vegetasi Anonim 2002. Luasan dari masing-masing kelas diketahui: kelas -1-0,0 memiliki luasan 2663,68 ha, kelas 0,0-0,25 memiliki luasan paling kecil yaitu
15766,11 ha dan kelas lebih dari 0,25 memiliki luasan paling besar yakni 37617,17 ha. Luas tiap nilai NDVI disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas tiap kelas nilai NDVI
No Nilai NDVI
Luas ha
1. 2.
3. Nilai -1-0,0
Nilai 0,0 – 0,25 Nilai lebih dari 0,25
2663,68 15766,11
37617,17
Dalam pengukuran nilai NDVI dapat terjadi perbedaan digital number akibat adanya beberapa faktor seperti kemiringan lereng, adanya awan dan adanya
stripingdaricitra. Citra Landsat TM pathrow; 12062 tanggal 18 Agustus 2006 yang digunakan untuk menghitung nilai NDVI mengalami striping. Sehingga,
dalam pengkelasan nilai NDVI area yang mengalami striping berkumpul kedalam kelas -1-0,0 yang menunjukkan nilai non vegetasi atau badan air. Peta kelas nilai
NDVI di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 12. Adapun dari hasil observasi terdapat beberapa pohon pakan yang berada
di lokasi penelitian dan jenis pohon yang teridentifikasi adalah 28 jenis diantaranya adalah ramin Gonistyllus bancanus, ubar Eugenia Sp, ubar merah
Syzygium sp., beringin ficus spp, bedaru Cantleya corniculata, jelutung Dyera costulata dan sebagainya.
5.2.3 Peta jarak dari jalan
Pembuatan model kesesuaian habitat orangutan tidak hanya didasarkan pada faktor habitat yang merupakan kebutuhan hidup, melainkan juga dari faktor
ancaman atau gangguan. Orangutan merupakan satwa yang sensitive terhadap keberadaan masyarakat. Masyarakat sebagian besar menimbulkan tekanan
terhadap keberadaan orangutan. Menurut Primacket al1998 populasi orangutan di habitatnya mengalami
penurunan drastis, diperkirakan dalam kurun waktu 10 tahun terkahir ini menyusut 30 - 50. Estimasi populasi orangutan yang dilakukan menemukan
bahwa populasi orangutan di Pulau Sumatera hanya terdapat sekitar 9.200 ekor
sedangkan di Pulau Kalimantan hanya terdapat sekitar 10.000-15.000 ekor Williams et al 1998.
Penurunan populasi orangutan tersebut terjadi karena tekanan masyarakat, baik tekanan terhadap habitat yang menjadi tempat tinggal maupun terhadap
orangutan sendiri. Bentuk tekanan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu berupa hutan yang menjadi habitatnya telah rusak dan hilang oleh penebangan liar,
konversi lahan dan kebakaran. Selain itu penurunan populasi tersebut juga disebabkan oleh tingginya perburuan orangutan. Perburuan tersebut terjadi karena
dipicu tingginya konsumsi daging orangutan oleh orang Dayak dan sebagian etnis Cina, serta maraknya perdagangan orangutan sebagai satwa peliharaan Meijaard
et al 2001. Jalan merupakan akses yang mempermudah adanya interaksi masyarakat
dengan orangutan maupun dengan habitatnya yang mengakibatkan tekanan atau gangguan terhadap keberadaan orangutan. Adanya jalan akan mempermudah
adanya perburuan, illegal loging, serta konversi hutan. Pada penelitian kali ini, pembagian kelas jarak dengan jalan
dikelompokkan menjadi lima kelas. Dasar yang digunakan dalam penentuan selang ini sama dengan penentuan selang kelas pada peta jarak dengan sungai
yakni berdasarkan jelajah harian orangutan kalimantan yaitu 800 m. Peta jarak dengan jalan dibagi menjadi tiga kelas yakni 0-800 m, 800-1600 m dan lebih dari
1600 m. Luas masing-masing kelas jarak dengan jalan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Luas tiap kelas jarak dengan jalan
No Jarak dari Jalan
Luas ha
1. 2.
3. Jarak 0-800 meter
Jarak 800 – 1600 meter Jarak lebih dari 1600 meter
16022,34 12680,91
51315,66
Keberadaan sarang terbanyak terdapat pada kelas lebih dari 1600 m. Hal ini disebabkan karena semakin jauh sarang orangutan kalimantan dari jalan maka
tekanan atau gangguan yang diterima semakin sedikit. Peta kelas jarak dari jalan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 13.
Gambar 11Peta kelas jarak dari sungai. 3
5
Gambar 12Peta kelas nilai NDVI. 3
6
Gambar 13Peta kelas jarak dari jalan. 3
7
5.2.4 Peta jarak dari desa