cenderung memiliki pengetahuan yang lebih mengenai pertanian organik sehingga menjadi salah satu faktor bagi mereka untuk bertani wortel secara organik.
Penyuluhan-penyuluhan yang diterima petani, ditambah dengan petani yang memiliki pendidikan lebih tinggi dapat mempengaruhi petani lainnya untuk
beralih bertani secara organik. Pendidikan yang ditempuh tengkulak desa adalah pendidikan sekolah
dasar, sedangkan pendidikan yang ditempuh dua orang pedagang pengumpul adalah pendidikan diploma dan satu pedagang pengumpul menempuh pendidikan
sarjanasederajat. Hal ini mengindikasikan bahwa pedagang memiliki informasi lebih
mengenai pemasaran
dengan komoditas
wortel organik
lebih menguntungkan karena nilai jualnya yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang
diterima petani dan pedagang wortel organik disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Tingkat Pendidikan Petani dan Pedagang Wortel Organik di Desa
Sukagalih Tahun 2013
Tingkat Pendidikan
Petani Pedagang
Jumlah orang Persentase
Jumlah orang Persentase
SDSederajat 4
57.14 1
25.00 D3Sederajat
2 28.57
2 50.00
S1Sederajat 1
14.29 1
25.00 Jumlah
7 100.00
4 100.00
Sumber: Data Primer, 2013 diolah
5.3.4. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan
Petani produsen wortel organik yang menjadi sampel penelitian sebagian besar merupakan petani penggarap. Tanah yang menjadi lahan usahatani organik
bagi petani sebagian besar milik dari PT Ciliwung. PT Ciliwung memberikan hak guna lahan kepada petani agar dapat digunakan menjadi lahan usahatani mereka.
Petani produsen wortel organik yang berstatus sebagai pemilik lahan hak guna pakai sebanyak lima orang. Petani yang memiliki status sebagai pemilik lahan asli
sebanyak dua orang. Satu orang petani memiliki luas lahan kurang dari 500 M
2
sebesar 14.29 persen. Lima orang petani dengan lahan garapan antara 500 sampai dengan 1 000
M
2
sebesar 71.43 persen. Satu orang petani lainnya memiliki luas lahan lebih dari 1 000 M
2
sebesar 14.29 persen. Lahan yang digunakan untuk bertanam wortel organik tidak terlalu besar dikarenakan petani produsen wortel organik
menggunakan lahan lainnya untuk bertanam sayuran organik lainnya. Hal ini dikarenakan permintaan pedagang dan pasar yang tidak hanya meminta wortel
organik saja. Jumlah petani produsen wortel organik sebagai petani penggarap dan petani pemilik serta luas lahan yang dimiliki oleh masing-masing petani produsen
wortel organik disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Luas dan Status Lahan yang digunakan Petani Produsen Wortel Organik
di Desa Sukagalih Tahun 2013
Luas dan Status Lahan M
2
Jumlah Orang Persentase
Luas 500
1 14.29
500 – 1 000
5 71.43
1 000 1
14.29 Status Lahan
Milik Sendiri asli 2
28.57 Milik Sendiri hak guna pakai
5 71.43
Sumber: Data Primer, 2013 diolah
5.3.5. Pengalaman Usahatani
Pengalaman petani sampel dalam berusahatani wortel organik berkisar antara empat sampai empat belas tahun. Dua orang petani produsen wortel
organik memiliki pengalaman usahatani organik selama empat tahun. Dua orang petani memiliki pengalaman usahatani organik selama sepuluh tahun. Dua orang
petani memiliki pengalaman usahatani organik selama dua belas tahun dan satu orang petani memiliki pengalaman usahatani organik selama empat belas tahun.
Pengalaman yang dimiliki petani produsen wortel organik didapatkan secara otodidak atau belajar sendiri. Petani terkadang mendapatkan penyuluhan dan
pelatihan mengenai usahatani organik dari para penyuluh.