaknya tanah tererosi dalam tonhatahun R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah L = faktor panjang lereng
S = faktor kecuraman lereng C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah Cara perhitungan dan asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Faktor R erosivitas hujan
. Data iklim yang tersedia dari stasiun iklim yang terdekat dengan lokasi penelitian
adalah dari Stasiun Iklim Baturaja. Nilai R paling akurat jika dihitung dari besarnya Energi Kinetik E dengan intensitas hujan maksimum selama 30 menit
I
30
. Namun, penghitungan dengan cara ini memerlukan data curah hujan yang meliputi intensitas hujan pada setiap jam, dari awal sampai akhir hujan. Data
tersebut hanya dapat diperoleh bila digunakan alat penakar hujan otomatis. Hal ini tidak tersedia di stasiun klimatologi Baturaja, dan bahkan sangat sedikit stasiun
iklim di Indonesia yang menggunakannya. Dalam penelitian ini, perhitungan R menggunakan rumus Lenvain 1975, dalam Bols, 1978 dalam Hardjowigeno dan
Sukmana, 1995 sebagai berikut:
RM = 2,21 Rain
m 1,36
dimana, RM : erosivitas hujan bulanan
83 Rain
m
: curah hujan bulanan cm Nilai R erosivitas hujan setahun diperoleh dengan menjumlahkan RM selama
setahun. Dengan menerapkan rumus ini pada data rata-rata curah hujan bulanan dari stasiun iklim Baturaja, maka dapat diperoleh nilai erosivitas hujan bulanan
dan erosivitas hujan setahun, sebagaimana disajikan pada Tabel 10. Penghitungan ini menghasilkan nilai R sebesar 1992.8 berlaku untuk lokasi penelitian.
Tabel 10 Erosivitas Hujan Bulanan dan Erosivitas Hujan Setahun di Lokasi Penelitian
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt
Nov Des
R tahunan
CH Bln cm
32.1 24.8
33.2 28.3
19.6 14.6
14.8 17.9
14.2 20.1
29.7 33.3
282.6 RM
247.3 174.1
258.9 208.4
126.4 84.7
86.3 111.8
81.6 130.8
222.5 260.0
1992.8
Faktor K erodibilitas tanah
. Faktor K dihitung dari data tanah, yang dalam studi terdahulu LREP, 1990,
sudah dikelompokkan kedalam peta Satuan Unit Lahan. Batas-batas besaran K secara spasial sama dengan batas Satuan Unit Lahan. Perhitungan nilai K
menggunakan persamaan sebagai berikut Arsyad, 2010: 100K = 1,292 [2,1 M¹
י¹4 10ˉ4 12-a + 3,25 b-2 + 2,5 c-3] dimana:
M adalah persentase pasir sangat halus dan debu diameter 0.1 – 0.05 dan 0.05 – 0.02 mm x 100 liat, a adalah persentase bahan organik, b adalah kode
struktur tanah yang digunakan dalam klasifikasi tanah Tabel 11, dan c adalah kelas permeabilitas profil tanah Tabel 12.
Tabel 11 Kode Struktur Tanah
Kelas Struktur Tanah ukuran diameter Kode
Granuler sangat halus 1 mm 1
Granuler halus 1 sampai 2 mm 2
Granuler sedang sampai kasar 2 sampai 10 mm 3
Berbentuk blok, blocky, plat, masif 4
Sumber: Arsyad 2010
84 Tabel 12 Kode Permeabilitas Profil Tanah
Kelas Permeabilitas Kecepatan cmjam
Kode
Sangat lambat .
5 6
Lambat .
5 sampai 2 .
5 Lambat sampai sedang
2 .
0 sampai 6 .
3 4
Sedang 6
. 3 sampai 12
. 7
3 Sedang sampai cepat
12 .
7 sampai 25 .
4 2
Cepat 25
. 4
1 Sumber: Arsyad 2010
Dengan menggunakan rumus atau persamaan tersebut diatas, maka nilai K tanah- tanah di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Nilai Erodibilitas Tanah K tanah-tanah di Lokasi Penelitian
NO. UNIT
LAHAN JENIS
TANAH TEKSTUR STRUKTUR PERMEABILITAS
BO K
1. Af.1.2.2
Tropaquepts Halus
Remah Sangat Lambat
3 0.11
2. Au.1.2.1 Tropaquepts
Halus Remah
Lambat 9.4
0.07 3.
Au.1.3 Tropaquepts
Halus Remah
Lambat 4.6
0.07 4.
Idf.9.3 Dystropepts
Agak Halus Gumpal Membulat
Cepat 3.1
0.17 5.
Idq.3.2 Hapludoxs
Agak Halus Gumpal
Membulat Cepat
1.6 0.20
6. Pdk.4.3
Hapludolls; Hapludults
Halus Remah
Cepat 2.1
0.02 7.
Pf.2.1 Dyatropepts;
Kandiudults Halus
Gumpal Membulat
Cepat 3.8
0.03 8.
Pf.3.1 Hapludoxs;
Kandiudults Agak Halus
Gumpal Membulat
Cepat 3.4
0.17 9.
Pf.3.2 Hapludoxs;
Kandiudults Agak Halus
Gumpal Membulat
Cepat 3.4
0.17 10.
Pf.4.2 Hapludoxs;
Hapludults Agak Halus
Gumpal Membulat
Agak Cepat 2.5
0.21 11.
Pf.4.3 Hapludoxs;
Hapludults Agak Halus Gumpal
Membulat Agak Cepat
2.5 0.21
12. Vb.1.7.2 Eutropepts;
Haplohumults Halus
Remah Agak Cepat
2.7 0.05
13. Vb.1.7.3 Eutropepts;
Haplohumults Halus
Remah Agak Cepat
2.7 0.05
85
Faktor LS panjang dan kemiringan lereng
. LS dihitung dari Peta Topografi lokasi penelitian. Dari peta topografi tersebut,
dapat diturunkan Peta Kelas Lereng. Dalam perhitungan spasial ini, poligon yang akan digunakan adalah poligon kelas lereng dimaksud. Nilai LS mengacu pada
penilaian kelas kelerengan LS pada Tabel 14. Tabel 14 Penilaian kelas kelerengan LS
KELAS KEMIRINGAN LERENG NILAI FAKTOR LS
0 – 8 0.25
8 – 15 1.20
15 – 25 4.25
25 – 45 9.50
45 12.00
Sumber : Hardjowigeno Sukmana 1994, Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
Faktor C tanamanpenggunaan lahan .
Penggunaan lahan di lokasi penelitian ini dikelompokkan berdasarkan Peta Tutupan Lahan hasil interpretasi citra Landsat tahun perekaman 2009. Dari hasil
analisis citra, dimungkinkan untuk menilai faktor penggunaan lahan, yang dapat dikelompokkan menjadi: i hutan sekunder, ii hutan rawa, iii perkebunan, v
permukiman, vi rawa, vii sawah, viii semakbelukar, ix tanah terbuka, x tegalanladang, dan xi tubuh air. Penilaian faktor C Pengelolaan Tanaman
merujuk pada Lampiran 12, dan khusus untuk kelompok penggunaan lahan rawa dan tubuh air tidak dilakukan penilaian. Nilai faktor C juga digunakan dalam
pendugaan erosi minimum dan maksimum yang mungkin terjadi berdasarkan tabel tersebut. Yang dimaksudkan dengan erosi minimum adalah erosi yang
dihitung menggunakan faktor C minimum, yaitu faktor pada penggunaan lahan dengan nilai C terendah pada tabel penggunaan lahan dimaksud. Erosi maksimum
dihitung dengan faktor dengan nilai C tertinggi pada tabel penggunaan lahan tersebut.
Faktor P, usaha konservasi tanah .
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa sebagian petani telah mempraktekkan teknik konservasi tanah berupa penanaman tanaman penutup
tanah dan penanaman menurut kontur pada kebun karet mereka, namun sebagian
86 lainnya belum. Pembuatan guludan secara umum telah dilakukan petani terhadap
sawah mereka. Karena tidak dilakukan pengamatan detil terhadap upaya konservasi ini di lapang, maka dalam perhitungan ini, faktor P masih diberi nilai 1
atau dianggap belum ada upaya konservasi tanah. Hal ini tidak menjadi masalah dalam analisis, karena analisis justru dilakukan dengan tingkat kehati-hatian yang
lebih tinggi. Artinya, pada lahan yang telah dilakukan konservasi, erosi yang terjadi justru akan lebih rendah dari perhitungan.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, perhitungan lengkap termasuk nilai-nilai parameternya disajikan berikut ini.
4.6.2. Hasil Perhitungan a Laju Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan