Organisasi sosial Bio-ekologi Orangutan Kalimantan

sebagai tempat bermalam. Pada kejadian lain, pernah pula orangutan menggunakan sarang lama tanpa melakukan perbaikan sarang sedikit pun. Orangutan umumnya tidak suka ribut. Jerit melengking dari seekor anak merupakan suatu bunyi yang mencolok jika suatu hewan tua ingin memberikan tanda bahaya maka akan terdengar suatu bunyi menderam-deram. Kalau mengadakan kontak dalam jarak dekat akan terdengar bunyi ciuman dan kenyaman. Melempar dengan dahan dan biasanya dilakukan baik jantan atau betina kalau ada manusia atau pendatang lain mendekat dan tidak disukai. Dahan dilemparkan ke bawah atau dikibas-kibaskan ke arah si pengganggu. Ada hewan yang lebih toleran dari pada yang lain, tetapi umumnya orangutan tidak suka dilihat atau diganggu manusia, walaupun sikap ini dapat berubah menjadi rasa ingin tahu, apabila manusia ramah atau sudah dikenal dengan baik Uitgeverij Hoeve 2003; Maple 1980.

2.2.7 Organisasi sosial

Menurut Napier dan Napier 1985 orangutan merupakan satwa yang soliter. Selanjutnya Maple 1980 menyebutkan bahwa orangutan hidup dalam kelompok keluarga kecil, jantan dewasa biasanya berkelana sendiri. Dua induk dengan anak-anaknya atau sejumlah kecil yang muda biasanya berkelana bersama. Kelompok orangutan menurut Rijksen 1978 diacu dalam Bismark 1984 dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu: a. Kelompok sosial, dalam hal ini individu-individu bergerak brsama- sama dan menunjukkan adanya satu koordinasi. b. Assosiasi temporer, dalam hal ini individu-individu yang membentuk suatu kelompok ketika makan pada satu pohon, setelah itu terpecah kembali setelah melakukan aktivitas tersebut. Hasil pengamatan oleh Rijksen 1978 diacu dalam Bismark 1984 bahwa perbandingan antara orangutan yang soliter dengan yang berkelompok adalah 46 dengan 54. Di Kalimantan orangutan yang benar berkelompok adalah sekitar 4.3 dari populasi jauh lebih rendah dari pada di Sumatera 17. Hubungan sosial orangutan terbentuk pada saat terjadi kontak langsung antar individu dengan individu lain selama menjelajah atau pada saat di pohon Rijksen 1978 dalam Ihsan 2000. Menurut Galdikas 1978 orangutan jantan dan betina dewasa hidup hampir selalu soliter, sedangkan hewan muda yang sudah mandiri yakni jantan pradewasa dan betina remaja bersifat jauh lebih sosial. Orangutan jantan dewasa yang tidak berpasangan melewatkan hampir sepenuh waktunya dalam kehidupan menyendiri, bahkan tidak dapat menerima kehadiran sesama jenisnya. Dan diantara pongidae yang lain orangutan jantan dewasa lah yang jelas-jelas mempunyai sifat tidak tenggang terhadap sesama jenisnya. Sedangkan orangutan betina juga merupakan betina pongidae yang memiliki sifat interaksi terhadap sesama yang paling rendah. Sehingga menurut Rodman 1973 diacu dalam Galdikas 1978 sistem sosial orangutan sangat berbeda dari sistem sosial chimpanze dan gorilla. Harisson 1962 dan Schaller 1961 diacu dalam Galdikas 1978 menyatakan bahwa kesoliteran orangutan terbentuk akibat terlalu banyak orangutan yang diburu oleh manusia.

2.2.8 Ancaman yang dihadapi