Geologi dan Bahan induk Hidrologi

65 memiliki 6 bulan pertumbuhan atau masa pertanaman yaitu dari bulan November hingga bulan April, sedangkan banyaknya bulan kering berkisar antara 4-5 bulan per tahun yaitu antar bulan Juni hingga September. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan menurut Oldeman et al. 1980 mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman semusim lahan kering. Untuk pengusahaan tanaman tahunan seperti kakao, karet dan kelapa sawit, kondisi iklim di wilayah ini cukup sesuai. Dengan demikian kondisi curah hujan di wilayah ini dapat dinyatakan cukup sesuai untuk pengembangan agribisnis.

4.2.3. Fisiografi dan Bentuk Wilayah .

Kawasan Batumarta terdiri atas dua fisiografi wilayah, yaitu wilayah dataran peneplain dan cekungan. Genangan air atau cekungan kecil dan dangkal banyak dijumpai di dalam kawasan, terutama di sepanjang pinggir sungai. Cekungan agak luas dijumpai di di bagian timur kawasan berupa rawa di sekitar danau Lebak Datuk. Tinggi permukaan air di daerah cekungan tersebut berfluktuasi, yang mana pada musim hujan merupakan genangan air yang luas, kemudian kering pada musim kemarau. Bentuk wilayah bervariasi mulai dari datar sampai berbukit atau lereng dari 0-2 hingga diatas 25. Di Kawasan Batumarta terdapat Sungai Gilas yang membelah di tengah kawasan dan menjadi batas wilayah antara Kabupaten Ogan Komering Ulu OKU dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur OKUT. Sungai ini merupakan salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan. Wilayah dataran dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu : 1 bentuk wilayah datar sampai berombak dengan bukit-bukit kecil hillocks dengan lereng dominan 0-5 persen, 2 bentuk wilayah berombak sampai bergelombang dengan bukit-bukit kecil dan lereng dominan 5-12 persen, 3 bentuk wilayah bergelombang dengan bukit-bukit kecil dan lereng dominan 12-25 persen Lembaga Penelitian Tanah, 1975 dan Pusat Penelitian Tanah 1982.

4.2.4. Geologi dan Bahan induk

Kawasan Batumarta termasuk ke dalam formasi Kuarter dan Tersier. Formasi Kuarter hanya terdapat dalam jumlah sedikit di sepanjang tepi sungai dan 66 rawa-rawa yang terdiri dari bahan endapan air tawar yang berliat dan berpasir. Formasi Tersier terdapat dalam area yang luas dan terdiri dari andesit, lapisan Baturaja, lapisan Telisa dan lapisan Palembang Bawah dan Tengah Lembaga Penelitian Tanah, 1975. Menurut Hikmatullah 1990, formasi Telisa yang berumur lebih tua daripada formasi Palembang bersusunan batulumpur, batupasir berkapur, batugamping bertufa yang tersingkap. Formasi Baturaja bersusunan batugamping terumbu, batugamping berpasir dan napal. Formasi Palembang Anggota Tengah da Bawah bersusunan batupasir bertufa, tufa masam dan napal bertuf dengan sisipan –sisipan lignit dan fosil tumbuhan. Lapisan Palembang utamanya terdiri dari batuan lumpur yang terbentuk dari bahan vulkanik masam yang berasal dari bahan vulkano dari kompleks Bukit Barisan. Lapisan Palembang Bawah terbentuk dalam periode Miosen Akhir berupa liat batupasir yang berasal dari bahan yang bersifat dasitik dan liparitik, mengandung kuarsa, plagioklas, sanidin dan biotit. Di beberapa tempat ia mengandung fosil-fosil laut, terutama glaukonitik. Lapisan Palembang Tengah terbentuk selama periode Pliosen, dan terdiri dari liparitik yang bertekstur halus, tufa yang bersifat dasitik dan tufa-berpasir, pumiceous tuff, butir-butir kuarsa dan batubara.

4.2.5. Hidrologi

Kawasan Batumarta dialiri oleh sungai Lekis, Gilas, Way Balak dan Way Halom dan anak-anak sungainya. Sungai Lekis bermuara ke sungai Ogan, dan tiga sungai lainnya bermuara ke sungai Komering. Sungai Ogan dan sungai Komering mengalir dari hulu di Bukit Barisan, sedangkan air dari sungai Lekis dan Gilas bersumber dari dalam kawasan. Oleh karena itu kualitas air sungai berbeda, dimana air sungai Komering adalah yang terbaik, diikuti oleh sungai Ogan. Kualitas air sungai Lekis lebih baik dari sungai Gilas, karena sungai Lekis melalui singkapan batuan kapur. Air tanah berada pada kedalaman 15-20 meter dan berfluktuasi dengan musim. Terdapat banyak sumber air di dalam kawasan, terutama di dasar lembah, tetapi alirannya sangat kecil dan kering pada musim kemarau. 67

4.2.6. Tanah dan Kesesuaian Lahan

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

4 107 116

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 60 527

Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak)

1 6 208

Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten Kutai Timur)

2 24 203

Model pengembangan perkebunan karet berkelanjutan pada kawasan transmigrasi batumarta provinsi Sumatera Selatan

2 35 215

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 3 259

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

2 19 103

PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI MASYARAKAT TRANSMIGRASI BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN: Studi Pengembangan Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada Kawasan KTM Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

0 0 70

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

0 0 9

DAMPAK POLA PEREMAJAAN PARTISIPATIF TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 12