Hasil Perhitungan a Laju Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan

86 lainnya belum. Pembuatan guludan secara umum telah dilakukan petani terhadap sawah mereka. Karena tidak dilakukan pengamatan detil terhadap upaya konservasi ini di lapang, maka dalam perhitungan ini, faktor P masih diberi nilai 1 atau dianggap belum ada upaya konservasi tanah. Hal ini tidak menjadi masalah dalam analisis, karena analisis justru dilakukan dengan tingkat kehati-hatian yang lebih tinggi. Artinya, pada lahan yang telah dilakukan konservasi, erosi yang terjadi justru akan lebih rendah dari perhitungan. Dengan asumsi-asumsi tersebut, perhitungan lengkap termasuk nilai-nilai parameternya disajikan berikut ini.

4.6.2. Hasil Perhitungan a Laju Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan

Besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan dalam penelitian ini dihitung untuk kelestarian tanah dalam jangka waktu 400 tahun. Berdasarkan deskripsi sifat-sifat tanah di lokasi penelitian dan asumsi umur guna tanah, besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan secara rinci disajikan pada Tabel 15. . Tabel 15 Besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan di Lokasi Penelitian NO. Unit Lahan Jenis Tanah Ked. Ef mm Faktor Ked. T mmth T TonHath 1 Af.1.2.2 Tropaquepts 1000 0.95 2.375 28.5 2 Au.1.2.1 Tropaquepts 1000 0.95 2.375 28.5 3 Au.1.3 Tropaquepts 1000 0.95 2.375 28.5 4 Idf.9.3 Dystropepts 1000 1 2.5 30 5 Idq.3.2 Hapludoxs 1000 1 2.5 30 Hapludolls; 250 1 0.625 7.5 6 Pdk.4.3 Hapludults 750 0.8 1.5 18 Dyatropepts; 1000 1 2.5 30 7 Pf.2.1 Kandiudults 1000 0.8 2 24 Hapludoxs; 1000 1 2.5 30 8 Pf.3.1 Kandiudults 1000 0.8 2 24 Hapludoxs; 1000 1 2.5 30 9 Pf.3.2 Kandiudults 1000 0.8 2 24 Hapludoxs; 1000 1 2.5 30 10 Pf.4.2 Hapludults 1000 0.8 2 24 Hapludoxs; 1000 1 2.5 30 11 Pf.4.3 Hapludults 1000 0.8 2 24 Eutropepts; 750 1 1.875 22.5 12 Vb.1.7.2 Haplohumults 1000 1 2.5 30 Eutropepts; 750 1 1.875 22.5 13 Vb.1.7.3 Haplohumults 1000 1 2.5 30 Keterangan. Ked Ef = Kedalaman Efektif; T = Erosi yang masih dapat dibiarkan 87 b Prediksi dan Evaluasi Erosi Dengan menggunakan rumus USLE dan menganggap faktor-faktor C dan P masing-masing bernilai sama dengan satu tidak ada tumbuhan penutup tanah dan tidak ada tindakan konservasi tanah, maka A = RKLS, maka A adalah nilai besarnya erosi potensial untuk setiap bagian dari suatu wilayah. Dalam perhitungan ini dapat ditentukan nilai A dari masing-masing poligon yang merupakan kombinasi dari satuan lahan nilai K dan kelas lereng nilai LS, sedangkan nilai R sama untuk seluruh bagian dari wilayah. Selanjutnya bahaya erosi dapat dinyatakan dalam Indeks Bahaya Erosi IBE yang didefinisikan sebagai berikut Hammer, 1981 , dalam Arsyad, 2010: Indeks Bahaya Erosi = dimana T adalah besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan. Hammer 1981, dalam Arsyad, 2010 mengelompokkan Indeks Bahaya Erosi sebagaimana di sajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi Hammer, 1981, dalam Arsyad, 2010 Indeks Bahaya Erosi Kelas  1,0 Rendah 1,01 – 4,0 Sedang 4,01 –- 10,00 Tinggi  10,01 SangatTinggi Dengan diketahuinya nilai A erosi potensial dan nilai T besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan, maka Indeks Bahaya Erosi masing-masing bagian wilayah sudah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Hammer 1981 tersebut diatas. Sebaran Indeks Bahaya Erosi IBE dan luasannya menurut penggunaan lahan pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa IBE tanah-tanah di kawasan Batumarta umumnya berada pada tingkatharkat Sedang 70.52 dan Tinggi 26.84. Erosi Potensial tonhath T tonhath Formatted: Font: I talic 88 Tabel 17 Sebaran Indeks Bahaya Erosi IBE di Kawasan Batumarta Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2009 Harkat IBE dan Luasan ha No Jenis Penggunaan Lahan Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Total ha 1 Hutan Sekunder 797.96 432.62 2.56 1,233.14 2 Perkebunan 1,411.68 31,758.55 16,804.82 338.55 50,313.60 3 Permukiman 78.48 2,086.62 399.66 0.01 2,564.77 4 Sawah 153.08 9,736.16 394.99 7.78 10,292.01 5 SemakBelukar 3,718.15 1,826.71 66.69 5,611.55 6 Tanah Terbuka 949.33 1,255.53 9.82 2,214.68 7 TegalanLadang 12.99 6.484.70 21.31 0.97 6,519.97 Total 1,656.23 55.531,47 21,135.64 426.38 78,749.72 Persen 2.10 70.52 26.84 0.54 100 Hal ini menunjukkan bahwa sifat tanah dengan kondisi lereng dan iklim pada kawasan ini nilai faktor C dan P masing-masing sama dengan satu yaitu jika dianggap tidak ada tumbuhan penutup tanah dan tidak ada tindakan konservasi tanah menempatkan sebagian besar tanah disini pada harkat bahaya erosi sedang sampai tinggi, sehingga pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi tanah diperlukan agar tidak terjadi penurunan kualitas lahan akibat erosi yang melebihi tingkat erosi yang masih dapat dibiarkan. Peta Indeks Bahaya Erosi disajikan pada Gambar 7. Tingkat Bahaya Erosi TBE adalah perkiraan kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Untuk menentukan TBE, Departemen Kehutanan 1986, dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 menggunakan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Makin dangkal solum tanahnya, berarti makin sedikit tanah yang boleh tererosi, sehingga tingkat bahaya erosinya sudah cukup besar meskipun tanah yang hilang bahaya erosi = A belum terlalu besar. 89 Gambar 7 Peta Indeks Bahaya Erosi di Kawasan Batumarta Pada Tabel 18 disajikan penilaian TBE berdasarkan tebal solum tanah dan besarnya erosi. Tabel 18 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi jumlah erosi maksimum, A Erosi Maksimum A-tonhatahun Tebal Solum cm 15 15 – 60 60 – 180 180 – 480 480 90 SR S S B SB 60 – 90 R B B SB SB 30 – 60 S SB SB SB SB 30 B SB SB SB SB Keterangan: SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, B = berat, SB= sangat berat Sumber: Departemen Kehutanan 1986, dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 90 Perhitungan TBE pada Tabel 18 telah memasukkan nilai C pengelolaan tanaman maksimum pada tahun 2009. Artinya, dalam hal ada beberapa nilai C pada tabel penggunaan lahan, untuk perhitungan TBE digunakan nilai C maksimum. Nilai P dianggap sama dengan satu tanpa tindakan konservasi, meskipun sebagian petani telah mempraktekkan tindakan konservasi, namun dalam penelitian ini aspek tindakan konservasi tidak dipetakan. Konfigurasi sebaran nilai TBE dan luasannya menurut jenis penggunaan lahan tahun 2009 disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 8. Berdasarkan Tabel 19, sebanyak 16.88 dan 11.28 dari semua jenis penggunaan lahan yang ada di kawasan batumarta berada pada tingkat bahaya erosi masing-masing Sangat Rendah dan Rendah. Jenis penggunaan lahan sawah seluruhnya 100 memiliki TBE Sangat Rendah. Penggunaan lahan hutan sekunder , seluruhnya 100 memiliki TBE Sangat Rendah dan Rendah . Sebanyak 63.57 dari seluruh jenis penggunaan lahan berada pada nilai TBE Sedang, yang didominasi berturut-turut oleh jenis penggunaan lahan perkebunan 41,626.65 ha, semak bekukar 3,147.22 ha, lahan terbuka 2,069.75 ha, tegalan 1,770.05 dan permukiman 1,445.94 ha. Dengan mengetahui bahwa sebagian petani telah melaksanakan tindakan konservasi tanah pada areal perkebunan, maka kemungkinan besar sebagian areal perkebunan yang termasuk dalam kategori TBE sedang sebenarnya berada dalam selang TBE Rendah atau Sangat Rendah. Tabel 19 Sebaran Tingkat Bahaya Erosi TBE di kawasan Batumarta Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2009 Kelompok TBE dan Luasan ha No Jenis Penggunaan Lahan Sangat Rendah Rendah Sedang Berat Sangat Berat Total ha 1 Hutan Sekunder 1,139.35 93.79 1,233.14 2 Perkebunan 1,411.68 6,726.42 41,626.65 547.55 1.30 50,313.60 3 Permukiman 78.48 1,445.94 1,040.35 2,564.77 4 Sawah 10,292.01 0 10,292.01 5 SemakBelukar 359.24 2,069.75 3,147.22 39.15 5,611.55 6 Tanah Terbuka 2,069.75 138.56 6.37 2,214.68 7 TegalanLadang 12.99 1,770.05 4,736.93 6,519.97 Total 13,293.75 8,886.15 50,059.61 6,502.54 7.67 78,749.72 Persen 16.88 11.28 63.57 8.26 0.01 100 91 Gambar 8 Peta Sebaran Tingkat Bahaya Erosi Wilayah Penelitian Khusus untuk jenis penggunaan lahan lahan terbuka, semak belukar dan ladang, nilai TBEnya akan lebih kecil apabila dikonversi menjadi kebun dengan tindakan konservasi tanah. Sama halnya dengan lahan-lahan dengan jenis penggunaan lahan ladangtegalan yang saat ini berada pada nilai TBE Berat 4,736.93 ha disarankan sebaiknya dikonversi menjadi kebun dengan tindakan konservasi tanah. Menurut Arsyad 2010, besarnya erosi yang akan terjadi dari tanah dalam keadaan bertanaman dengan atau tanpa tindakan konservasi, akan didapat dengan memasukkan nilai semua faktor ke dalam persamaan USLE. Besarnya erosi hasil 92 prediksi menggunakan persamaan ini disebut erosi aktual. Untuk setiap jenis tanaman atau pola tanam dengan tindakan konservasi tertentu, besarnya erosi yang terjadi dapat diprediksi. Jika besarnya erosi yang akan terjadi dari perhitungan persamaan USLE tersebut lebih besar dari nilai T maka faktor C atau P atau keduanya harus diubah yang berarti mengubah jenis tanaman dan pola tanam atau tindakan konservasi tanah sehingga nilai A ≤ T. Hal yang sama dapat dilakukan pada pengembangan kawasan Batumarta, terutama pada lahan-lahan yang nilai TBEnya berada pada kategori Sangat Berat, Berat atau Sedang.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Perubahan Penggunaan Lahan

Sebelum tahun 1980, penggunaan lahan di Kawasan Batumarta didominasi oleh hutan sekunderhutan rawa, ladangtegalan dan semakbelukar. Namun setelah transmigran datang pada akhir Tahun 1970-an sampai pertengahan tahun 1980-an mereka melakukan kegiatan bercocok tanam padi dan palawija dengan memanfaatkan lahan yang dibagikan kepada mereka. Pada saat yang sama, Pemerintah melaksanakan program bantuan penanaman karet seluas 1,0 ha per KK yang ditanam pada persil lahan yang diperuntukkan bagi masing-masing Transmigran dari total alokasi lahan seluas 5,0 ha per KK TRANS I atau 3,5 ha per KK TRANS III. Pada tahun 1990-an semakin nyata terlihat pertambahan areal perkebunan karet, dan kini semakin meluas mengkonversi lahan-lahan pertanian para transmigran dan penduduk sekitarnya. Banyak ladangtegalan dan sawah yang dikonversi menjadi perkebunan, selain dengan membuka hutan lahan kering atau hutan rawa yang ada. Dari pantauan seri citra Landsat terlihat jelas perubahan tersebut, bertambah luasnya perkebunan dan berkurangnya luas hutan. Banyak pembukaan lahan di area yang tadinya hutan, juga terdapat konversi dari ladangtegalan, semakbelukar dan sawah menjadi perkebunan. Secara visual dari seri citra tersebut memang terlihat kontras perubahannya. Pada tahun 1978, sebagian besar kawasan masih hijau yang dipenuhi oleh hutan lahan kering, hutan rawa dan semakbelukar. Kemudian pada tahun 1992 mulai banyak lahan dibuka rona pink pada citra yang berasal dari wilayah hutan dan semakbelukar yang telah dibersihkan. Tahun 1994 pembukaan tersebut semakin meluas, sepintas terlihat dengan bertambah luasnya rona citra yang berwarna pink. Pada beberapa area perkebunan tersebut sudah terdapat tumbuhan yang sudah masa generatif vegetasi yang berwarna hijau gelap. Pada tahun 2001 terlihat beberapa lokasi perkebunan dengan tanaman muda masa vegetatif. Perkebunan baru ini ditanam pada area hasil pembukaan hutan. Berdasarkan hasil pengolahan dari seri citra satelit tersebut, dapat dilihat dari tahun ke tahun luas hutan semakin berkurang. Tabel 20 menyajikan data

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

4 107 116

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 60 527

Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak)

1 6 208

Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten Kutai Timur)

2 24 203

Model pengembangan perkebunan karet berkelanjutan pada kawasan transmigrasi batumarta provinsi Sumatera Selatan

2 35 215

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 3 259

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

2 19 103

PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI MASYARAKAT TRANSMIGRASI BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN: Studi Pengembangan Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada Kawasan KTM Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

0 0 70

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

0 0 9

DAMPAK POLA PEREMAJAAN PARTISIPATIF TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 12