Praktek Penjualan dan Pembelian

6.5.2. Perbandingan Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan perbandingan harga jual di tingkat petani dengan harga beli di tingkat konsumen. Penerimaan petani terhadap penjualan wortel organik dapat dilihat melalui tinggi rendahnya farmer’s share yang diterima petani pada masing-masing saluran. Analisis farmer’s share pemasaran wortel organik di Desa Sukagalih disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis Farmer’s Share Pemasaran Wortel Organik di Desa Sukagalih Saluran Pemasaran Harga di tingkat petani RpKg Harga di tingkat konsumen RpKg Farmer’s Share Saluran 1 10 667 10 667 100.00 Saluran 2 13 000 22 000 59.09 Saluran 3 12 000 12 000 100.00 Saluran 4 6 000 10 500 57.14 Saluran 5 4 000 25 000 16.00 Sumber: Data Primer, 2014 diolah Berdasarkan analisis farmer’s share, saluran pemasaran satu dan tiga lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran dua, empat, dan lima. Fa rmer’s share saluran pemasaran satu dan tiga adalah sebesar 100 persen. Hal ini dikarenakan saluran pemasaran satu dan tiga tidak menggunakan lembaga perantara sehingga harga jual di tingkat petani produsen wortel organik dan harga beli di tingkat konsumen sama nilainya. Nilai farmer’s share saluran pemasaran dua sebesar 59.09 persen. Nilai farmer’s share saluran pemasaran empat sebesar 57.14 persen sedangkan nilai farmer’s share saluran pemasaran lima sebesar 16.00 persen. Nilai farmer’s share saluran pemasaran dua dan empat lebih tinggi dibandingkan nilai saluran pemasaran lima karena pada saluran pemasaran lima jumlah pelaku pemasaran yang terlibat lebih banyak dibandingkan saluran pemasaran dua dan empat. Banyaknya jumlah pelaku pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran dapat mempengaruhi tinggi rendahnya harga beli yang diterima oleh konsumen akhir. Dari perhitungan farmer’s share dan marjin pemasaran, maka pemasaran wortel organik yang efisien adalah saluran pemasaran satu dan tiga karena nilai farmer’s share yang tinggi, yaitu 100 persen dan nilai total marjin yang sama dengan nol karena nilai total marjin saluran pemasaran satu dan tiga adalah sama dengan harga jual di tingkat petani dan harga beli di tingkat konsumen akhir.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Pola saluran pemasaran wortel organik di Desa Sukagalih ada lima saluran, yaitu: 1 petani  konsumen akhir rumahtangga, 2 petani  retail organik  konsumen akhir rumahtangga, 3 petani  konsumen akhir restoran, 4 petani  pengumpul  konsumen akhir rumahtangga, dan 5 petani  tengkulak desa  pengumpul  supermarket  konsumen akhir rumahtangga. Jika dilihat dari pelaku pemasaran yang terlibat, saluran pemasaran satu dan tiga adalah saluran pemasaran yang terpendek dan saluran lima adalah saluran pemasaran yang terpanjang. 2. Fungsi-fungsi yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran serta struktur dan perilaku pasar yang terjadi di Desa Sukagalih menunjukkan bahwa: a. Petani produsen wortel organik di semua saluran melakukan fungsi pertukaran, yaitu kegiatan penjualan. Fungsi fisik berupa kegiatan pengangkutan dan pengemasan hanya dilakukan petani saluran satu. Petani saluran dua dan lima hanya melakukan kegiatan pengangkutan, sedangkan petani saluran tiga dan empat tidak melakukan fungsi fisik. Fungsi fasilitas berupa kegiatan sortasi, penanggungan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar hanya dilakukan petani saluran satu dan dua, sedangkan petani saluran lainnya melakukan kegiatan penanggungan resiko dan informasi pasar. b. Tengkulak desa melakukan fungsi pertukaran, yaitu kegiatan penjualan dan pembelian, dan fungsi fasilitas, yaitu kegiatan penanggungan resiko dan informasi pasar. c. Pedagang pengumpul saluran empat dan lima melakukan semua fungsi pertukaran berupa kegiatan penjualan dan pembelian, fungsi fisik berupa kegiatan pengangkutan dan pengemasan, serta fungsi fasilitas berupa kegiatan sortasi, penanggungan resiko, pembiayaan, serta informasi pasar. d. Petani produsen wortel organik, tengkulak desa, dan pedagang pengumpul berada pada struktur pasar persaingan sempurna. e. Praktek jual beli wortel organik dilakukan dengan cara memesan wortel organik kepada petani produsen wortel organik. Pedagang pengumpul kemudian mengambil wortel organik atau petani mengantarkan sendiri wortel organik kepada konsumen akhir. Petani saluran satu, dua, dan tiga bertindak sebagai penerima harga price taker karena pangsa petani yang kecil. Petani saluran empat dan lima melakukan proses tawar-menawar untuk mendapatkan kesepakatan harga jual dan beli. Sistem penentuan harga yang dilakukan tengkulak desa dan pedagang pengumpul berupa tawar-menawar. Sistem pembayaran yang diterima semua lembaga pemasaran adalah sistem tunai langsung dan tunai tidak langsung. 3. Saluran pemasaran satu dan tiga lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran dua, empat, dan lima. Saluran pemasaran satu dan tiga memiliki nilai total marjin terendah dan nilai farmer’s share tertinggi.

7.2. Saran

1. Guna mencapai saluran pemasaran wortel organik yang efisien di Desa Sukagalih, petani produsen wortel organik disarankan menggunakan pola saluran satu atau tiga agar pelaku pemasaran yang terlibat lebih sedikit sehingga petani produsen memiliki nilai marjin yang rendah dan nilai farmer’s share yang tinggi. Petani produsen wortel organik sebaiknya memperbanyak jaringan yang luas dalam memasarkan wortel organik sehingga petani dapat menjual wortel organik ke berbagai tempat tanpa harus selalu menjual melalui pedagang perantara. 2. Pada penelitian lanjutan efisiensi pemasaran wortel organik disarankan agar menggunakan analisis integrasi pasar untuk mengetahui perubahan harga wortel organik di tingkat pedagang pengumpul dapat mempengaruhi perubahan harga wortel organik di tingkat petani produsen.