134 parameter AME dan AVE adalah 10, menunjukkan bahwa model ini mampu
mensimulasikan perubahan-perubahan yang terjadi secara aktual di lapangan. Tabel 33 Perbandingan Jumlah Penduduk Aktual dan Hasil Simulasi tahun 2003-
2009
Tahun Aktual
Simulasi
2003 82,200
82,200 2004
84,915 85,199
2005 89,906
89,022 2006
93,901 92,392
2007 96,719
96,409 2008
10,144 100,190
2009 104,595
104,002 Mean
93,340 92,773
Var 67,697,717
62,948,982 AME
0.006072 AVE
0.070146
Gambar 29 Jumlah Penduduk Aktual dan Simulasi pada tahun 2003 - 2009
5.4.5. Arahan Kebijakan
Kebijakan pengembangan Kawasan Batumarta dirumuskan dengan memperhatikan kondisi dan potensi Kawasan Batumarta saat ini, hasil analisis
perubahan penggunaan lahan, kebutuhan stakeholders dalam pengembangan perkebunan, faktor kunci pengembangan perkebunan karet berkelanjutan dan
pemodelan perkebunan karet berkelanjutan.
135 Sistem perumusan kebijakan dilakukan secara partisipatif melalui FGD.
Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar dalam merumuskan arahan kebijakan pengembangan kawasan di Batumarta. Rumusan arahan kebijakan yang
disepakati adalah: peningkatan produktivitas perkebunan karet dan pengembangan kapasitas petani dalam mengelola usahatanikebun karet secara berkelanjutan
melalui strategi 1perluasan areal kebun karet agar tidak mengkonversi lahan hutan yang masih tersisa pada kondisi tahun 2009, 2 penetapan lahan sawah
permanen dan lahan perkebunan karet agar tidak dikonversi menjadi peruntukan lainnya, 3 meningkatkan upaya pemeliharaan kebun dan melakukan peremajaan
kebun pada waktunya untuk meningkatkan produksi, 4meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani dalam teknik budidaya, pengolahan hasil
dan pemasaran produksi tanaman karet maupun tanaman pangan, 5 melakukan penguatan kelembagaan ekonomi mikro yang menunjang sektor pertanian
khususnya off-farm, dan 6 penetapan areal konservasi terutama di sempadan sungai, danau, rawa dan waduk.
136
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.a. Pola perubahan penggunaan lahan dari penggunaan lain hutan, semak belukarlahan terbuka, dan ladang menjadi kebun karet sangat dominan dan
signifikan di kawasan Batumarta. 1.b. Perubahan penggunaan lahan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal
maupun eksternal, yaitu: 1 pendapatan petani dari tanaman karet lebih besar 2 pemasaran hasil produksi yang lebih mudah, 3 pengalaman
usahatani tanaman pangan yang kurang menguntungkan, 4 pengetahuan petani tentang budidaya tanaman karet semakin meningkat, 5 kesesuaian
lahan untuk tanaman karet yang sangat sesuai, 6 kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani tanaman karet yang lebih efisien, dan 7 biaya produksi
usahatani tanaman karet relatif lebih rendah, dan 8 resiko kegagalan produksi relatif lebih rendah.
1.c. Proses perubahan penggunaan lahan dari Penggunaan Lahan Lain menjadi Kebun
Karet pada
umumnya dimulai
dari pembukaan
lahan hutansemakbelukar menjadi ladangtegalan, kemudian menjadi Kebun
Karet. 2. Faktor kunci yang paling berpengaruh dalam pengembangan perkebunan
karet di Kawasan Batumarta, yaitu pendapatan keuntungan petani, kesesuaian lahan, dan akseptabilitas masyarakat terhadap komoditi karet.
3. Rumusan kebijakan pengembangan perkebunan karet di Batumarta adalah peningkatan produktivitas perkebunan karet dan pengembangan kapasitas
petani dalam mengelola usahatanikebun karet secara berkelanjutan melalui strategi: 1 perluasan areal kebun karet agar tidak mengkonversi lahan
hutan yang masih tersisa pada kondisi tahun 2009, 2 menetapkan zona lahan sawah permanen dan lahan perkebunan karet agar tidak dikonversi
menjadi peruntukan lainnya, 3 meningkatkan upaya pemeliharaan kebun dan melakukan peremajaan kebun pada waktunya untuk meningkatkan