Definisi Sistem Informasi Geografis SIG

Tabel Data Lainnya Foto Udara Citra satelit Peta tematik, Topografi, dll Data Dijital lain Pengukuran Lapang Laporan Input Gambar 2 Uraian subsistem SIG Prahasta 2001. Teknologi SIG dan teknologi inderaja, keduanya memberikan sejumlah informasi spasial yang berbasis kebumian. Oleh karenanya, semua informasi yang diperoleh dapat dipetakan dua dimensi, koordinat x,y. Banyak ahli yang mengatakan bahwa integrasi kedua teknologi tersebut dapat membuahkan informasi terbaik. Informasi spasial yang diperoleh dari kedua teknologi secara konseptual mempunyai tiga komponen utama yaitu: data lokasispasial, data non- spasial atribut dan dimensi waktu. Data lokasispasial mempunyai koordinat x,y yang terdiri dari titik, garis dan poligonpermukaan serta lokasi bertopologi mempunyai relasi grid dan jaringan networks data non lokasi atribut mempunyai variabel, kelas, nilai dan nama, misalnya : variabel tanah, kelas 1 satu dengan nilaiharga tertentu namanya pasir dan sebagainya. Sedangkan dimensi waktu dapat menunjukkan perubahan informasi dari waktu ke waktu dalam inderaja digunakan untuk monitoring Soenarmo 2003. DATA INPUT DATA MANAGEMENT MANIPULATION OUTPUT Storage data base Peta Retrieval Tabel Output Laporan Processing Informasi Dijital Softcopy

2.3.4 Basis data SIG

Basis data SIG adalah kumpulan data yang saling berkaitan, yang diperlukan dalam SIG, baik data spasial keruangan maupun non spasial. Basis data didefinisikan sebagai suatu kumpulan file-file yang mempunyai kaitan antara file satu dan file yang lain hingga membentuk satu bangunan data untuk, menginformasikan sesuatu seperti wilayah, organisasi, perusahaan, instansi dalam batasan tertentu Sulistyo 1998 diacu dalam Soenarmo 2007. Menurut Prahasta 2001 SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut- atributnya di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas-batas administratif, perkebunan dan hutan merupakan contoh-contoh layer, dan selanjutnya kumpulann dari layer-layer akan membentuk suatu basis data. Sehingga perancangan basis data merupakan hal yang esensial dalam SIG yang akan menentukan efektifitas dan efisiensi proses-proses masukan, pengelolaan dan keluaran SIG.

2.3.5 Aplikasi SIG

Banyak sekali aplikasi-aplikasi yang dapat ditangani oleh SIG diantaranya adalah aplikasi SIG dalam habitat satwa liar. Beberapa pemakaian SIG untuk habitat satwa liar adalah: 1. Pemodelan Spasial Habitat Katak Pohon Jawa Rhacophorus javanus Boettger, 1893 di Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat oleh Muhammad Irfansyah Lubis. Penelitian untuk membuat peta kesesuaian habitat katak pohon jawa dengan menggunakan layer kerapatan tajuk, kemiringan kelerengan, ketinggian, jarak dari sungai dan sebaran temperatur. Analisis menggunakan metode scoring, pembobotan dan overlay dengan model kesesuaian habitat tinggi memiliki luas 9 dengan validasi 93, 75 sehingga model kesesuaian habitat katak pohon jawa tersebut dapat diterima. Saran yang perlu diperhatikan adalah penambahan variabel untuk mendapatkan model habitat yang lebih baik dan lebih luas. Perlu lebih banyak titik untuk validasi. 2. Pemodelan Spasial Monyet Hitam Sulawesi Macaca nigra Dasmarest, 1822 oleh Maria Yohana Indrawati. Penelitian untuk membuat peta kesesuaian habitat monyet hitam sulawesi dengan menggunakan layer kelerengan,