dapat mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar tersebut, yang secara bersama-sama menentukan kinerja sistem pasar secara keseluruhan.
3.1.2.2.Perilaku Pasar Market Conduct
Menurut Asmarantaka 2009, perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk
mencapai tujuannya masing-masing. Ada tiga cara dalam mengenali struktur pasar, yaitu penentuan harga dan setting level of output, product promotion policy,
dan predatory and exclusivenary tactics. Penentuan harga adalah mekanisme dalam menentukan harga dimana
harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain. Harga ditetapkan secara bersama-sama oleh penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin
harga price leadership. Product promotion policy merupakan cara dalam mengenali struktur pasar dengan melalui pameran dan iklan atas nama
perusahaan. Sedangkan predatory and exclusivenary tactics adalah strategi yang bersifat illegal karena bertujuan untuk mendorong perusahaan pesaing untuk
keluar dari pasar. Strategi yang dilakukan antara lain dengan menetapkan harga di bawah biaya marjinal sehingga perusahaan lain tidak dapat bersaing secara sehat.
Selain itu dengan berusaha menguasai bahan baku sehingga perusahaan pesaing tidak dapat berproduksi dengan menggunakan bahan baku yang sama secara
persaingan yang sehat Asmarantaka, 2009.
3.1.2.3.Kinerja Pasar Market Performance
Menurut Dahl and Hammond 1977 dalam Hidayat 2010, kinerja pasar merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam
kenyataan sehari-hari yang dapat ditunjukkan dengan harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya
dalam suatu sistem pemasaran. Kinerja pasar dapat dilihat dari: 1 harga dan penyebarannya di tingkat produsen dan konsumen, dan 2 marjin pemasaran dan
penyebarannya pada setiap tingkat lembaga pemasaran.
3.1.3. Konsep Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur dari produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap output
yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran Downey and Steven,
1992. Efisiensi pemasaran dapat didefinisikan sebagai peningkatan antara rasio output-input. Hal ini dapat dicapai dengan empat cara, yaitu: 1 output tetap
konstan sedangkan input mengecil; 2 output meningkat sedangkan input tetap konstan; 3 output meningkat dalam kadar yang lebih tinggi daripada
peningkatan input; 4 output menurun dalam kadar yang lebih rendah daripada penurunan input.
Efisiensi pemasaran komoditas pertanian merupakan rasio yang mengukur produksi komoditas pertanian suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan
dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap output yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran komoditas pertanian melalui
efisiensi penetapan harga dan efisiensi operasional ataupun efisiensi ekonomi efisiensi produksi, efisiensi distribusi, dan kombinasi produk optimum.
Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua cara, yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Asmarantaka 2009 menjelaskan bahwa efisiensi
operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasio dari output-input pemasaran. Input pemasaran adalah
sumberdaya atau biaya seperti tenaga kerja, pengepakan, mesin-mesin, dan lain- lain, yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Output
pemasaran adalah kegunaan waktu, bentuk, tempat, dan kepemilikan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen. Dengan kata lain, efisiensi operasional
merupakan kajian biaya-biaya pemasaran dan aktivitas kegiatan produksi fungsi- fungsi dan lembaga pemasaran mulai dari petani sampai ke konsumen akhir.
Efisiensi harga menekankan pada kemampuan sistem pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi harga dapat tercapai apabila masing-
masing pihak yang terlibat dalam pemasaran responsif terhadap harga yang berlaku. Efisiensi ini dapat dianalisis melalui ada atau tidaknya keterpaduan pasar
atau integrasi antara pasar acuan dengan pasar pengikutnya Asmarantaka, 2009. Pasar komoditas pertanian yang tidak efisien dapat terjadi jika biaya
pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi pemasaran dapat terjadi jika biaya pemasaran dapat ditekan
sehingga keuntungan pemasaran dapat menjadi lebih tinggi. Selain itu, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak boleh terlalu
tinggi. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat juga dapat menciptakan pasar komoditas pertanian yang efisien.
3.1.3.1. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran sering digunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani gap antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat retail.
Menurut Tomek and Robinson 1990, marjin pemasaran dapat didefinisikan menjadi dua alternatif. Definisi pertama adalah sebagai perbedaan harga yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Selanjutnya definisi yang kedua merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran akibat adanya
aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi di dalam sistem pemasaran. Marjin pemasaran komoditas pertanian adalah selisih harga dari dua
tingkat rantai pemasaran yaitu selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer atau konsumen Pr dengan harga yang diterima oleh produsen Pf. Jika
digambarkan melalui sebuah grafik, maka marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen, dimana harga yang terjadi karena
perpotongan kurva permintaan primerprimary demand curve dengan kurva penawaran turunanderived supply curve, dengan harga di tingkat produsen,
dimana harga terjadi karena perpotongan kurva penawaran primerprimary supply dengan permintaan turunanderived demand.
Harga P
Pr Pf
Sumber : Tomek and Robinson 1990
Gambar 1. Kurva Marjin Pemasaran Keterangan:
Pr : Harga di tingkat pedagang pengecer
Dr Df
Sf Sr
Qr,f Jumlah Q
Pf : Harga di tingkat petani
Dr : Permintaan di tingkat pengecer primary demand
Df : Permintaan di tingkat petani derived demand
Sf : Penawaran di tingkat petani primary supply
Sr : Penawaran di tingkat pedagang pengecer derived supply
Qr,f : Jumlah produk di tingkat petani dan pengecer
Pr-Pf : Marjin pemasaran Nilai marjin pemasaran didapatkan dari selisih harga di tingkat konsumen
dan petani kemudian dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Jika dituliskan dalam rumus matematika sederhana maka nilai marjin pemasaran
adalah Pr - Pf x Q, dimana Pr adalah harga di tingkat retailer pengecer, Pf adalah harga di tingkat petani, dan Q adalah jumlah produk yang dipasarkan.
Gambar 1 menjelaskan bahwa nilai marjin pemasaran sebesar yang ditunjukkan oleh kotak bergaris. Semakin besar perbedaan harga di tingkat petani
dan pedagang pengecer maka marjin pemasaran suatu komoditas akan semakin besar. Besarnya marjin pemasaran juga akan mempengaruhi besarnya nilai marjin
pemasaran. Adanya perbedaan marjin pemasaran yang besar dapat terjadi karena banyaknya lembaga pemasaran yang ikut atau terlibat dalam proses pemasaran.
Sehingga hal ini menyebabkan biaya pemasaran meningkat yang kemudian mengakibatkan peningkatan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga
pemasaran yang terlibat. Besaran marjin pemasaran sangat bervariasi diantara berbagai komoditas.
Marjin pemasaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor yang dapat mengubah marjin pemasaran tersebut, diantaranya adalah perubahan harga-harga input faktor
pemasaran, efisiensi dari pengadaan jasa-jasa pemasaran, jumlah dan kualitas jasa-jasa pemasaran, serta perubahan struktur pasar dan teknologi.
3.1.3.2. Farmer’s Share
Farmer’s share adalah persentase harga yang diterima oleh petani sebagai
imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukan dalam menghasilkan suatu komoditas Kohls dan Uhl, 2002.
Farmer’s share dapat digunakan sebagai salah satu penentuan efisiensi pemasaran dilihat dari pendapatan petani. Nilai
farmer’s
share didapat dari perhitungan rasio antara harga yang diterima produsenpetani Pf dan harga yang dibayarkan konsumenretail Pr.
Limbong dan Sitorus 1987 menjelaskan jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan suatu komoditas akan mempengaruhi besar kecilnya
share atau bagian yang diterima petani produsen dari harga yang dibayarkan konsumen akhir.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya program pemerintah “Go Organic
2010” sebagai salah satu bentuk revitalisasi pertanian Indonesia. Sub sektor hortikultura adalah salah satu sub sektor yang turut menggunakan sistem pertanian
organik. Komoditas wortel menjadi salah satu komoditas hortikultura yang digemari dan dapat dijangkau masyarakat. Wortel mengandung vitamin A, C, dan
beta karoten yang baik untuk melawan penyakit. Menurut Badan Pusat Statistik 2012, wortel mengalami perubahan jumlah produksi lebih besar dari tahun 2010-
2011, yaitu sebesar 30.48 persen dibandingkan jumlah produksi sayuran lainnya, seperti kembang kol 12.14 persen, kubis -1.54 persen, sawi -0.48 persen,
daun bawang -2.7 persen, dan lobak -15.76 persen. Badan Pusat Statistik 2014 menjelaskan bahwa produksi wortel di Jawa
Barat tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 21.88 persen terhadap produksi wortel nasional. Jumlah tersebut merupakan kontribusi terbesar ketiga terhadap
jumlah produksi wortel nasional setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung menjadi salah satu desa produsen wortel di
provinsi Jawa Barat. Wortel yang diproduksi petani Desa Sukagalih sebagian telah menerapkan sistem pertanian organik. Tingginya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan lingkungan membuat sebagian masyarakat mengkonsumsi wortel organik.
Wortel organik merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga memerlukan sistem pemasaran yang baik dan efisien. Petani produsen wortel
organik di Desa Sukagalih melakukan pemasaran wortel organik dengan berbagai variasi pola pemasaran. Perbedaan pola pemasaran yang terbentuk mengakibatkan
adanya perbedaan jumlah lembaga pemasaran dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Adanya perbedaan pola pemasaran,
jumlah lembaga pemasaran, dan fungsi pemasaran dapat mengakibatkan adanya perbedaan harga jual wortel organik serta rentang marjin yang terbentuk sehingga
diperlukan analisis pemasaran wortel organik di Desa Sukagalih.
Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Operasional Diagram alur pada Gambar 2 menjelaskan bahwa penelitian wortel organik
dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan saluran-saluran pemasaran wortel organik yang terbentuk
dimulai dari petani produsen sampai dengan konsumen. Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk mengetahui jumlah lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran wortel organik. Analisis fungsi pemasaran bertujuan untuk mengetahui tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran.
Fungsi pemasaran yang dianalisis adalah fungsi pertukaran, yaitu kegiatan penjualan dan pembelian, fungsi fisik, yaitu kegiatan penyimpanan, pengolahan,
dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas, yaitu kegiatan peningkatan mutu seperti
Perbedaan jumlah lembaga dan fungsi pemasaran
mengakibatkan adanya perbedaan harga jual dan
rentang marjin wortel organik.
Analisis Efisiensi Pemasaran Pembangunan
pertanian non konvensional dan
kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan kepedulian
lingkungan, menyebabkan petani
memproduksi wortel organik.
Wortel organik sebagai komoditas
sub sektor hortikultura bersifat
perishable sehingga membutuhkan sistem
pemasaran yang baik dan efisien.
Analisis Deskriptif: 1. Saluran pemasaran
2. Lembaga dan fungsi pemasaran
3. Struktur pasar dan perilaku pasar.
Analisis Deskriptif Tabulasi: Menganalisis dan
membandingkan kinerja pasar dengan analisis marjin
pemasaran dan f
armer’s share.
Efisiensi pemasaran dan rekomendasi alternatif pengambilan keputusan bagi petani produsen wortel organikdi Desa Sukagalih