Pemasaran Produk Pertanian Organik

No. PenelitiJudul Tujuan Metode Hasil harga. 3. Hasil analisis penampilan pasar, pemasaran jeruk Desa Karang Dukuh tidak efisien. Hal ini dilihat dari besarnya marjin di semua saluran pemasaran, distribusi marjin yang tidak merata, share harga yang diterima petani rendah, dan rasio keuntungan biaya yang bervariasi. 5. Supriatna, A. 2010 Analisis Pemasaran Mangga “Gedong Gincu” Studi Kasus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. 1. Menganalisis rantai tataniaga mangga “Gedong Gincu” dan pelaku lembaga tataniaga 2. Menganalisis marjin tataniaga mangga “Gedong Gincu” 1. Analisis kualitatif dengan metode deskriptif 2. Analisis kuantitatif dengan perhitungan marjin tataniaga 1. Pemasaran mangga grade AB melalui dua saluran, yaitu pertama: petani pengumpul  pedagang besar agen kiostoko buah konsumen, dan kedua: petani pengumpul pedagang besar agen suplayer supermarket konsumen, sedangkan pemasaran mangga grade C melalui satu saluran, yaitu petani pengumpul pedagang besar pedagang pasar tradisional konsumen. 2. Marjin pemasaran saluran pertama Rp 10 920 per kg, berasal dari pedagang besar 48.1 persen, tokokios 35.4 persen, agen 14.2 persen, dan pengumpul 2.3 persen. Marjin pemasaran saluran kedua Rp 15 000 per kg, berasal dari pedagang besar 34.9 persen, suplayer 26.6 persen, supermarket 26.6 persen, agen 10.2 persen, dan pengumpul 1.7 persen. Marjin pemasaran saluran tiga Rp 3 000 per kg. Saluran pemasaran yang efisien sulit dianalisis karena ada perbedaan kualitas produk akhir yang dijual oleh setiap pengecer di setiap saluran. Permasalahan yang dihadapi antara lain posisi petani lemah dalam penentuan harga jual, jumlah serta mutu produk yang tidak selalu sesuai permintaan pasar, petani yang terperangkap money lender menambah posisi tawar menawar petani semakin rendah, dan masih ditemukan pungutan-pungutan liar. Tebel 2. Lanjutan 17 No. PenelitiJudul Tujuan Metode Hasil 6. Handayani, S. A., A. Dja’far, dan A. Y. Kurniawan 2011 Tataniaga Jeruk Siam Citrus nobilis Lour di Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala. 1. Mengetahui saluran pemasaran, fungsi dan lembaga yang terlibat 2. Menganalisis besarnya biaya, share, marjin, BCR, dan kelayakan efisien tataniaga jeruk. 3. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi. 1. Analisis kualitatif dengan metode deskriptif 2. Analisis kuantitatif dengan perhitungan share, marjin, BCR, dan perhitungan efisiensi teknis dengan menghitung rasio tataniaga terhadap jarak tujuan pasar 3. Analisis kualitatif dengan metode deskriptif. 1. Saluran tataniaga jeruk siam terbagi atas lima saluran dan saluran yang paling dominan digunakan adalah saluran III, yaitu petani  pedagang pengumpul  pedagang besar  konsumen. 2. Biaya paling tinggi terjadi pada saluran II sebesar Rp 1 104 per kg dan yang paling rendah terjadi pada saluran I sebesar Rp 310 per kg. Share tertinggi didapat oleh pedagang pengecer saluran II baik pada grade A, B, maupun C. Di tingkat petani, share tertinggi terjadi pada saluran III. Tataniaga jeruk siam semua saluran di Desa Sungai Kambat dikatakan layak berdasarkan perhitungan BCR. Saluran tataniaga yang dikatakan paling efisien adalah saluran III karena memiliki efisiensi teknis terendah, yaitu 1.95 persen untuk grade A dan B, dan 1.98 persen untuk grade C. 3. Permasalahan yang dihadapi petani adalah harga jeruk siam yang tidak menentu dan tidak ada standarisasi harga. Permasalahan yang dihadapi pedagang besar adalah kerusakan jeruk siam dan pungutan liar, sedangkan bagisupermarket adalah kualitas jeruk yang tidak menentu. Permasalahan yang dihadapi pengecer adalah penanganan jeruk siam sebelum terjual. 7. Meitasari, Y. dan Mursidah 2011 Studi Tataniaga Jamur Tiram Pleurotus ostreatus di Kota Samarinda. 1. Menganalisis saluran tataniaga yang terbentuk 2. Menganalisis efisiensi tataniaga dari jamur tiram putih 1. Analisis kualitatif dengan metode deskriptif 2. Analisis kuantitatif dengan perhitungan marjin, biaya, dan farmer’s share, serta menghitung 1. Saluran tataniaga jamur tiram terdiri dari, satu: petani produsen  konsumen, dan dua: petani produsen  pengecer  konsumen. 2. Tidak terdapat marjin pada saluran satu sedangkan saluran dua nilai marjin pedagang pengecer rata- rata Rp 15 000. Tidak terdapat share pada saluran satu karena tidak ada perbedaan harga jual sedangkan pada saluran dua share petani sebesar Tabel 2. Lanjutan 18