Pengembangan Areal Kebun Karet

73 majikan. Sekarang mereka harus membuat perencanaan sendiri untuk menggarap lahan milik mereka sendiri. Untuk mengatasi persoalan teknis dan budaya itu, instansi yang menangani ketransmigrasian maupun instansi teknis lainnya, menempatkan tenaga pendamping lapang. Pendamping itu bertugas untuk ‘menemani’ transmigran agar bisa melakukan kegiatan pembelajaran sambil bekerja. Meski demikian, masa- masa awal penempatan itu benar-benar menjadi masa penuh cobaan dan tantangan. Untuk mengatasi segala tantangan itu, tidak jarang para transmigran harus berhutang untuk mengadakan sarana produksi pertanian; karena hasil produksi tahun berjalan hanya cukup untuk kebutuhan subsisten saja, namun tidak cukup untuk melakukan investasi pada musim berikutnya. Pada masa kritis ini, ada juga transmigran yang tidak bisa bertahan dan ‘menjual lahannya’ kepada transmigran lain yang berhasil dengan harga relatif rendah. Upaya pengembangan peternakan di kawasan transmigrasi Batumarta khususnya di IBRD I sudah mendapat bantuan pemerintah berupa sapi jenis bibit Brahman Australia, Peranakan Ongol PO dan Bali dengan penyebaran pokok 4.864 ekor yang didistribusikan kepada 4.399 KK transmigran penggaduh, sedangkan pada pada UPT Batumarta IBRD III dari penyebaran pokok sebesar 399 ekor saat ini sudah berkembang menjadi 865 ekor. Pemeliharaan dan kegiatan penyuluhan mengenai usaha peternakan tersebut dilakukan secara koordinasi dengan Dinas Peternakan OKU. Jenis ternak lainnya seperti kambing, ayam, itik merupakan swadaya masyarakat.

4.5.2. Pengembangan Areal Kebun Karet

Penduduk tumbuh pesat. Selain dari pecahan KK juga adanya pendatang baru. Blok E Batumarta II, misalnya, dari 33 KK pada tahun 1976 telah tumbuh menjadi 200 KK pada tahun 2009. Sementara di Batumarta XII berkembang dari 497 KK 1983 menjadi 650 KK 2009. Pada umumnya, mereka bekerja pada sektor pertanian sebagai pemilik lahan maupun buruh sadap. Penanaman karet dilakukan 2-3 tahun setelah penempatan transmigran, sehingga panen perdana karet sudah terjadi pada tahun 198485, seperti yang terjadi di Batumarta I-II. Batumarta XII yang penempatannya terjadi pada tahun 74 1983, penanaman karet baru dilakukan pada 198485, dan panen perdana baru terjadi pada tahun 19901991. Pada kawasan IBRD I, penanaman karet swadaya terjadi pada 1990-1994, setelah transmigran bisa menikmati hasil karet secara stabil. Awalnya mereka tanami LU-I yang sudah siap tanam dengan tanaman karet. Pada tiga tahun pertama masih dilakukan tumpang sari dengan tanaman pangan. Kemudian mereka buka juga LU-II dan LU-III; lahan ini dibuka terakhir karena relatif memerlukan modal yang besar untuk membukanya karena masih bervegetasi hutan dan belukar. Pada kawasan IBRD III Batumarta XII-XVI sudah mulai melakukan perluasan tanaman karet pada 19911992, yaitu setahun setelah panen perdana. Perluasan terjadi pada LU I dan LU II, karena di kawasan ini tidak ada LU III. Menurut Safari, pada tahun 1995-1998, semua lahan di Batumarta telah ditanami karet. Tanaman karet merupakan prioritas pengembangan usaha di kawasan Batumarta. Pelaksanaan penanaman karet dilaksanakan oleh PTP X yang telah dimulai pada tahun 1978 dan berakhir pada tahun 1987. Untuk UPT I sampai dengan UPT XI telah melaksanakan penyadapan sejak tahun 1982-1983 dan untuk UPT XII sampai dengan UPT XVI penyadapan dimulai tahun 1992-1993. Pelaksanaan pengelolaan karet transmigran di Batumarta menerapkan 2 pola yaitu pola bebasnon mini estate dan pola mini estate. Pola bebas adalah sistem pengelolaan karet yang dilaksanakan sendiri oleh transmigran pada kebun karetnya masing-masing, sedang pemasaran hasil dikoordinasikan oleh KUD setempat. Pola mini estate adalah sistem pengelolaan karet yang kegiatan- kegiatan penyadapan, pemeliharaan, pengelolaan hasil dan pemasaran melalui KUD setempat dengan supervisi oleh PTP X. Pembinaan kebun karet secara keseluruhan dibina oleh Tim Pola Terpadu, sesuai dengan SK Bupati KDH Tk.II OKU Nomor 525.21120V1985 tanggal 12 Desember 1985 dan Tim Pembina Proyek Perkebunan Daerah Tingkat II TP3D II penerapan pola ini menunjukkan dampak yang positif untuk mempercepat perkembangan ekonomi transmigran. Dengan berkembangnya perkebunan karet 75 tersebut warga transmigran secara bertahap telah membuka Lahan Usaha II dan Lahan Usaha Cadangan untuk mengembangkan tanamana karet secara swadaya. Di Batumarta terjadi perluasan tanaman karet secara sistematik. Perluasan itu distimulasi dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Penyediaan 1 ha lahan karet telah memberikan demonstration effect yang sangat efektif kepada masyarakat. Masyarakat melihat ‘kisah sukses’ di lahan milik mereka sendiri. 2. Usahatani tanaman pangan lahan kering pada tanah podzolik merah kuning, agaknya mengandung tantangan yang amat besar. Ketika tanah basah musim hujan, tanah amat berat untuk diolah. Sementara kalau dalam keadaan kering, tanahnya menggumpal dan pecah-pecah, yang bisa merusak zona perakaran. 3. Ketika kawasan baru dibuka, ekplosi hama terjadi sangat intensif, terutama hama babi. Tanaman pangan selalu diserang babi. 4. Dua pengalaman praktek usahatani pangan itu telah menghasilkan kesimpulan,bahwa usahatani karet itu jauh lebih menguntungkan ketimbang usahatani tanaman pangan. Pandangan itu mengakar sampai sekarang. Masyarakat tidak termotivasi untuk melakukan usahatani tanaman pangan walaupun tidak cukup bukti adanya eksplosi hama babi yang intensif. 5. Pemerintah menyediakan layanan teknis diseminasi teknologi melalui UPT Balai Penelitian Karet Sembawa. UPT ini melatih masyarakat. Peran UPT diperkuat dengan kehadiran Sekolah Menengah Farming yang menghasilkan petani-petani generasi kedua yang lebih rasional.

4.5.3. Penerapan Teknologi

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

4 107 116

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 60 527

Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak)

1 6 208

Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten Kutai Timur)

2 24 203

Model pengembangan perkebunan karet berkelanjutan pada kawasan transmigrasi batumarta provinsi Sumatera Selatan

2 35 215

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 3 259

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

2 19 103

PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI MASYARAKAT TRANSMIGRASI BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN: Studi Pengembangan Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada Kawasan KTM Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

0 0 70

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

0 0 9

DAMPAK POLA PEREMAJAAN PARTISIPATIF TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 12