Saran Model pengembangan pengelolaan taman nasional secara terintegrasi studi kasus pengelolaan berbasis ekowisata di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Provinsi Riau dan Jambi

167 Ford, A. 1999. Modelling the Environment: An Introduction to System Dinamics Models of Environmental System. Island Press, California. Gunawan MP. 2003. Kebijakan Pemerintah Tentang Interpretasi Wisata Alam dan Ekowisata. Dalam : Pengembangan Interpretasi Wisata Alam dan Ekowisata. Prosiding; Bogor, 9 Desember 2003. Studio Rekreasi Alam Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Hockings, Marc and Adrian Philips. 1999. How Well are We Doing ?- Some Thoughts on the Effectiveness of Protected Areas. Parks, The International Journal for Protected Area Managers, Vol. 9 No. 2. June 1999. World Commission on Protected Areas WCPA of IUCN. Newbury UK. Hardjasoemantri K. 1993. Hukum Perlindungan Lingkungan: Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Gajah Madfa Univ Press, Yogyakarta. Hardjomartojo, A.S. 1993. Analisis Pembangunan Wilayah Jabotabek. Thesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Haryono, M. 2006. Pencegahan Kebakaran Hutan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Procedding Lokakarya Akhir Proyek Manajemen Pencegahan Kebakaran Hutan fase 2 PHKA – JICA, Jakarta 23 Februari 2006. __________. Ibram EC, Hisan, dan Yurizal. 2005. Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Rengat Hunger, DJ. dan Whelen, TL. 2001. Manajemen Strategis. Penerbit Andi. Yogyakarta [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 1994. Guidelines for Protected Areas Management Categories, IUCN Commissions on National Parks and Protected Areas CNPPA – World Conservation Monitoring Centre WCMC, Gland – Switzerland and Cambridge, UK. IUCN, UNEP, WWF. 1991. Caring for the Earth: A Strategy for Sustainable Living. The World Conservation Union. United Nations Environment Programme, World Wild Fund For Nature. Gland, Switzerland. Jacobson, S.K. 1994. Biological Impacts of Ecotourism tourists and nesting turtles in Tortuguero National Park. Costa Rica Wildlife Society Bulltetin. Kay R and Jackie Alder. 1999. Coastal Planing and Management. London. EFN Spon. Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku KOMPAS. Jakarta 168 Khan, Himayatullah. 2006. Willingness to Pay for Margalla Hills National Park; Evidence from the Travel Cost Method. The Lahore Journal of Economics 11:2 Winter 2006 pp.43-70 Kinnaird, M.F. and T.G. O’Brien. 1996. Ecotourism in the Tangkoko_Duasaudara Nature Reserve opening pandora’s box ? Oryx 30 1 65-73 KKI-WARSI. 2007. Justifikasi Rasionalisasi TN. Bukit Tigapuluh. Jambi. Koutsoyianis, A. 1977. Theory of Econometrics. Macmilan Press Ltd. London. Lindberg, K. 1991. Policies for Maximizing Nature Tourism”s Ecological and Economic Benefits. World Reources Institute Washington, DC. Lipsey, G.R. etal. 1996. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Liswanti, N, Indrawan A. Sumardjo, Sheil D. 2004. Persepsi Masyarakat Dayak Merap dan Punan tentang Pentingnya Hutan di Lansekap Hutan Tropis. Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. Volume X No. 2. Juli – Desember 2006. MacKinnon, J, K MacKinnon. 1986. Review of The Protected Areas System in The Indo Malayan IUCN, Gland, Switzerrland and Cambridge, UK. MacKinnon, J, .K, MacKinnon, G Child, J Thorsell. 1990. Managing of Protected Areas in Tropis. Hari Harsono Amir, penerjemah: Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. Gajahmada University Press, Yogyakarta. MacNelly, J.A. 1995. Expanding Partnerships in Conservation. Island Press. Washington, D.C. Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta Meffe, K.G. and C.R. Carroll.1994. Principles of Conservation Biology. Sinauer Associates, Inc. Sunderland, Massachusetts. Miller, KR and LS. Hamilton. 1999. Editorial. Parks, The International Journal for Protected Area Managers, Vol. 9 No. 3. Oktober 1999. World Commission on Protected Areas WCPA of IUCN. Newbury UK. Mubyarto . 2000. Pengembangan Wilayah, Pembangunan Pedesaan dan Otonomi Daerah: Pengembangan Wilayah Pedesaan dan Kawasan Tertentu, Sebuah Kajian Eksploitatif. Direktorat Kebijaksanaan Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. 169 Muhammadi, E. Aminullah, B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. UMJ Press. Jakarta. Murdiyarso, D. 2003. CDM : Mekanisme Pembangunan Bersih. Penerbit Buku Kompas. Jakarta Nirarita E. 1996. Ekosistem Lahan Basah. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor. Nurfatriani F dan Efida YS. 2003. Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat Lokal. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan IV1:31-39. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998. Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Peraturan Pemerintah RI Nomor 59 Tahun 1998 Tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ke 3. Balai Pustaka. Jakarta. Pomeroy RS. 1994. Community Management and Common Property of Coastal Fisheriers in Asia and The Pasific: Concepts, Methods and Experiences. Manila International Center For Living Aquatic Resources. Purnomo, H. 2005. Teori Sistem Komplek, Pemodelan, dan Simulasi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, F., 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama . Jakarta Ridwan, W. 2000. Bagian II Kebijakan Pengembangan Ekowisata. Kebijakan Pengembangan Hutan untuk Ekowisata Dalam C Fandeli dan Muklison editor. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan UGM, UKSDA Jogya dan Pustaka Pelajar Jogyakarta. Saaty T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L, penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making For Leaders. The Analitical Hierarchy Process for Decision in Complex World Sandy, I M. 1982. Pembangunan Wilayah, Mimeograf. Bogor. Santoso, J. 2008. Rubber Production System by Talang Mamak and Melayu Tua Living in Bukit Tigapuluh National Park, Indonesia: The correlation between its contributions to household objectives and its pressure on BTNP 170 sustainability. Master Thesis. Graduate School of Science and Technology. Niigata University. Japan. Schumacer, 1994. The Useful Plants of Bukit Tigapuluh Hills, Riau, Sumatera and Their Local and Regional Significance. Rain Forest and Resource Management. Proceeding of the Norindra Seminar Sandbukt, O. Ed. 25 – 26 May 1993. Indonesian Institute of Science LIPI. Jakarta. Setyono D. 2003. Interpretasi Ekowisata di Taman Nasional. Di dalam: Pengembangan Interpretasi Wisata Alam dan Ekowisata. Prosiding; Bogor, 9 Desember 2003. Bogor: Studio Rekreasi Alam Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Hlm 13-19. Sherpa , MN and UP. Norbu. 1999. Linking Protected Areas for Ecosystem Conservation: a Case Study from Bhutan. Parks, The International Journal for Protected Area Managers, Vol. 9 No. 3. Oktober 1999. World Commission on Protected Areas WCPA of IUCN. Newbury UK. Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan |Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta Stecker, B. 1996. Ecotourism: Potential for Concervation and Sustainable Use of tropical Forest. A Case study on the National Park Taman Negara and Endau Rompin in Malaysia. Eschbom GTZGmbH. Sub Balai KSDA Riau. 1997. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bukit Tigapuluh Tahun 1997 – 2021. Sugandhy, A. 1999. Penataan Ruang Wilayah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT. Gramedia. Jakarta. _____________. 2006. Pengelolaan Taman Nasional dalam Pembangunan Berkelanjutan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. _____________ dan R. Hakim. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. PT. Bumi Aksara. Jakarta Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suratmo, F.G. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin. IPB Press, Bogor. Supriatna, J, A. Sanjaya, I Setiawati, dan MR Sychrizal 2000. Ekowisata sebagai usaha pemanfaatan yang berkelanjutan di kawasan lindung. Workshop Komisi Koordinasi Pemanfaatan Obyek Wisata Alam. Balikpapan. Suwandi. 2005. Agropolitan, Merentas Jalan Meniti Harapan. Departemen Pertanian. Jakarta. 171 Suwantoro G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Syamsuddin, 2001. Model Evaluasi Keberhasilan Usaha tani di Lahan Kering Studi Kasus Penanaman Jambu Mete di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Disertasi Program Pascasarjana IPB, Bogor. The International Ecotourism Society . 2005. Fact Sheet: Global Tourism. Washington. The International Ecotourism Society. www.ecotourism.org [08 Oktober 2009] Tomek, T.G. and K.L. Robinson, 1990. Agricultural Product Pitces 2 nd edition. Cornell University Press. Ithaca and London. Undang-undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. UNEP. 2003. About ecotourism. United Nation Environmental Programme. Wahab S, 2003. Manajemen Kepariwisataan. Gromang F, Penerjemah. Jakarta: Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Tourism Management . Walkey, M., I. Swingland, S. Russell. 1999. Integrated Protected Area Management. Kluwer Academic Publishers. The Netherlands. Waluyo H. 2007. Pasar Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata www.budpar.go.id [9 Feb 2010] WCED. 1987. Our Common Future. Oxford Univ. Press. New York. Wells, M, K. Brandon, and L. Hannah. 1992. People and Parks: Linking Protected Area Management with Local Communities. The World Bank., The World Wildlife Fund, and USAID. Washington DC. Well M, Gutggenheim S, Khan A, Wardoyo W, dan Jepsen P. 1999. Investigating in Biodiversity: a Review of Indonesia‘s Integrated Conservation and Development Projects. The World Bank East Asia Region, Washington. Widada. 2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif. Ditjen. PHKA dan JICA. Wight, PA. 1993. Sustainable Ecotourism: Balancing Economic, Environmental and Social Goals Within an Ethical Framework. Journal of Tourism Studies. 1993. 4, 2, 54-66.1993. 172 ________.1997. Ecotourism Accommodation Spectrum: does supply match the demand ? Journal of Tourism Management Vol 18 No 4 pp. 209-220.1997. Elsevier Science Ltd. Wind, J. 1990. Apa yang dimaksud dengan Daerah Penyangga yang Efektif ? dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Kawasan Penyangga di Jayapura. Kanwil Dephut Irian Jaya dan WWF. Jayapura Wiratno, ID, Syarifudin A, dan Kartikasari A. 2004. Berkaca di Cermin Retak : Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi Pengelola Taman Nasional. FOReST Press, The Gibbon Foundation Indonesia, Departemen Kehutanan, PILI- NGO Movement, Jakarta. Wiriadinata, H. 1994. Tumbuhan yang Menarik Secara Taksonomi dan konservasinya di Daerah Siberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Rain Forest and Resource Management. Proceeding of the Norindra Seminar Sandbukt, O. Ed. 25 – 26 May 1993. Indonesian Institute of Science LIPI. Jakarta. WWF-Indonesia, MFP Dephut DFID. 2006. Kenitraan dalam Pengelolaan Taman Nasional: Pelajaran untuk Transformasi Kebijakan. Prolog: Merajut Kesenjangan antara Konservasi Sumberdaya Alam dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. WWF-Indonesia, MFP Dephut DFID, Jakarta. Yoeti HOA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta. Pradnya Paramita Yunus, M. 2007. Laporan Kegiatan Identifikasi Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sepanjang Sungai Gansal dalam Kawasan TNBT. Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. Yunus, M., Santoso, dan Hisan. 2008. Mamalia di Bukit Tigapuluh: Keberadaan, Distribusi dan Ancamannya. Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. 173 174 177 Lampiran 2. Daftar Jumlah Ekowisatawan TN.. Bukit Tigapuluh No. Tahun Asal Ekowisatawan Jumlah Mancanegara Nusantara 1. 1999 212 16 228 2. 2000 79 44 123 3. 2001 104 2 106 4. 2002 24 492 516 5. 2003 9 64 73 6. 2004 - 1 1 7. 2005 - 1130 1130 8. 2006 3 538 541 9. 2007 8 1058 1066 10. 2008 4 2297 2301 11. 2009 4 1132 1136 Sumber : Statistik Balai TN. Bukit Tigapuluh Tahun 2005 dan 2009 178 Lampiran 3. Deskripsi Masing-masing Penggunaan Lahan di TNBT KELAS LAHAN DESKRIPSI FOTO Lahan Terbuka - Tutupan vegetasi berupa tumbuhan rendah dan jarang - Ada aktivitas manusia yang sedang berlangsung ditemui pada lokasi-lokasi pemukiman dan pembukaan lahan baru - Ditanami padi dan ubi serta tanaman pekarangan. - Perkiraan waktu pembukaan lahan 1 tahun Belukar Jarang - Tutupan vegetasi berupa semak - Tingkat Vegetasi individuha S 264.167 – 296.667 P 3.467 – 6.000 T 0 – 100 Ph - Pada lokasi yang ada pondok dan ditempati biasanya setelah tanam padi dilanjutkan dengan tanam ubi, jagung, pisang dan tebu. - Pada lokasi yang tidak ada pondok dan tidak didiami ditumbuhi oleh mahang. - Sebagian ada yang ditanami karet tapi tidak terawat. - Perkraan waktu pembukaan lahan 1 – 2 tahun 179 Belukar Sedang - Tutupan vegetasi berupa semak. - Tingkat Vegetasi individuha S 52.500 – 98.333 P 6.667 – 8.267 T 233 – 833 Ph 0 – 8 - Pada lokasi yang ada pondok dan didiami tanaman pisangnya masih dirawat - Pada lokasi yang tidak ada pondok dan tidak didiami tanaman pisang pun sudah ditutupi oleh tumbuhan merambat dan bersaing dengan mahang. - Ada ditemui tanaman karet tapi tidak teratur dan terawatt - Perkiraan waktu pembukaan lahan 2 – 4 tahun Belukar Lebat - Tutupan vegetasi berupa semak . - Tingkat Vegetasi individuha S 10.000 – 20.000 P 4.533 – 7.600 T 467 - 600 Ph 8 - 67 - Pada kelas ini tidak ditemui lagi adanya tanaman untuk pangan seperti pisang. - Ada ditemui tanaman karet tetapi belum ditakik - Perkiraan pembukaan lahan 4 – 8 tahun. 180 Lampiran 4. Nilai Pengaruh dari Masing-masing Faktor Strategis SWOT terhadap Pelaksanaan Alternatif Program

A. Faktor Kekuatan

B. Faktor Kelemahan

Keterangan : Fa k t o r A : Hutan alam yang kondisinya relatif masih baik F a k t o r B : Kekhasan dan kelangkaan spesies flora fauna Fa k t o r C : Keunikan budaya masyarakat tradisional Fa k t o r D : Keindahan landscape panorama alam Fa k t o r E : Tersedianya sarana-prasarana ekowisata Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten Keterangan : Fa k t o r A : Rendahnya aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata F a k t o r B : Belum intensifnya pengembangan daya tarik obyek ekowisata Fa k t o r C : Belum intensifnya promosi dan publikasi ekowisata TNBT Fa k t o r D : Terjadinya kerusakan hutan akibat perla-dangan berpindah masyarakat tradisional Fa k t o r E : Terbatasnya alokasi anggaran untuk pengembangan ekowisata Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten 181

C. Faktor Peluang

D. Faktor Ancaman

Keterangan : Fa k t o r A : Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan ekowisata TNBT F a k t o r B : Meningkatnya minat masyarakat perkotaan terhadap ekowisata back to nature Fa k t o r C : Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia Fa k t o r D : Dukungan masyarakat lokat terhadap ekowisata TNBT Fa k t o r E : Tersedianya sarana-prasarana pendukung hotel, restoran,dll di sekitar TNBT Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten Keterangan : Fa k t o r A : Terjadinya gangguan keamanan dan kenyamanan pengunjung F a k t o r B : Terjadinya gangguan hutan illegal looging oleh masyarakat sekitar Fa k t o r C : Terjadinya kebakaran hutan di kawasan TNBT dan daerah penyangga Fa k t o r D : Berubahnya tata ruang di sekitar kawasan TNBT Fa k t o r E : Degradasi tata nilai budaya asli masyarakat tradisional Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten 182 182 Lampiran 5. Tingkat Prioritas dari Alternatif Program Berdasarkan Masing-masing Faktor SWOT

A. Berdasarkan Faktor Kekuatan

B. Berdasarkan Faktor Kelemahan

Keterangan : Program A : Meningkatkan aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata Program B : Mengintensifkan pengelolaan ekowisata dengan melibatkan dunia usaha Program C : Mengintensifkan promosi dan publikasi ekowisata Program D : Mengembangkan daya tarik obyek ekowisata Program E : Menekan tingkat kerusakan hutan akibat perladangan berpindah oleh masyarakat tradisional Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten Keterangan : Program A : Meningkatkan aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata Program B : Mengintensifkan pengelolaan ekowisata dengan melibatkan dunia usaha Program C : Mengintensifkan promosi dan publikasi ekowisata Program D : Mengembangkan daya tarik obyek ekowisata Program E : Menekan tingkat kerusakan hutan akibat perladangan berpindah oleh masyarakat tradisional Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten Program A Program B Program C Program D Program E Program A Program B Program C Program D Program E 183

C. Berdasarkan Faktor Peluang

D. Berdasarkan Faktor Ancaman

Keterangan : Program A : Meningkatkan aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata Program B : Mengintensifkan pengelolaan ekowisata dengan melibatkan dunia usaha Program C : Mengintensifkan promosi dan publikasi ekowisata Program D : Mengembangkan daya tarik obyek ekowisata Program E : Menekan tingkat kerusakan hutan akibat perladangan berpindah oleh masyarakat tradisional Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten Keterangan : Program A : Meningkatkan aksessibilitas ke lokasi obyek ekowisata Program B : Mengintensifkan pengelolaan ekowisata dengan melibatkan dunia usaha Program C : Mengintensifkan promosi dan publikasi ekowisata Program D : Mengembangkan daya tarik obyek ekowisata Program E : Menekan tingkat kerusakan hutan akibat perladangan berpindah oleh masyarakat tradisional Nilai inconsistency 0.10 menunjukkan pemberian skor tingkat kepentingan yang konsisten Program A Program B Program C Program D Program E Program A Program B Program C Program D Program E