II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuransi
Ada banyak pengertian mengenai asuransi namun setiap pengertian tersebut memberikan makna yang sama. Asuransi ialah suatu kemauan
untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil sedikit yang pasti sebagai pengganti substitusi dari kerugian-kerugian besar yang belum pasti
Simorangkir, 2004. Menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel memberikan definisi tentang
asuransi sebagai berikut. Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian tentang seorang penanggung yang mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu atau tidak pasti KUHD dalam Prakoso, 2004.
Sedangkan pengertian asuransi ditinjau dari unsur atau sifatnya adalah suatu perjanjian bersyarat artinya bahwa kewajiban mengganti rugi dari
penanggung hanya dilaksanakan jika terjadi peristiwa tertentu berdasar ketentuan asuransi. Dari berbagai pengertian tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud asuransi adalah orang atau badan yang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang agar bisa
menghadapi kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu mendatang yang digantungkan pada satu syarat atau adanya suatu perjanjian.
2.2 Pengukuran Kinerja
Kinerja menurut Mangkuprawira dan Vitayala 2007 adalah karya pelaksanaan pekerjaan tertentu dalam periode tertentu oleh suatu organisasi
dan karyawan organisasi yang berkaitan. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berjalan sendiri tetapi berhubungan dengan kepuasan kerja
dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat- sifat individu.
Sedangkan pengukuran kinerja merupakan tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian Yuwono, dkk, 2007. Gambar 1 di
bawah menyajikan elemen-elemen kunci dari suatu sistem pengukuran kinerja.
Gambar 1. Elemen-elemen kunci sistem pengukuran kinerja Sumber : Mangkuprawira, 2003.
Dengan adanya pengukuran kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi yang
sesuai dengan prestasi yang diberikan masing-masing karyawan kepada perusahaan. Semua ini diharapkan dapat membentuk motivasi dan
rangsangan pada karyawan lain untuk bekerja lebih efektif dan efisien. Mangkuprawira 2003 mengemukakan bahwa pengukuran kinerja
karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen SDM yaitu sebagai berikut :
a. Perbaikan Kinerja Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan
perorangan dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
Kinerja Karyawan
Pengukuran Umpan Balik
Karyawan Ukuran Kinerja
Standar Kinerja
Catatan Karyawan Keputusan SDM
b. Penyesuaian Kompensasi Pengukuran kinerja membantu pengambil keputusan menentukan
siapa saja yang seharusnya menerima peningkatan dalam bentuk upah dan bonus yang didasarkan pada sistem merit.
c. Keputusan Penempatan Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada
kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan. d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja yang buruk mengartikan bahwa perlu diadakannya pelatihan ulang.
e. Perencanaan dan Pengembangan Karir Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan
tentang karir spesifik karyawan. f.
Defisiensi Proses Penempatan Staf Baik-buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan
kelemahan dalam prosedur penempatan staf di dalam departemen SDM.
g. Ketidakakuratan Informasi Kinerja buruk dapat mengindikasi kesalahan dalam informasi analisis
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal.
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan Kinerja buruk mungkin berasal dari sebuah gejala dari rancangan
pekerjaan yang keliru. i.
Kesempatan Kerja yang Sama Pengukuran akurat secara aktual menghitung kaitannya dengan kinerja
yang dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah sesuatu yang bersifat deskriptif.
j. Tantangan-tantangan Eksternal
Terkadang kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan seperti keluarga, finansial, kesehatan,
atau masalah-masalah lainnya.
k. Umpan Balik SDM Kinerja yang baik dan buruk di seluruh bagian organisasi
mengindikasikan bagaimana baiknya suatu fungsi departemen SDM diterapkan.
2.3 Balance Scorecard